Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Kembali ke susu ibu

Zaman dahulu orang barat mengajari orang kota dan elite agar menyusui cukup dengan 6-8 bulan, kekurangannya dapat diberi susu botol, agar badan tetap seksi. kini dianjurkan lagi agar kembali ke air susu ibu.

3 September 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ENTAH bagaimana nasib kakak Nusuni sekarang. Sudah lebih dari 20 tahun tidak bertemu. Terakhir kami bertemu di kampung ketika saya pulang sebagai pelajar SMA di Medan. Tiap kali bertemu tercetus lagi ucapan-ucapannya yang mesra tapi menggelikan: aduh, kau sudah begini besar. Lalu-dia cerita bagaimana saya sebagai bayi dan sebagai kanak-kanak, yakni hal-hal yang mustahil saya ingat. Dulu ia sering menjaga saya ketika ibu bekerja di ladang bersarna ibu-ibu yang lainnya. Di kampung kami, bayi-bayi anak-anak dan penjaga mereka ditempatkan tidak jauh dari kelompok ibu-ibu yang bekerja sehingga tiap kali si bayi menangis karena lapar, sang ibu dapat menyusui anaknya dengan segera. Kakak Nusuni tahu betul bagaimana tingkah laku saya waktu disusui. Anak-anak disusui dua sampai tiga tahun, disusui kapan saja dan di mana saja. Bayi yang menangis didiamkan dcngan disodori susu ibu. Ibu yang membiarkan bayunya menangis berlama-lama tanpa menyodorkan susunya, dibilang tidak sayang anak. Ibu-ibu menyusui bayinya di rumah, di pasar, di tepi jalan, di mana saja dengan terbuka, tanpa rasa malu teteknya dilihat orang. Pikiran mereka sederhana: tetek untuk anak. Sang ibu punya pabrik susu untuk memenuhi kebutuhan anak. Habis perkara. Anak-anak yang bungsu kadang-kadang disusui lebih dari tiga tahun. Mereka sering diolok-olok: ha, ha, kau sebesar ini kok masih disusui, tidak tau malu ya. Biasanya si anak tidak perduli. Anak yang bandel malah menjawab: tidak malu. Begitulah anak sudah besar masih disusui dan kalau tidur dirangkul oleh ibunya. Bra Dulu ibu-ibu di desa saya tidak kenal bra dan tidak berupaya memperindah payudara untuk membuatnya seksi. Mereka memakai sarung yang diikatkan di atas payudara. Hanya itu, dan kadang-kadang tidak memakai baju. Waktu menyusui, sarung tersebut diikatkan di bawah payudara. Sebahagian dari ibu-ibu memakai penutup payudara yang bentuknya datar, bertali dua, berkancing lima, dinamakan kotang. Fungsinya sekedar penutup buah dada, bukan untuk memperindah. Dan kotang tidak selalu dipakai. Modernisasi menyajikan pelajaran baru di segala bidang, tidak terkecuali perihal menyusui dan bra. Kata para dokter dan bukubuku yang dikarang oleh para ahli, menyusui 6 - 8 bulan sudah lebih dari cukup. Kalau mau gengsi, menyusui cukup seminggu dua minggu, pakai substitusi susu lembu dalam botol. Kata iklan: susu lembu semutu susu ibu. Payudara menjadi lambang seks dan dikomersilkan. Maka awetlah bentuk payudara yang montok, lalu seksinya bisa ditingkatkan berkat bantuan bra impor yang mutakhir. Bintang film dan ratu kecantikan mengajarkan bahwa, di samping ilmu keluwesan, amat perlu diperhatikan ukuran vital: ukuran payudara, pinggang dan pinggul. Gerakan wanita modern mengajarkan: iangan dibelenggu rumah tangga dan anakanakmu, kembangkan dirimu, pribadimu. Jarum berputar 180 derajat tahun-tahun terakhir ini. Supaya menjadi modern, dulu elitc dan orang kota diajar i orang Barat agar menyusui lebih singkat dan anak dididik Iapar berdasarkan jam. Katanya, itu membuat anak lebih disiplin dan zelf standing. Kini kita diajari orang Barat supaya menyusui anak sampai dua tahun atau lebih. Ajaran ini bukan sembarang aJaran . sudah matang dianalisa para ahli Barat dan Timur, sudah diseminarkan berulang kali. Keuntunganya berbagai-hagai: komposisi air susu ibu (ASI) lebih cocok untuk anak daripada susu lembu karena ternyata susu lembu paling cocok untuk anak lembu dapat melindungi anak dari berbagai penyakit dapat nlencegah timbulnya kangker payudara mudah didapat murah sekali ongkos produksinya sehingga betul-betul menghemat devisa, berfungsi menjarangkan kelahiran karena ovulasi akan tertunda. jadi otomatis menunjang program KB ?uting susu ibu lebih unggul daripada dot dari sudut teknis dan psikhis hubungan yang mesra antara anak dan ibu sungguh diperlukan dot dan botol yang tidak steril membahayakan kesehatan anak tidak mudah mengontrol temperatur botol. Kalau satu ketika saya bertemu dengan kakak Nusuni dan cerita tentang ini semua tentu dia geleng-geleng kepala. Dia tidak akan habis pikir bagaimana melalui buku-buku orang belajar supaya melahirkan di rumah sakit, supaya masa menyusui singkat saja, supaya anak-anak tergantung pada lembu, supaya bayi tidur di kamar lain. Kemudian orang belajar dari buku-buku baru yang menasehatkan agar melahirkan di rumah secara alamiah, agar menyusui berlama-lama, agar tidak tergantung pada lembu, agar tidur bersama anak yang memerlukan kehangatan dalam hidup. Pakai semboyan segala: enjoy motherhood, nikmati keibuan. Jika dia tanyakan tentang nasehat buku di zaman cucu saya maka saya hanya dapat geleng kepala. Di samping itu saya tidak bisa meramalkan konstelasi kekuatan Multi National Corporation, La Leche Leage International (Liga ASI Internasional) dan Perhimpunan ASI Indonesia (kalau sudah ada).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus