Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

"chicha" dan lain-lain

Film the cassandra crossing, menceritakan tentang kuman yang berbahaya. ketika 1000 penumpang yang dikarantina lewat cassandra crossing roboh, disebut pembunuhan massal amerika atau kesalahan komputer. (fl)

3 September 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

CHICHA BISA dibayangkan bahwa film yang dibintangi oleh penyanyi Chicha Koeswojo ini dihiasi pula dengan sejunlall nyanyian. Tapi nyanyian-nyanyian merdu dari penyanyi kecil yang terkenal itu diselipkan dengan baik dalam jalinan cerita yang terpadu rapi. Di sini nyanyian tidak dimasukkan dengan paksa, bahkan sebaliknya, nyanyian-nyanyian itu menduduki kedudukan pengucapan liris yang tak terpisahkan dari jalan cerita. Film untuk segala umur ini menarik bukan cuma untuk jadi tontonan anak-anak, tapi juga buat orang-orang yang pernah jadi kanak-kanak. Karya pertama sutradara muda Edward Pesta Sirait ini (skenario: Asrul Sani) sebuah film yang segar. Permainan Chicha hidup dan penuh nuansa. Tapi juga Irwan Sumadi mempunyai andil yang besar. Yang barangkali juga menarik dicatat setelah menonton film ini adalah kenyataan bahwa Chicha tidak dieksploitir di sini. Chicha ternyata bukan cuma penyanyi, tapi juga aktris yang berbakat. THE CASSANDRA CROSSING Ini adalah film yang sejenis dengan tontonan macam The Towering Inferno atau Poseidon Adventure. Selain pameran teknik dan kehebatan yang memang mendebarkan, kehebatan kerja kamera juga boleh dipujikan. Sudah tentu para pemain yang masyhur-masyhur itu juga memperlihatkan kebolehan yang istimewa. Yang barangkali patut untuk disayangkan adalah bahan konflik pokok yang menjadi penggerak utama jalannya cerita. Kuman-kuman dari Amerika Serikat yang dibiakkan dalam laboratorium itu, setelah menghebohkan, ternyata bukan kuman yang berbahaya. Berkembang biak lewat udara, dalam waktu singkat juga bisa punah sendiri oleh zat asam. Dan bahwa penelitian baru dilakukan dengan saksama setelah usaha dua orang teroris mencoba meledakkan kantor organisasi kesehatan internasional itu, rasanya suatu hal yang cuma mempersederhana persoalan. Yang juga dipersederhana adalah pilihan atas wilayah Polandia untuk karantina para penumpang kereta yang berjumlah sekitar 1.000 orang. Dengan pilihan itu maka kereta yang berat itu harus melalui Cassandra Crossing, yakni jembatan yang tidak lagi dipergunakan sejak tahun 1948. Pihak Amerika yakin bahwa jembatan itu tetap utuh dan disebut-sebut komputer sebagai sumber informasi. Di akhir film, jembatan itu runtuh bersama sebagian dari rangkaian kereta yang sedang melewatinya. Pembunuhan massal oleh Amerika atau komputer salah informasi? Pertanyaan itu nampaknya kurang dipersoalkan oleh Ceorge Cosmatos yang menulis dan menyutradarai film ini. Karena itulah maka film ini cuma menarik sebagai hasil pekerjaan tangan. DETEKTIF DANG DUT Ini pasti film guyon (komedi), apalagi di sana ada nama S. Bagyo yang pelawak itu. Rupanya si Sutradara (Pitrajaya Burnama) inginagar semua yang digunakan (pemain dan tehnik film) bisa ikut melawak. Tapi sayang niat yang baik tidak ditunjang dengan kemampuan, akibatnya lelucon yang kita dapat hanya setumpuk kekonyolan saja. Film ini mengajarkan kita bahwa kekonyolan saja belumlah cukup untuk bahan lelucon. Patut disayangkan bahwa sutradara bekerja setengah setengah, padahal film ini punya potensi untuk menyindir para detektif/intel, seperti film Return of the Pink Panther. ANAK EMAS Ceritanya bagus. Tapi sutradara Lilik Sudiyo kurang teliti. Lilik ternyata masih ulet berusaha memeras air mata penonton. Dalam film ini Adi Bing Slamet bermain cukup meyakinkan, fotografi juga lumayan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus