TAHUN ini, untuk Gubernur DKI Tjokropranolo barangkali tahun
yang cukup banyak kesan. Pertarna dia melakukan umroh. Kemudian
dilantik jadi Penjabat Gubernur. Mendapat cucu laki-laki yang
pertama. Dilantik lagi jadi gubernur untuk 5 tahun mendatang.
Yan terakhir: dia ngunduh mantu, 4 Nopember kemarin.
Si bungsu Tony Tjokropriatono, 25, memetik cucu Husni Thamrin
(dari pihak ibu), bernama Dini Dinaryati Dimati, 23. Akad nikah
di Bogor di rumah orangtua Dini, dan Sri Sultan Hamengkubuwono
IX bertindak sebagai saksi. Tanggal 3 Oktsber malam harinya,
pesta perkawinan di Bali Room Hotel Indonesia Sheraton, dan
lima hari kemudian acara ngunduh matu di Tanan Suropati,
tempat kediaman resmi Gubernur. Presiden Suharto dan Nyonya Tien
hadir dalam upacara itu. Juga beberapa pejabat seperti
Amirmachmud, Cysref Thyeb, Adam Malik, M. Sadli dan Selo
Sumardjan.
Kini, mahasiswa tingkat V Fakultas Psikologi UI masih akan terus
kulian. Tubuhnya kecil mungil tapi tidak pendek. Teman-teman
sekampusnya menyebut Dini 'si lembut', karena bicaranya selalu
kalem dan tidak pernan teriak. Dia juga gesit membimbing para
kurcaci di istana kanak-kanak yang disuhnya bersama Kak Seto, si
pemuda pemain sulap, di Monas.
Tony, lulusan Akademi Migas Cepu, kini bekerja di Pertarnina
sebagai asisten salah satu kepala biro. Kenal dengan Dini di
kolam renang Hotel Indonesia karena Dini teman Avu, puteri
Tjokropranolo satu-satunya. Pertama kali ketemu, Mei 1977, belum
ada bayangan jadi bakal suarni, demikian pendapat Dini. Tapi
Tony yang ramah, suka melucu dan bisa juga serius, menarik hati
Dini. Dan sekarang, "aku susah deh untuk bilang sifat-sifat Tony
yang paling aku senengin. Soalnya aku kalau sudah seneng sama
orang, ya segala sifatnya aku senangi," kata Dini.
Mertuanya, menurut Dini, "sederhana sekali, baik dan ramah."
Perkawinan mereka juga tidak mewah. Sekalipun meriah. Tadinya
tidak ada rencana untuk berbulan madu, tapi karena ada salah
seorang saudara yang memberi karcis ke Bali, "akhirnya kami
setujui juga pergi ke sana. Toh saudara sendiri yang beri," ujar
Dini.
Mas kawin untuk Dini berupa gelang temali dari emas. Mengapa
tidak Qur'an? Kata Dini lembut: "Menurutku, Qur'an terlalu
berat. Kan harus diselesaikan satu buku, dibaca dan difahami
benar-benar. Kau kita merasa belum sanggup, untuk apa
dipaksakan. Lebih baik lagi kalau kita bisa juga menyelesaikan
nya sesudah kawin." Akur, deh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini