ENTAH bagaimana nasib kakak Nusuni sekarang. Sudah lebih dari 20
tahun tidak bertemu. Terakhir kami bertemu di kampung ketika
saya pulang sebagai pelajar SMA di Medan. Tiap kali bertemu
tercetus lagi ucapan-ucapannya yang mesra tapi menggelikan:
aduh, kau sudah begini besar. Lalu-dia cerita bagaimana saya
sebagai bayi dan sebagai kanak-kanak, yakni hal-hal yang
mustahil saya ingat.
Dulu ia sering menjaga saya ketika ibu bekerja di ladang
bersarna ibu-ibu yang lainnya. Di kampung kami, bayi-bayi
anak-anak dan penjaga mereka ditempatkan tidak jauh dari
kelompok ibu-ibu yang bekerja sehingga tiap kali si bayi
menangis karena lapar, sang ibu dapat menyusui anaknya dengan
segera. Kakak Nusuni tahu betul bagaimana tingkah laku saya
waktu disusui.
Anak-anak disusui dua sampai tiga tahun, disusui kapan saja dan
di mana saja. Bayi yang menangis didiamkan dcngan disodori susu
ibu. Ibu yang membiarkan bayunya menangis berlama-lama tanpa
menyodorkan susunya, dibilang tidak sayang anak. Ibu-ibu
menyusui bayinya di rumah, di pasar, di tepi jalan, di mana saja
dengan terbuka, tanpa rasa malu teteknya dilihat orang. Pikiran
mereka sederhana: tetek untuk anak. Sang ibu punya pabrik susu
untuk memenuhi kebutuhan anak. Habis perkara.
Anak-anak yang bungsu kadang-kadang disusui lebih dari tiga
tahun. Mereka sering diolok-olok: ha, ha, kau sebesar ini kok
masih disusui, tidak tau malu ya. Biasanya si anak tidak
perduli. Anak yang bandel malah menjawab: tidak malu. Begitulah
anak sudah besar masih disusui dan kalau tidur dirangkul oleh
ibunya.
Bra
Dulu ibu-ibu di desa saya tidak kenal bra dan tidak berupaya
memperindah payudara untuk membuatnya seksi. Mereka memakai
sarung yang diikatkan di atas payudara. Hanya itu, dan
kadang-kadang tidak memakai baju. Waktu menyusui, sarung
tersebut diikatkan di bawah payudara. Sebahagian dari ibu-ibu
memakai penutup payudara yang bentuknya datar, bertali dua,
berkancing lima, dinamakan kotang. Fungsinya sekedar penutup
buah dada, bukan untuk memperindah. Dan kotang tidak selalu
dipakai.
Modernisasi menyajikan pelajaran baru di segala bidang, tidak
terkecuali perihal menyusui dan bra. Kata para dokter dan
bukubuku yang dikarang oleh para ahli, menyusui 6 - 8 bulan
sudah lebih dari cukup. Kalau mau gengsi, menyusui cukup
seminggu dua minggu, pakai substitusi susu lembu dalam botol.
Kata iklan: susu lembu semutu susu ibu.
Payudara menjadi lambang seks dan dikomersilkan. Maka awetlah
bentuk payudara yang montok, lalu seksinya bisa ditingkatkan
berkat bantuan bra impor yang mutakhir. Bintang film dan ratu
kecantikan mengajarkan bahwa, di samping ilmu keluwesan, amat
perlu diperhatikan ukuran vital: ukuran payudara, pinggang dan
pinggul. Gerakan wanita modern mengajarkan: iangan dibelenggu
rumah tangga dan anakanakmu, kembangkan dirimu, pribadimu.
Jarum berputar 180 derajat tahun-tahun terakhir ini. Supaya
menjadi modern, dulu elitc dan orang kota diajar i orang Barat
agar menyusui lebih singkat dan anak dididik Iapar berdasarkan
jam. Katanya, itu membuat anak lebih disiplin dan zelf standing.
Kini kita diajari orang Barat supaya menyusui anak sampai dua
tahun atau lebih.
Ajaran ini bukan sembarang aJaran . sudah matang dianalisa para
ahli Barat dan Timur, sudah diseminarkan berulang kali.
Keuntunganya berbagai-hagai: komposisi air susu ibu (ASI) lebih
cocok untuk anak daripada susu lembu karena ternyata susu lembu
paling cocok untuk anak lembu dapat melindungi anak dari
berbagai penyakit dapat nlencegah timbulnya kangker payudara
mudah didapat murah sekali ongkos produksinya sehingga
betul-betul menghemat devisa, berfungsi menjarangkan kelahiran
karena ovulasi akan tertunda. jadi otomatis menunjang program
KB ?uting susu ibu lebih unggul daripada dot dari sudut teknis
dan psikhis hubungan yang mesra antara anak dan ibu sungguh
diperlukan dot dan botol yang tidak steril membahayakan
kesehatan anak tidak mudah mengontrol temperatur botol.
Kalau satu ketika saya bertemu dengan kakak Nusuni dan cerita
tentang ini semua tentu dia geleng-geleng kepala. Dia tidak akan
habis pikir bagaimana melalui buku-buku orang belajar supaya
melahirkan di rumah sakit, supaya masa menyusui singkat saja,
supaya anak-anak tergantung pada lembu, supaya bayi tidur di
kamar lain. Kemudian orang belajar dari buku-buku baru yang
menasehatkan agar melahirkan di rumah secara alamiah, agar
menyusui berlama-lama, agar tidak tergantung pada lembu, agar
tidur bersama anak yang memerlukan kehangatan dalam hidup. Pakai
semboyan segala: enjoy motherhood, nikmati keibuan.
Jika dia tanyakan tentang nasehat buku di zaman cucu saya maka
saya hanya dapat geleng kepala. Di samping itu saya tidak bisa
meramalkan konstelasi kekuatan Multi National Corporation, La
Leche Leage International (Liga ASI Internasional) dan
Perhimpunan ASI Indonesia (kalau sudah ada).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini