Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Seleksi, tak seleksi, seleksi ...

Menghadapi kejuaraan wuko ke-4 pb forki mengedarkan undangan untuk seleksi karateka. seleksi kemudian dibatalkan dan pengiriman karateka didasarkan pada penunjukan. (or)

7 April 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERSELISIHAN dalam mengambil keputusan ternyata terus merundung tubuh Federasi Olahraga Karate-do Indonesia (FQRKI). Kali ini bertolak dari penunjukan 7 karateka yang akan mewakili Indonesia ke Turnamen Karate-do Dunia ke 4 di Tokyo, Jepang, 2 s/d 4 Desember depan. Menurut ketentuan yang telah dispakati dalam Musyawarah Lembaga Aliran (MLA): karateka yang terpilih adalah mereka yang lolos seleksi gabungan 40 calon. 20 karateka terbaik hasil pertandingan PON IX dan 20 orang lagi kandidat perguruan yang tergabung dalam FORKI. Tapi kesepakatan Maret lalu itu cuma di kertas Dalarn rapat gabungan antara PB FORKI dan beberapa wakil perguruan, 1 Oktober, muncul pendapat baru yang menginginkan peniadaan seleksi. Usul itu, kabarnya, dilontarkan oleh Baud Adikusumo dari perguruan Inkado. Ia didukung Anton Lesiangi (Lemkari), Chairul, Tarnan (Wado-Kai), dan Setyo Haryono (Goju-Kai). Tapi Ketua Bidang Pembinaan PB FORKI, Soritua Hutagalung SH, menolak. Katanya, kalau seleksi tidak mungkin diadakar, jalan keluarnya adalah penunjukan berdasarkan urutan juara PON IX. Akhirnya, rapat memutuskan pemilihan karateka tetap berdasarkan seleksi. Dalam rapat lanjutan, 10 hari kemudian, ditetapkan panitia seleksi yang diketuai oleh Baud Adikusumo dan dibantu dengan Anton Lesiangi, Sabeth Muchrsin, Chairul Taman, Setyo Haryono, dan Mark Basuki sebagai anggota. Esoknya, undangan untuk mengikuti seleksi yang direncanakan tanggal 13 s/d 15 Nopember itu pun dikirim ke daerah-daerah. Rencana yang sudah matang itu kemudian berubah lagi. Seleksi dimajukan jadi tanggal 2 s/d 4 Nopernber. Pemajuan tanggal itu dikabarkan agar para karateka terpilih tidak kesusu mengurus paspor nantinya. Sebab tengang waktu pemberangkatan, jika jadwal lama dipakai, cuma 2 minggu. Akan Didiskwalifisir Dalam menunggu-nunggu hari seleksi itu muncul perkembangan baru. Selasa, 18 Oktober datang sepucuk surat dari panitia Kejuaraan Dunia Karate ke 4 ke alamat PB FORKI. Surat yang bertanggal 30 September itu merupakan balasan dari rekes yang dikirimkan oleh Mayjen drs. Soemadi selaku Ketua Umum PB FORKI yang menanyakan masalah kedudukan karateka partisipan turnamen International Amateur of Karate-do Federation (IAKF) di Tokyo 2 bulan lalu. Kejuaraan IAKF ini adaiah merupakan 'tandingan' dari turnamen World Union of Karate-do Organization (WUKO), awal Desember muka. Eiichi Eriguchi selaku Sekretaris Jendral WUKO dalam suratnya kepada PB FORKI itu menegaskan bahwa karateka yang ikut turnamen IAKP akan didiskwalifisir dari turnamen WUKO. Indonesia dalam kejuaraan LAKF lampau tersebut diwakili Advent nangun, Harmen Lukas Tampoudong, lrederick Abels, dan Atut Agustinantodari Institut Karate do Indonesia (Inkai). Sehari setelah surat dari WUKO itu tiba, Baud Adikusumo dkk kembali minta bertemu dengan Soemadi. Dalam kesempatan tersebut, ia mengulangi lagi ketdak-setujuannya terhadap seleksi. Tanggal 25 Oktober tersiarlah berita bahwa seleksi akhirnya dibatalkan. Dua hari kemudian KONI Pusat menerima surat dari PB FORKI yang berisi permohonan bantuan fasilitas untuk pengiriman tim karate Indonesia ke turnamen WUKO. Mereka terdiri atas karateka Sugianto Karsono, Trisetianto, Budijufi Hartono, Agus Kusnadi, Bagus Ellan, A.S. Bakir, dan Abdul Kadir. Surat permohonan PB FORKI bernomor 203/R/PB/X/77 cepat-cepat dipintas oleh Soritua. Kepada KONI Pusat, ia menyatakan agar tidak memberikan prioritas apapun kepada tim karate nasional terlebih dahulu. Soalnya? "Bahasa olahraga telah dikesampingkan dalam penunjukan tim nasional ini," kata Soritua. Maksudnya: anggota tim ditunjuk lebih berdasar pada perasaan sula atau tidak suka ketimbang prestasi. MLA: "Jual Kucing" Ia lalu mengemukakan karateka contoh. "Trisetianto dalam seleksi ranting saja tak pernah menang. Bagaimana mungkin ia bisa mewakili tim nasional untuk suatu turnamen dunia," ujar Soritua Hutagalung. Karateka Trisetianto adalah calon dari perguruan. Dari 7 anggota tim yang masuk daftar 20 urutan PON IX hanya Abdul Kadir dan Bagus Ellan. Di balik terpilihnya 7 karateka itu, desas-desus persaingan antar perguruan kembali membunga. Sebab dari 20 karateka hasil pemilihan lewat PON IX, Agustus lalu -anya 3 orang yang bukan Inkai. "Bagi saya tidak jadi soal apakah anak Inkai akan terpilih atau tidak asalkan pemilihan dilakukan melalui seleksi," kata Ketua Dewan Guru Inkai, Sabeth Muchsin. Sebab, 'seleksi itu adalah hal yang prinsip bagi pengujian prestasi." Bertolak dari pendapat itu persoalan perguruan ternyata bukan masalah yang prinsip, agaknya. Kalau demikian, lalu apa sebetulnya yang masih mengganjal dalam tubuh FORKI? Musyawarah Lembaga Aliran (MLA) yang merupakan forum Dewan Guru perguruan? Sabeth mengatakan: "Masalah karate sulit diselesaikan selama pengambilan keputusan masih melalui jalur MLA." Ia menambahkan bahwa MLA itu adalah lembaga yang menjual kucing dalam karung. Maksudnya: perguruan-perguruan akan menjagoi anak asuhannya untuk dapat membawa bendera FORKI. Sekalipun yang dinamakan prestasi belum teruji. "Oleh karena itu sebaiknya MLA dipisahkan saja dari FORKI," ucap Sabeth. Sabeth mungkin juga benar. Tapi mengapa dalam periode kepengurusan Letjen Widjojo Soejono, pendahulu Soemadi, segala permasalahan dalam pembentukan tim nasional tak seperti sekarang? Bukankah waktu itu ML juga ada? Tak ada yang memberi komentar. Kalaupun ada itu puh diembel-embeli kata off the record. Soemadi Naik Haji KONI Pusat tampak memaklumi apa yang terjadi dalam FORKI. Karena itu Ketua Bidang Pembinaan KONI Pusat, Mayjen Gatot Suwagio menolak untuk memberi komentar sehabis menerima surat permintaan bantuan PB FORKl. Ia hanya mengatakan bahwa Pengurus Besar maupun Dewan Pembina FORKI akan didengar mengenai soal pembentukan tim nasional karate ini. Dengar pendapat itu mungkin masih agak lama. Sebab Soemadi sehabis menanda-tangani Surat Keputusan tentang pembentukan tim karate nasional, bertolak ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Mungkinkah FORKI dapat mempersiapkan tim karate nasional yang kuat, jika KONI Pusat harus menanti kepulangan Soemadi terlebih dahulu? Diperkirakan Ketua Umum PB FORKI ini akan sampai di Indonesia awal Desember depan. Lalu bagaimana dengan partisipasi FORKI dalam Kejuaraan Dunia Karate-do ke 4? Di sini KONI Pusat kembali diuji.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus