PERBULUTANGKISAN Indonesia, menurut Rudy Hartono, sedang suram
sekarang. Itu terbukti dari kegagalan sejumlah pemain dalam
berbagai kejuaraan. Antara lain yang terpenting di turnamen All
England, Kejuaraan Dunia Malmoe dan Kejuaraan Asia.
Tanpa menyebut sebab-sebabnya, Rudy mengatakan kepada
Klarawijaya dari TEMPO bahwa "kesuraman tadi bukan
tanggungjawab Lim Swie King semata-mata." Lalu tanggungjawab
siapa? Pengurus besar yang en bloc terpilih kembali di Kongres
PBSI di Pandaan pertengahan Agustus lalu? Rudy pun tidak inin
menyalahkan pimpinan Sudirman itu. Bahkan Rudy menyambutpositif
hasil Kongres tersebut. "Mereka adalah orang-orang lama yang
sudah lama mengenal bulutangkis," kata Rudy.
Tapi, sebagaimana kebiasaan Rudy yang selalu berendah hati, ia
menyampaikan sarannya dengan lunak: "Perlu penyegaran dalam pola
pembinaan." Maksudnya, pembinaan yang bersifat massal mutlak
harus dilakukan. Sedangkan pembinaan yang selama ini dilakukan
Pengurus Besar, kata Rudy, "hanya berorientasi pada sistim
pelatnas saja."
Gagasan Rudy itu tampaknya bukan tidak bisa diselaraskan dengan
hasil Kongres Pandaan yang menekankan kepada "perataan prestasi
di seluruh Indonesia." Hanya dalam mempersoalkan penyegaran itu
harus dimulai dari faktor progranl. Rudy tak mau menyebutkan.
Juara All England tampaknya sadar, keadaan dewasa ini
membutuhkan kehadirannya sebagai pemain lagi, bukan sebagai
pelatih. Apa bisa?
Fisik Rudy sekarang sudah melar. Tinggi 1,78 meter tetap. Tapi
lemaknya tambah dua kg. Ketika ia memenangkan kejuaraan All
England ke-8 kalinya pada usaha yang ke-9, berat badannya di
antara 69 - 69,5 kg. Untuk mengembalikan diri Rudy pada kondisi
ideal itu memang bukan mustahil. Tapi adakah dunia Rudy sekarang
memungkinikan?
Rudy telah berkeluarga dan masih kuliah. Hari-hari ini
permintaan sejumlah perusahaan kepada Rudy sebagai model promosi
makin meningkat. Tercatat yang pernah mengkomersilkan Rudy,
perusahaan Bayer, Indomilk, Eveready dan Sakura Film. Menyusul
Vespa. Tapi kesibukan itu tidak terlepas sama sekali dari
kegiatan bulutangkis. Karena, menurut Rudy perusahaan-perusahaan
tersebut dia seret untuk ikut menyelenggarakan pertandingan
ekshibisi bulutangkis. "Kalau ada yang mengatakan saya sibuk
dengan bisnis, itu benar. Lha sebagai orang hidup masak harus
diam saja?' kilahnya.
Lalu kapan lagi Rudy punya waktu untuk berlatih? Dia akui bahwa
persiapannya sekarang baru pada tingkat niat. Kecuali seminggu 3
kali melatih para pemain muda yang tergabung dalam klub Jaya
Raya, Rudy praktis telah menggantung raket. Bahkan dalam
prakteknya tak jarang Rudy menyerahkan tugas mlatih pada para
asistennya. Tapi toh Rudy berusaha menghapus keraguan itu.
"Sudah jadi sikap saya selama ini, kalau mau ya mau, kalau tidak
ya tidak," kata Rudy. "Kalau perlu jungkir balik di lapangan,"
tambahnya bersemangat.
Tak seorang pun penggemar Rudy meragukan niatnya itu. Meski
masih tersisa sebuah pertanyaan: adakah Rudy, 28 tahun, sehebat
Erland Kops yang dalam usia 30-an masih mampu merebut gelar All
England yang telah terlepas dari tangannya? Baiklah kita ikuti
jadwal latihan Rudy mulai Oktober yang akan datang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini