Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Saya kalah, mau ngomong apa lagi

Di kejuaraan bulu tangkis all england 1987 di london, indonesia berhasil menempatkan 2 finalis. icuk sugiarto di tunggal putra dan bobby ertanto/rudy heryanto di nomor ganda. semua akhirnya kalah.

21 Maret 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PAMOR Indonesia kembali naik, meski tidak terlalu terang. Dalam kejuaraan bulu tangkis All England ke-77, Indonesia menempatkan dua finalis dari 5 nomor yang dipertandingkan. Icuk Sugiarto di tunggal putra dan pasangan Bobby Ertanto/Rudy Heryanto di nomor ganda. Keduanya gagal. Icuk dipecundangi Morten Frost Hansen, sedang Bobby dan Rudy dikalah kan pasangan Cina Tian Bingyi dan Li Yongbo. Kendati gagal, prestasi mereka lumayan dibandingkan dua tahun silam. Waktu itu, tidak satu pun pemain Indonesia -- termasuk Liem Swie King, finalis 1984 dan pasangan Kartono Heryanto, juara 1984 -- maju ke babak final. Pada 1986, Indonesia tidak mengirimkan pemain terasnya karena sedang menghadapi perebutan Piala Thomas, di Jakarta. Bertanding dengan kaki terbalut, Icuk Sugiarto, 25, harus mengakui keunggulan Morten Frost Hansen -- juara 1982, 1984, dan 1986 -- dengan 15-10 dan 15-0. "Saya sudah berusaha keras tapi kalah juga, mau ngomong apa lagi," ujar Icuk seusai pertandingan. "Lagi pula, saya tidak menduga bisa maju ke final dalam keadaan seperti ini. Masuk semifinal saja sudah bagus," tambahnya. Bagi Icuk keberhasilannya maju ke final All England merupakan kebanggaan tersendiri. Selama enam kali mengikuti kejuaraan ini -- sejak 1981 -- prestasi tertingginya hanya sampai babak ketiga. Kekalahan Icuk dari Morten sudah bisa diduga sebelumnya, meski tentu saja menjengkelkan buat jutaan penonton Indonesia yang menyaksikan pertarungan itu lewat televisi. Apalagi karena Icuk kalah 15-10 dan 15-0. Mungkin baru kali ini terjadi seorang pemain sama sekali tak mendapat angka dalam final All England. Dalam kejuaraan di London itu, pergelangan kaki Icuk, yang terkilir sewaktu melawan Misbun Sidek di kejuaraan Skandinavia Terbuka, masih belum sembuh benar. Itu dibenarkan oleh dokter pertandingan William Taor. "Kaki Icuk memang masih bengkak dan perlu perawatan yang intensif" katanya. Akibatnya, "Saya tidak bisa main selincah biasanya meski semua kemampuan sudah saya keluarkan," kata Icuk kepada Adi Pradana dari TEMPO. Menurut Icuk, waktu mengejar bola ia harus berlari dengan gerakan yang lurus. "Jika melakukan gerakan menyilang, kaki saya terasa sakit. Tenaga yang saya keluarkan dua kali lipat, jadi tidak heran kalau tenaga saya cepat habis," katanya. Mengapa harus dipaksakan bermain? Sebenarnya Icuk sendiri masih ragu setibanya di London dari Malmoe, Swedia. "Untuk jalan saja susah. Mungkin kalau tidak ada Tong Sin Fu saya sudah mengundurkan diri," tutur Icuk setibanya di Laussane, Swiss, sewaktu dihubungi melalui telepon internasional. Menurut Icuk, Tong Sin Fu yang mendorongnya agar berani bermain terus, sekaligus sebagai latihan mental. Di samping itu, ia juga tidak mau dikatakan terlalu manja. Memang sejak awal 1987, Tong Sin Fu -- pelatih PB Pelita Jaya -- diperbantukan di Pelatnas untuk menangani beberapa pemain, seperti Icuk dan Eddy Kurniawan. Bahkan, dalam kejuaraan Skandinavia Terbuka dan All England ini, Tong ikut mendampingi pemain. "Tidak ada strategi khusus yang diberikan Tong. Semuanya terserah saya. Dia hanya membantu memberikan semangat di samping beberapa petunjuk," kata Icuk tegas. Ia melihat, satu-satunya jalan yang terbaik melawan Morten adalah dengan kombinasi antara adu reli dan serangan -- yang selama ini beberapa kali diterapkannya. Tapi dalam final itu ternyata Icuk hanya bisa melayani reli. "Karena kaki saya sakit sekali untuk melakukan smash sambil lompat," ujar Icuk. Apa yang dikemukan oleh Icuk dibenarkan oleh Rudy Hartono, juara 8 kali All England. "Tidak ada pilihan lagi bagi Icuk, yang penting ada semangat dia untuk berprestasi di All England," tutur Rudy. Menurut Rudy, kalau kaki kanan cedera, padahal kaki itu menjadi tumpuan, bagaimana bisa bermain bagus. Selain itu, tambahnya, untuk ia mengalahkan Morten di udara dingin, diperlukan kondisi yang prima. Itu pun masih fifty-fifty. Rudy Novrianto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus