MACAN tua itu, Yolanda Sumarno, kelihatan tegang. Dua kali berturut turut servisnya gagal sehingga angka menjadi sama 40-40. Teriakan lebih dari 300 penonton di lapangan tenis Taman Maluku, Bandung, membuatnya grogi. Maka, sambil mengomel, Yolanda mendatangi wasit dan langsung menandatangani kertas skor (scoring sheet), menyerah kalah. "Kalaupun pertandingan dilanjutkan, saya yakin akan menang," kata Justi Ariesthiawati, 16, lawan Yolanda itu di semifinal kejuaraan tenis FIKS (Fikiran Inti Keunggulan Sport) 1983 di Bandung, 29 Desember yang lalu. Tampaknya, semangat seperti inilah yang mengantarkan murid kelas 2 IPA SMAN II Bandung itu masuk dalam deretan petenis putri yang disegani. "Dia itu bermental baja," kata Roeshan Roesli, ketua FIKS, klub tenis tertua di Bandung. Misalnya ketika mengalahkan Utaminingsih, petenis peringkat (ranking) ke-2 nasional setelah Suzanna. Pada set penentuan keduanya saling mengejar, tapi akhirnya justi yang menang, lewat tie break. Dilihat dari penampilannya pada kejuaraan terbuka dalam rangka ulang tahun ke-33 klub FIKS, 26-31 Desember, secara teknis Justi sebetulnya tidak luar biasa. Berbagai jenis pukulannya memang terlihat mulai matang. "Hanya tenaganya masih kurang," kata Roeshan, yang juga pelatih di klubnya. Karena itu, di final Justi tak mampu mengungguli bekas ratu tenis Asia Lita Soegiarto. Berkulit hitam-manis, putri sulung - dari empat bersaudara - Kocswara, karyawan PT Kimia Farma Bandung ini, semula ingin jadi juara senam. Dia menekuni olah raga itu sejak berumur delapan tahun. Tapi, tiga tahun kemudian, Justi kalah dalam seleksi pengiriman pesenam Bandung ke Braunsweich, Jerman Barat, lantas kecewa. Sejak itulah dia lari ke tenis, berlatih di klub FIKS. Ternyata, bakatnya memang untuk tenis. Tahun pertama mengibaskan raket, Justi sudah jadi juara Jawa Barat untuk kategori anak-anak. Sampai sekarang sudah 25 gelar juara ditangannya, diantaranya Juara kelompok remaja Kejuaraan Nasional di Malang (1980) dan juara pelajar ASEAN di Muangthai (1982 dan 1983). Turnamen FIKS ini merupakan penampilan pertama Justi ke gelanggang yang diikuti petenis-petenis tingkat nasional, seperti Yustedjo Tarik dan Atet Wiyono di bagian putra. Dia meraih hadiah Rp 100.000 sebagai juara ke-2, di bawah Lita Soegiarto. "Dia kalah cuma karena kurang pengalaman," kata Lita mengomentari kebolehan Justi seusai pertandingan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini