Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Saling intip menjelang l.a.

Tim pra-olimpiade Indonesia mampu menahan kesebelasan arab saudi, 1-1. persiapan-persiapan yang dilakukan oleh negara-negara peserta dalam memperebuntukan tiket ke olimpiade los angeles. (or)

15 Oktober 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERTANDINGAN Indonesia - Arab Saudi yang berakhir 1-1, 6 Oktober yang lalu, mengulangi sejarah yang pernah dicatat Stadion Utama Senayan 7 tahun silam. Paling tidak dari segi jumlah penonton yang diperkirakan melebihi kapasitas stadion yang mampu menampung 100.000 orang itu. Begini jugalah pemandangan tahun 1976 ketika kesebelasan tuan rumah bertarung dengan Korea Utara, juga untuk memperebutkan karcis ke Olimpiade. Meskipun tidak secemerlang penampilan tahun 1976, tim nasional ternyata bukan hanya mampu bertahan, melainkan hampir saja mengalahkan Arab. Namun, di luar dugaan memang, Arab yang belajar samba dari pelatih Brazil itu tidak menampilkan permainan yang hebat. Malahan tim tuan rumahlah yang lebih banyak menyerang dan mengancam gawang lawan. Mengapa Arab seperti malas bergerak? "Karena Zagalo. Itulah gaya permainannya. Dia membiarkan diri diserang. Tapi kalau lawan sudah lelah dan lengah dia baru memukul. Sedangkan Arab yang lincah dan mengalahkan Indonesia 8-0 tempo hari adalah hasil latihan pelatih Manelli," kata Barbatana, pelatih asal Brazil yang kini membimbing PSSI Garuda. Zagalo sendiri, seperti yang dikatakannya, terkejut melihat penampilan Indonesia, tim yang buat pertama kali disaksikannya. "Pada babak pertama kesebelasan Anda bermain tanpa banyak membuat kesalahan. Pertahanan mereka cukup bagus. Penjagaan terhadap lawan serta pola penyerangannya sangat baik," katanya memuji. Zagalo dilihat dari prestasinya selama ini sebenarnya bukan tandingan Barbatana. Dia ikut membawa Brazil menjadi juara Piala Dunia tiga kali. Sedangkan Barbatana hanya berhasil membesarkan pemain-pemain yunior di negerinya. Tetapi Barbatana bukannya tak punya kritik terhadap tim yang diasuh Basri itu. "Pemain Anda tidak bermain bola. Mereka terlalu banyak lari. Main bola bukannya tidak boleh lari. Tapi di negeri yang sepanas ini seharusnya bergerak seefisien mungkin. Kalau terlalu banyak berlari, seperti Dede Sulaiman, cepat lelah dan begitu berhadapan dengan penjaga gawang, dia sudah tak bisa berpikir. Dan bola asal disepak saja. Akibatnya, peluang jadi percuma," katanya menguraikan. Bekas pemain bola dari Kota Sao Paolo itu beranggapan, gaya Brazil dengan operan-operan pendek dan bola rendah sangat cocok untuk Indonesia. "Karena pemain Anda tubuhnya tidak tinggi. Teknik seperti itu yang kini saya ajarkan di Tim Garuda," ujar Barbatana. Menurut pengakuannya, penjaga gawang Alhusain dan kiri luar Khaled Al Mojed (yang membikin gol balasan) adalah hasil tempaannya ketika ia melatih di Riyadh 4 tahun lalu. Kalaupun Arab berhasil menaklukkan Indonesia, 23 November mendatang dalam pertandingan balasan di Riyadh, tampaknva anak buah Zagalo hanya mahir di kandang sendiri dan di lapangan rumput sintetis. Ini jelas terlihat ketika Malaysia mencukur mereka dengan angka telak 3-1 hari Senin, 10 Oktober di Stadion Negara Kuala Lumpur. Dengan kemenangan meyakinkan itu, Malaysia menjadi lawan berat buat Indonesia yang harus menghadapinya di Singapura 16 Oktober ini. Pelatih Basri, yang sengaja terbang ke Kuala Lumpur untuk mengintip permainan Malaysia melawan Arab, tentu sudah punya resep. Begitu pula pelatih Ma aysla asal Inggris, Frank Lord, sudah memasang kunci dalam menghadapi Indonesia, setelah dia menyaksikan Wayan Diana dan kawan-kawan hampir saja mengalahkan Arab, di Senayan . Sementara itu Sinagpura, yang akan berhadapan dengan Arab Saudi, 14 Oktober ini, pasti juga bukan lawan yang enteng bagi Indonesia, sekalipun juara kedua Sea Games 1983 itu tidak akan menurunkan Fandi Ahmad yang kini main untuk Groningen, Negeri Belanda, dan dua pemain tangguhnya masih kena skorsing. Mampukah Indonesia merebut tiket ke Olimpiade Los Angeles? Dengan persiapan yang hanya dua setengah bulan, prestasi yang dicapai Basri dengan tim nasional ini, bagaimanapun, sudah berhasil memenuhi harapan Indonesia untuk keluar dari grafik yang terus ngeloyor di bawah. Terutama setelah pemunculan di Sea Games Singapura, Juni yang lalu. Mungkin jalan akan lebih lancar bila dalam pertandingan hari Minggu nanti Indonesia mampu memukul Malaysia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus