BARU tujuh langkah Agus meninggalkan mobil Charade-nya, seseorang memanggil. "Bapak sudah mengunci dengan benar?" tanyanya. Agus mengangguk setengah keheranan, apa maunya orang ini. "Lihat, Pak," kata orang itu sambil menggaetkan sebuah jari-jari besi sepanjang 12 cm yang ujungnya bengkok ke lubang handel pintu. Dan Agus kaget, pintu mobil dengan mudah dibuka dengan alat sepele itu. Ia minta orang itu sekali lagi mencobanya. Klik . . ., tak sampai tiga puluh detik, kunci mobil terbuka. Begitulah cara lelaki itu menawarkan pengaman kunci di Proyek Senen Blok IV Jakarta. Biasanya pemilik mobil lalu tertarik. Daripada mobilnya disikat anak buah "aktor intelektual" tentu lebih baik ia keluar duit Rp 5.000 untuk mengamankan kunci. Oman Abdul Rahman, pekerja bengkel mobil, orang itu, cari penghasilan sampingan mengamankan kunci. Lelaki kurus berusia 42 tahun itu, bapak dua anak, mengaku bisa mendapat tambahan uang rata-rata sekitar Rp 15.000. Ia tak sendiri. Sejumlah temannya juga menawarkan hal yang sama. Tapi cara pencuri mobil mengalahkan kunci bukan hanya dengan kawat 12 cm itu Dengan anak kunci duplikat misalnya. Caranya dengan berbaik-baik kepada calon korban lalu pura-pura mengagumi keindahan gantungan kunci, lalu meminjam untuk dilihat. Dan ketika itulah bagaikan tukang sulap, anak kunci sudah tercetak pada malam atau sejenisnya. Berikutnya, dalam beberapa menit anak kunci duplikat beres sudah. Tukang kunci yang banyak menunggu pemesan di kawasan Proyek Senen atau di kawasan Glodok tak akan menanyai untuk apa. Mereka juga tak perlu menanyakan surat-surat. Seandainya ditanya pun, mereka juga bisa berbohong, tutur Sagimin, tukang kunci dari gang Banceuy, Bandung. Cara yang lebih canggih, dengan menyemprotkan cairan kimia pelebur timah perekat ke dalam lubang kunci. Pokoknya, cara kuno mengandalkan kekuatan impitan tubuh, lalu klik, kunci terbuka, sudah bukan zamannya. Juga cara memecahkan kaca, atau mengiris karet lis, dan lalu membuka kaca. Ada cara lain, sedikit susah tapi masuk akal juga. Yakni, dengan memasukkan secara paksa anak kunci yang belum terukir ke lubang kunci mobil. Dengan cara itu lekak-lekuk lubang kunci akan menggores pada anak kunci palsu itu. Tapi sudah cukup amankah pengaman kunci buatan macam Oman itu? Dari 45 mobil curian yang ditahan di Jakarta dalam operasi khusus kali ini, 44 tanpa pengaman tambahan. Pengaman tambahan memang bukan cuma dengan pelat. Alarem dan kunci pada setir juga banyak dipasang. Tapi mengapa sasarannya cuma mobil produk Jepang? Hendratmaka, Humas Astra untuk Divisi Toyota, menjawab, "Handle mobil Jepang tidak berbeda dengan produk Eropa dan Amerika." Karena frekuensi pencurian meningkat (di Jakarta, Juni tercatat 244 kasus, Juli meningkat jadi 267) ia berjanji melaporkannya ke pabrik pusat. Tapi akan menyerahkah "aktor intelektual"?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini