PERSELISIHAN dalam mengambil keputusan ternyata terus merundung
tubuh Federasi Olahraga Karate-do Indonesia (FQRKI). Kali ini
bertolak dari penunjukan 7 karateka yang akan mewakili Indonesia
ke Turnamen Karate-do Dunia ke 4 di Tokyo, Jepang, 2 s/d 4
Desember depan.
Menurut ketentuan yang telah dispakati dalam Musyawarah Lembaga
Aliran (MLA): karateka yang terpilih adalah mereka yang lolos
seleksi gabungan 40 calon. 20 karateka terbaik hasil
pertandingan PON IX dan 20 orang lagi kandidat perguruan yang
tergabung dalam FORKI.
Tapi kesepakatan Maret lalu itu cuma di kertas Dalarn rapat
gabungan antara PB FORKI dan beberapa wakil perguruan, 1
Oktober, muncul pendapat baru yang menginginkan peniadaan
seleksi. Usul itu, kabarnya, dilontarkan oleh Baud Adikusumo
dari perguruan Inkado. Ia didukung Anton Lesiangi (Lemkari),
Chairul, Tarnan (Wado-Kai), dan Setyo Haryono (Goju-Kai).
Tapi Ketua Bidang Pembinaan PB FORKI, Soritua Hutagalung SH,
menolak. Katanya, kalau seleksi tidak mungkin diadakar, jalan
keluarnya adalah penunjukan berdasarkan urutan juara PON IX.
Akhirnya, rapat memutuskan pemilihan karateka tetap berdasarkan
seleksi. Dalam rapat lanjutan, 10 hari kemudian, ditetapkan
panitia seleksi yang diketuai oleh Baud Adikusumo dan dibantu
dengan Anton Lesiangi, Sabeth Muchrsin, Chairul Taman, Setyo
Haryono, dan Mark Basuki sebagai anggota. Esoknya, undangan
untuk mengikuti seleksi yang direncanakan tanggal 13 s/d 15
Nopember itu pun dikirim ke daerah-daerah.
Rencana yang sudah matang itu kemudian berubah lagi. Seleksi
dimajukan jadi tanggal 2 s/d 4 Nopernber. Pemajuan tanggal itu
dikabarkan agar para karateka terpilih tidak kesusu mengurus
paspor nantinya. Sebab tengang waktu pemberangkatan, jika
jadwal lama dipakai, cuma 2 minggu.
Akan Didiskwalifisir
Dalam menunggu-nunggu hari seleksi itu muncul perkembangan baru.
Selasa, 18 Oktober datang sepucuk surat dari panitia Kejuaraan
Dunia Karate ke 4 ke alamat PB FORKI. Surat yang bertanggal 30
September itu merupakan balasan dari rekes yang dikirimkan oleh
Mayjen drs. Soemadi selaku Ketua Umum PB FORKI yang menanyakan
masalah kedudukan karateka partisipan turnamen International
Amateur of Karate-do Federation (IAKF) di Tokyo 2 bulan lalu.
Kejuaraan IAKF ini adaiah merupakan 'tandingan' dari turnamen
World Union of Karate-do Organization (WUKO), awal Desember
muka.
Eiichi Eriguchi selaku Sekretaris Jendral WUKO dalam suratnya
kepada PB FORKI itu menegaskan bahwa karateka yang ikut turnamen
IAKP akan didiskwalifisir dari turnamen WUKO. Indonesia dalam
kejuaraan LAKF lampau tersebut diwakili Advent nangun, Harmen
Lukas Tampoudong, lrederick Abels, dan Atut Agustinantodari
Institut Karate do Indonesia (Inkai).
Sehari setelah surat dari WUKO itu tiba, Baud Adikusumo dkk
kembali minta bertemu dengan Soemadi. Dalam kesempatan tersebut,
ia mengulangi lagi ketdak-setujuannya terhadap seleksi.
Tanggal 25 Oktober tersiarlah berita bahwa seleksi akhirnya
dibatalkan.
Dua hari kemudian KONI Pusat menerima surat dari PB FORKI yang
berisi permohonan bantuan fasilitas untuk pengiriman tim karate
Indonesia ke turnamen WUKO. Mereka terdiri atas karateka
Sugianto Karsono, Trisetianto, Budijufi Hartono, Agus Kusnadi,
Bagus Ellan, A.S. Bakir, dan Abdul Kadir.
Surat permohonan PB FORKI bernomor 203/R/PB/X/77 cepat-cepat
dipintas oleh Soritua. Kepada KONI Pusat, ia menyatakan agar
tidak memberikan prioritas apapun kepada tim karate nasional
terlebih dahulu. Soalnya? "Bahasa olahraga telah dikesampingkan
dalam penunjukan tim nasional ini," kata Soritua. Maksudnya:
anggota tim ditunjuk lebih berdasar pada perasaan sula atau
tidak suka ketimbang prestasi.
MLA: "Jual Kucing"
Ia lalu mengemukakan karateka contoh. "Trisetianto dalam
seleksi ranting saja tak pernah menang. Bagaimana mungkin ia
bisa mewakili tim nasional untuk suatu turnamen dunia," ujar
Soritua Hutagalung. Karateka Trisetianto adalah calon dari
perguruan. Dari 7 anggota tim yang masuk daftar 20 urutan PON IX
hanya Abdul Kadir dan Bagus Ellan.
Di balik terpilihnya 7 karateka itu, desas-desus persaingan
antar perguruan kembali membunga. Sebab dari 20 karateka hasil
pemilihan lewat PON IX, Agustus lalu -anya 3 orang yang bukan
Inkai. "Bagi saya tidak jadi soal apakah anak Inkai akan
terpilih atau tidak asalkan pemilihan dilakukan melalui
seleksi," kata Ketua Dewan Guru Inkai, Sabeth Muchsin. Sebab,
'seleksi itu adalah hal yang prinsip bagi pengujian prestasi."
Bertolak dari pendapat itu persoalan perguruan ternyata bukan
masalah yang prinsip, agaknya.
Kalau demikian, lalu apa sebetulnya yang masih mengganjal dalam
tubuh FORKI? Musyawarah Lembaga Aliran (MLA) yang merupakan
forum Dewan Guru perguruan? Sabeth mengatakan: "Masalah karate
sulit diselesaikan selama pengambilan keputusan masih melalui
jalur MLA."
Ia menambahkan bahwa MLA itu adalah lembaga yang menjual kucing
dalam karung. Maksudnya: perguruan-perguruan akan menjagoi anak
asuhannya untuk dapat membawa bendera FORKI. Sekalipun yang
dinamakan prestasi belum teruji. "Oleh karena itu sebaiknya MLA
dipisahkan saja dari FORKI," ucap Sabeth.
Sabeth mungkin juga benar. Tapi mengapa dalam periode
kepengurusan Letjen Widjojo Soejono, pendahulu Soemadi, segala
permasalahan dalam pembentukan tim nasional tak seperti
sekarang? Bukankah waktu itu ML juga ada? Tak ada yang memberi
komentar. Kalaupun ada itu puh diembel-embeli kata off the
record.
Soemadi Naik Haji
KONI Pusat tampak memaklumi apa yang terjadi dalam FORKI. Karena
itu Ketua Bidang Pembinaan KONI Pusat, Mayjen Gatot Suwagio
menolak untuk memberi komentar sehabis menerima surat permintaan
bantuan PB FORKl. Ia hanya mengatakan bahwa Pengurus Besar
maupun Dewan Pembina FORKI akan didengar mengenai soal
pembentukan tim nasional karate ini.
Dengar pendapat itu mungkin masih agak lama. Sebab Soemadi
sehabis menanda-tangani Surat Keputusan tentang pembentukan tim
karate nasional, bertolak ke Mekkah untuk menunaikan ibadah
haji.
Mungkinkah FORKI dapat mempersiapkan tim karate nasional yang
kuat, jika KONI Pusat harus menanti kepulangan Soemadi terlebih
dahulu? Diperkirakan Ketua Umum PB FORKI ini akan sampai di
Indonesia awal Desember depan. Lalu bagaimana dengan partisipasi
FORKI dalam Kejuaraan Dunia Karate-do ke 4?
Di sini KONI Pusat kembali diuji.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini