Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Seragam made in singapore

Untuk seragam atlet ke sea games ix di kualalumpur, koni pusat telah memesan dari penjahit di singapura, karena dinilai lebih murah dan baik.(or)

7 April 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIKA barisan tim teriis meja Indonesia memasuki tempat upacara di gedung The National Exhibition Centre Birmingham, Inggeris, para pengunjung terpesona, kagum. Mereka menjadi pu$at perhatian terang bukan karena ptestasinya. Sebab dalam Kejuaraan Dunia Tenis Meja Ke-34 hadir pemain-pemain kaliber internasional dari RRC maupun KoreaI Selatan -dua negara yang memegang supremasi dunia. Kekaguman penonton pada tim Indonesia itu terletak hanya pada pakaian defile yang dikenakan pemain-pemain puteri. "Orang menyangka mereka adalah stewardess (pramugari) Lufthansa," cerita Sekjen PTMSI, Willy Warokka kepada TEMPO. Memakai rok abu-abu, kemeja batik, pembalut leher dari batik pula, kelengkapan lain adalah jas pendek yang ierwarna sama dengan roknya. Tapi bahan dasar buatan Patal Senayan itu cukup menampilkan keanggunan di tubuh pemain puteri Indonesia setelah lewat tangan nyonya Wiryawan. Harga kreasi sang nyonya itu, menurut Willy Warokka, cuma 25 ribu rupiah. Itu pun sudah berikut kaos kaki panjang (stocking). Untuk pemain tenis pria, stelan jas mereka dipesan darl penjahit Oskar, Jakarta. Harganya 30 ribu rupiah. Dan, "cukup bagus," tambah Willy Warokka. Pemesanan pakaian itu dilakukan bulan Maret lalu. Batik Pesan Di Sini Akhir Oktober lampau, di kanseleri KONI Pusat Senayan, Jakarta masalah pkaian defile atlit tak kurang menjadi fokus pembicaraan yang hangat. Sasarannva bukan ke alamat tim tenis meja yang sempat memukau pengunjung di gedung e National Exhibition Centre. Tapi ditujukan kepada kontingen SEA Games yang akan berangkat ke Kuala Lumpur, 16 Nopember depan. Karena seragam untuk mereka itu dibikin di Jong Mee Taylor, Singapura. Menurut drs. Amir Lubis yang mengurus perlengkapan tersebut, pemesanan stelan jas di Singapura itu dilakukan karena di sana haranya lebih murah ketimbang di Jakarta. "Harga satu stel jas di Singapura cuma 35 ribu rupiah," ujar Amir Lubis. "Sedangkan di sini upah jahitnya saja sudah 40 ribu rupiah." Ia mengatakan pemesanan itu dilakukan berdasarkan tenden Tapi ia tidak menyebutkan penjahit-penjahit mana yang memasukkan permohonan tersebut. Alasan lain dari pemesanan lewat Jong Mee Taylor itu, kata Amir Lubis, dikarenakan KONI Pusat menginginkan seragam yang terbaik, murah dan tidak mengecewakan atlit pemakainya. Seorang pelatih wanita Kontingen SEA Games Indonesia yan tidak mau ditulis namanya, mengatakan bahwa ia pernah memesan pakaian seragam di sala'h satu penjahit langganan KONI Pusat di Jakarta. Tapi pakaian tersebut tidak jadi dipakai lantaran ukurannya tidak cocok. "Sekarang ini pertimbangan atlit kita masukkan," kata sang Pelatih. Dan, "mereka tentu saja menghendaki yang baik. Adakah buatan Jong Mee Taylor itu merupakan yang terbaik dan murah? Belum tentu. Karena barangnya belum jadi. Kontingen PON IX DKI Jakarta yang tampil dengan jas gabardin merah dan celana krem di stadion utama Senayan, Jakarta akhir Juli lalu tak kurang menarik perhatian penonton dalam seagam itu. Bahannya pun buatan dalam negeri - hasil produksi pabrik tekstil Southerntex, Jakarta. Harga stelan jas itu sendiri, menurut Sutrisno, Sekretaris KONI Jaya bulan Agustus lampau, hanya 25 ribu rupiah. Tapi karena masihdiperlengkapi dengan kemeja, dasi, topi, kaos kaki, dan sepatu nilai akhirhya menjadi 38 ribu rupiah. Pesanan dilakukan melalui penjahit Oskar, Arta Yuda dan Melati Boutique. Amir Lubis kemudian menambahkan bahwa yang dipesan di Singapura itu hanya stelan jas saja. Jumlah atlit dan ofisial yang akan mendapat seragam sekitar 300 orang. "Lainnya, seperti baju batik kita pesan di sini," katanya tanpa mau menyebut harga. Total tender biaya, pakaian itu mungkin lebih 45 ribu rupiah. Berikut sepatu dan lain-lain, tentunya. Nilai seragam defile kontingen SEA Games Indonesia yang akan dibagikan kepada atlit di Kuala Lumpur itu akhirnya tak berbeda jauh dengan buatan dalam negeri. Keuntungannya adalah kalau para atlit tersebut senang memakainya, modal mereka sebelum bertanding jadi bertambah. Tapi, bagaimana dengan'seruan Menteri Perindustrian, M. Yusuf yang berulangkali menganjurkan untuk memakai produksi dalam negeri? Apa ini bukan suatu kontradiksi? Ataukah kita ini merasa lebih keren dengan pakaian buatan luar negeri! Tapi tampaknya Sekjen KONI Siregar, cukup bijaksana. Ia cepat mengakui kesalahan KONI dalam soal seragam. Dan bermaaf-maafan di depan wartawan. Gampang bukan?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus