Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Saya siap, kata elly

Sukardi kalah ko pada ronde ke-4 oleh ellyas pical di surabaya. boy bolang menganggap kardi masih tingkat taman kanak-kanak. elly akan berhadapan dengan taeil chang.

12 September 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENONTON riuh. Kombinasi hook kiri-kanan Elly Pical -- plus serudukan kepalanya -- menghunjam cepat dan keras, mengurung Sukardi yang hanya bisa bertahan di pojok ring dengan doble cover ketat. Mereka menyangka Kardi akan tumbang ronde itu juga. Tapi tidak. Dengan berani, Kardi melepas pertahanannya dan... plak-plak . . . dua hook-nya mulus mendarat di kepala Elly, memaksa bekas juara dunia itu melangkah mundur. Maka, ketika kemudian Kardi terkapar knock-out di ronde keempat, Elly pun berjingkrak-jingkrak mengelilinginya sembari meledek lawannya. Di pertarungan pertama di Surabaya Minggu malam silam setelah gelar juara dunianya hilang di tangan Khaosai Galaxy, Elly meyakinkan khalayak bahwa kepalannya maslh menyengat. "Pukulannya keras sekali," ujar Kardi, memuji Elly. Ia berhasil melindungi mukanya untuk tetap bersih. Tapi begitu pukulan Elly telak menghajar lehernya -- pengakuan Kardi -- ia tak tahan lagi. Permainan pura-purakah ini? "Ini bukan main-main. Lihat saja perlawanan Kardi meski akhirnya dia KO," ujar Anton Sihotang yang mengaku terus mengawasi perkembangan Elly. Dengan hanya punya modal empat kali bertanding, banyak orang menilai Kardi masih anak bawang. Malah istilah Boy Bolang -- sebulan lalu "Kardi 'kan masih TK." Namun, kemudian Elly pun memuji petinju muda yang pernah mengalahkan Surasith -- juara bantam yunior Muangthai -- ini. Lewat manajernya, Melky Guslaw, Elly berkata, "Anak itu nanti pasti akan jadi. Bercelana merah, bersepatu kuning stabilo Elly naik ring. Mula-mula ia tampak setengah hati. Dengan mengumbar senyum, ia lontarkan satu-dua pukulan sekenanya. Sesekali ia lepaskan senjata maut hook kirinya hanya sebagai gertakan. Tapi Sukardi kelihatan tak ciut nyali. Ia blok pukulan Elly. Bahkan ia berani menyerang. Beberapa kali pukulan bersihnya mengenai wajah Elly. Penonton pun bersorak. "Kardi . . . Kardi . . . Kardi . . . ! ! !," teriakan itu terus membahana. Penonton memang tak berpihak ke Elly. Gusar agaknya, Elly bangkit. Dikeluarkannya teknik simpanannya. Ronde dua, tiga, dan empat berlangsung sengit. Pukulan dibalas dengan pukulan. Hook kanan Elly, yang biasa mati, kian hidup. Kardi pun mengimbangi dengan sengit, hingga pertandingan berakhir separuh waktu dari delapan ronde yang direncanakan. "Elly tetap asset nasional," kata Eddy Pirih, promotor pertarungan kali ini. Hanya saja Boy Bolang pesimistis, apakah pertarungan ini bermanfaat bagi Elly. "Elly tak akan memperoleh apa-apa," ujarnya. Menurut dia, Elly ibarat anak SMA kelas tiga. Seharusnya ia dilawankan dengan yang kelas satu atau dua SMA. "Jangan dicarikan musuh anak TK," ujarnya. Tapi kemudian terbukti, si anak TK Sukardi bertarung jauh lebih bagus daripada yang diperkirakan banyak orang. Anton Sihotang pun puas. Ia memang ingin Elly bertarung sekali, sebelum menantang Taeil Chang. Maka, ia pun minta pada Pirrih: carikan lawan. Syaratnya, sang lawan harus pada peringkat nasional dan teknik bertinjunya harus benar. "Saya tak ingin Elly cedera karena cara memukul salah," kata Anton. Dengan bertanding ini, menurut Anton, semangat dan tekad Elly untuk menang dalam pertarungan berikutnya akan tumbuh. "Walaupun bukan yang terbaik, penampilan Elly tadi sangat baik." Dengan ditangani tim pelatih yang dipimpin Simson, Anton yakin Elly bisa juara lagi. Saat ini, kata Anton, hanya ada dua petinju bantam yunior yang sulit dikalahkan Elly. Yakni Galaxy dan Bebis Rojas. Bahkan bintang dunia Gilberto Roman dan Santos Laciar pun mungkin akan kalah lawan Elly. "Tunggulah, Elly nanti yang akan mengalahkan Galaxy," kata Anton. Setelah lawan Chang, dan sekali lagi bertanding, di akan dihadapkan kembali dengan Galaxy. Bagaimana, Elly? "Siap." Budiono Darsono & Zaim Uchrowi (Biro Surabaya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus