ORANG boleh bilang apalah artinya sebuah piala. Tapi Paraguay pernah perang dengan Uruguay gara-gara sebuah piala. Itulah Piala Jules Rimet, lambang supremasi sepak bola dunia yang diidamkan banyak negara selama 40 tahun. Jules Rimet adalah Presiden Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) dari 1920 sampai 1954, dan dialah pencetus kejuaraan dunia sepak bola. Sejak 1970, Piala Jules Rimet, yang diperebutkan empat tahun sekali, menjadi milik Brasil, yang berhasil memboyong piala berlapis emas itu sebanyak tiga kali. Brasil, satu-satunya negeri yang tak pernah absen dalam setiap putaran final Piala Dunia sejak 1930, pertama kali merebut lambang supremasi sepak bola dunia itu pada 1958. Di final, di Stockholm, ketika itu mereka menundukkan tuan rumah, Swedia, dengan skor telak 5-2. Empat tahun kemudian, Brasil, yang mengenakan kostum kuning-hijau, berhasil mempertahankan Piala Jules Rimet di Santiago, Cili, setelah menyikat Cekoslowakia 3-1. Selang sewindu di Mexico City, Brasil kembali mempertontonkan kehebatan mereka setelah di final membungkam Italia 4-1. Prestasi terakhir ini sekaligus mengantar negeri itu menjadi pemilik abadi Piala Jules Rimet. Sejak Piala Jules Rimet menjadi milik Brasil, FIFA memutuskan untuk memperebutkan trofi baru: Piala FIFA. Piala pengganti ini dinyatakan FIFA sebagai piala bergilir. Sejak diperebutkan pada 1974 baru Jerman Barat, Italia, dan Argentina (dua kali) yang berhasil memboyong piala itu. Tahun 1983, Piala Jules Rimet, yang berlapis emas murni itu, kembali ramai dipergunjingkan orang. Soalnya, piala yang sudah 13 tahun di tangan Brasil itu raib dari lemari pajangan kantor Confedaracao Brasileira de Desportos (CDB), yang terletak di Rua de Alfandega, Rio de Janeiro. Hampir seluruh rakyat Brasil kelimpungan mencari piala tersebut. Bantuan Interpol juga diminta untuk menemukannya, tetapi hasilnya tetap nihil. Selang lima tahun titik terang mengenai nasib piala itu berangsur-angsur tersingkap. Awal Januari lalu, Kepala Polisi Distrik 15 Rio de Janeiro, Romeo Diamant, berhasil menangkap Carlinho Pepe, yang dituduh terlibat dalam pembunuhan Pengacara Antonio Aranha. Ternyata, Pepe juga otak pencurian Piala Jules Rimet. Dari penyidikan Diamant, terungkap motif pembunuhan Pengacara Aranha adalah soal rebutan rezeki dengan Pepe. Pepe mengaku bahwa Piala Jules Rimet itu sudah dileburnya di toko perhiasan, Casa Masson, untuk diambil lapisan emasnya. Dengan melebur piala itu di Casa Masson, yang sering kongkalikong dengan kelompok dunia hitam dalam membantu melebur emas hasil jarahan mereka, Pepe mendapatkan 1,8 kg emas murni. Entah bagaimana "barang panas" itu kemudian jatuh ke tangan Aranha, yang sering membeking kegiatan Pepe, dan kemudian menilapnya sendiri. "Dia menganggap emas itu merupakan hasil curiannya sendiri," ujar Pepe. Diduga Aranha melakukan tindakan itu karena yakin Pepe tak akan berani melaporkannya ke polisi. Soalnya, emas itu merupakan barang "haram". Pepe memang tak melaporkannya ke polisi mengenai "penipuan" yang dilakukan Aranha terhadap dirinya, tetapi langsung menghakiminya sendiri. Menjelang tutup tahun, Pepe menunggui Aranha di luar kantor pengacara itu, dan kemudian memberondongnya dengan peluru. Aranha mati seketika. Tapi kasus pencurian juga ikut terkubur. "Kini kasus pencurian Piala Jules Rimet sudah ditutup penyidikannya," ujar Romeo Diamant. AKS dan Hendrix M. (Hilversum)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini