SEMANGAT juang '45 ternyata masih diperlukan untuk bisa menang sepak hola. Tengoklah putaran final kompetisi divisi utama PSSI 1987 di Stadion Utama Senayan pekan-pekan ini. Persebaya (Surabaya) bertanding dengan "semangat juang 10 November" dan bersemboyankan bhirawa anuraga. Artinya, rendah hati tetapi perkasa. Persib (Bandung), sebagai juara bertahan, tidak mau ketinggalan. Dengan semangat "Bandung lautan api" Persib siap mempertahankan gelar. PSMS (Medan), rupanya, tak memandang perlu ungkapan-ungkapan klise itu. "Ayam Kinantan" ini agaknya mengandalkan taji tajamnya pada gaya permainannya yang keras dan lugas. Begitu juga jago dari timur, Persipura (Jayapura), yang tentu saja tak sempat memiliki semangat '45 meski semangat perjuangan mereka sangat tinggi. "Pemakaian istilah itu hanya untuk menambah semangat pemain dan meramaikan suasana, tidak ada maksud lain," ujar Mohamad Barmen, manajer tim Persebaya. Apalagi PSSI memerlukan penonton dalam penyelenggaraan putaran final ini. "Saya yakin, setelah kejuaraan berakhir, masyarakat tidak akan membicarakan lagi masalah ini," tambah Barmen serius. Wajar hal itu dilakukan Persebaya, karena dalam kompetisi 1986 mereka terlempar dari 6 besar. "Dan tugas saya selaku manajer tim adalah mengembalikan citra persepakbolaan di Surabaya dan Jawa Timur," tutur Barmen. Ternyata, Persebaya mampu menundukkan tim Ibu Kota, Persija Pusat (2-1) dan bermain seri (0-0) dengan Persib dan Persipura. Dengan hasil itu, Persebaya untuk sementara menempati urutan kedua, di bawah PSIS (Semarang). Demam bola ternyata juga telah merasuk di kalangan para musisi. Mereka berlomba mendukung tim kesayangannya dengan cara menciptakan lagu mars pemberi semangat. Trio Bimbo, yang didukung oleh artis seperti Hetty Koes Endang, Nia Daniaty, dan pelawak Mang Ibing, menciptakan lagu Persib Jaya. Jelly Tobing, drumer Bharata Band, menciptakan Jayalah Persija dan Mars PSMS. Anton Issudibyo juga tidak mau ketinggalan membela panji Persija dengan menciptakan sebuah lagu pop untuk Persija. "Kami menciptakan lagu ini karena kami benar-benar mencintai Persib," ujar Syamsudin Bimbo, yang mempunyai ide menciptakan lagu Persibku Jaya. Semua kesebelasan dunia, katanya, masing-masing mempunyai lagu. "Nah, apa salahnya jika Persib pun mempunyai lagu?" Lain halnya dengan Jelly Tobing, yang menciptakan lagu atas permintaan Ketua Umum Persija, Todung Barita Lumbanraja. "Sudah lama saya berpikir kapan bisa membantu persepakbolaan," kata Jelly, yang juga pengagum Nobon ini. Dengan terciptanya lagu mars ini, diharapkan Persija mampu masuk final. Ternyata, adanya lagu mars bagi Persija, Persib, dan PSMS belum menunjang penampilan mereka di lapangan hijau. Sampai penampilannya yang ketiga, dari 5 pertandingan, tim-tim dari wilayah Barat ini belum pernah memetik kemenangan. Bahkan Persija Pusat yang dijagokan ternyata kandas di tangan PSIS dan Persebaya, dan belum memperoleh angka sebiji pun. Toh Todung Barita masih yakin bahwa timnya akan bisa maju ke babak selanjutnya. "Adanya mars ini membuat pemain tambah bersemangat, walaupun posisinya kritis," kata Todung. Hasil ini, katanya, akibat pemainnya terlalu memforsir untuk mencetak kemenangan, tanpa memperhitungkan kekuatan lawan. "Biasanya, mereka akan tampil lebih baik dalam keadaan kritis, seperti halnya di Cirebon tatkala pertandingan degradasi 1985," kata Todung. PSIS, yang datang ke Jakarta tanpa menggembar-gemborkan "semangat pertempuran 5 hari", ternyata sanggup menundukkan kesebelasan lain yang punya lagu mars itu. Dan itu berkat keunggulan fisik, teknik, dan strategi kesebelasan tersebut. Ditambah dengan semangat dan motivasi mereka yang tinggi, tentu saja. Rudy Novrianto, Laporan Biro Jakarta & Bandung
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini