Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di lapangan basket, James Harden adalah pemain ber-ba-haya. Pemain Hous-ton Rockets itu piawai me--la-kukan trik dengan bola dan me-le-pas-kan tembakan tiga angka. Atlet kidal setinggi 1,96 meter itu menjadi pencetak skor terbaik di Liga Basket Ame-rika Serikat (NBA) musim 2018/2019 de-ngan membukukan rata-rata 36 angka per pertandingan.
Kemampuan Harden menendang bola ternyata tak sebaik keahliannya mencetak angka lewat lemparan. Mengunjungi Sta-dion Emirates di London utara, Inggris, dalam ajang promosi kostum baru Arsenal pada 10 Juli lalu, Harden kikuk mengontrol bola dengan kakinya. Pemain sayap Ar-senal, Reiss Nelson, tertawa geli ketika bola yang ditendang Harden dari jarak dekat melambung tinggi di atas mistar gawang.
Tak mampu bermain, Harden tetap me-nikmati sepak bola. Dia bahkan me--nunjukkan keseriusannya dengan membeli sekitar 5 persen saham grup investasi milik Gabriel Brener yang mengontrol klub Liga Sepak Bola Amerika (MLS), Houston Dynamo.
Harden juga menjadi salah satu pemilik tim sepak bola putri Houston Dash dan BBVA Stadium, yang menjadi markas klub. “Sebuah kebanggaan besar bisa menjadi bagian dari klub yang memiliki sejarah dan masa depan luar biasa,” kata Harden seperti dilaporkan ESPN pada 19 Juli lalu.
Sepak bola kini menjadi arena baru Harden. Dia memilih klub sepak bola di Houston karena merasa kota itu sudah menjadi rumahnya. Dia pindah ke sana setelah direkrut Rockets dari Oklahoma City Thunder, klub pertamanya di NBA, pada 2012. Sejak saat itu, Harden tak tergantikan sebagai motor permainan dan mesin pencetak angka Rockets.
Harden selalu membawa Rockets masuk babak playoff NBA dan menjadi pemain All-Star. Tahun lalu ia bahkan terpilih sebagai pemain terbaik NBA. Di luar liga, Harden juga menjadi anggota tim nasional Amerika yang menjuarai Olimpiade 2012 dan Kejuaraan Dunia 2014.
Di Amerika Serikat, sepak bola sebe-narnya masih kalah pamor dibandingkan dengan basket, American football, hoki es, dan bisbol. Keputusan Harden membeli saham klub sepak bola pun menjadi sorotan mengingat dia sebenarnya bisa saja membeli kepemilikan di tim-tim dari olahraga yang lebih populer. Toh, Harden bergeming. “Citra sepak bola dan MLS sebenarnya terus meningkat di negeri ini,” ujar Harden seperti dilaporkan situs Houston Dynamo.
Prospek kompetisi dan bisnis sepak bola di Amerika terus membaik. Ketika MLS dimulai pada 1996, hanya ada 10 tim yang berkompetisi. Saat ini ada 24 tim yang berlaga dan akan ditambah menjadi 30 tim. Tim nasional putri Amerika bahkan menjadi yang terbaik di dunia saat ini dan sudah empat kali menjuarai Piala Dunia Wanita (WWC).
Dynamo merupakan salah satu anggota MLS dengan perkembangan cu-kup dinamis. Lapor-an Forbes me--nyebutkan valua-si Dynamo men-capai US$ 218 juta dengan pendapatan sekitar US$ 28 juta per tahun. Digabungkan dengan Dash dan BBVA Sta-dium, valuasinya mencapai US$ 475 juta.
Bertambahnya suporter sepak bola di Amerika, terutama di kalangan anak muda, membuat klub-klub MLS berbenah. Apalagi usia rata-rata para pemain di MLS lebih muda dibanding mereka yang bermain di liga basket, bisbol, dan hoki es. Sebanyak 20 dari 24 klub MLS saat ini telah memiliki stadion sendiri yang dirancang untuk menggelar pertandingan sepak bola.
Saat mengumumkan nama James Har-den sebagai salah satu pemilik klub, Dy-na-mo memberikan kaus tim bernomor 13, sama seperti yang dikenakannya di Rockets. Menurut Gabriel Brener, po-pu-laritas Harden sebagai ikon Houston bakal mengerek nama klub sepak bolanya. “Dia pemain yang cerdas. Kami menunggu masukannya untuk klub ini,” kata Brener.
Brener menjadi buah bibir ketika mem-beli saham mayoritas Dynamo pada 2015. Dia juga mendapatkan kendali atas Dash dan pengelolaan BBVA Stadium, yang berkapasitas 22 ribu penonton. Men-jalankan bisnis investasi global di bawah bendera Brener International Group, pria keturunan Meksiko satu-satunya yang memiliki klub profesional di Amerika itu mempunyai kekayaan mencapai US$ 350 juta atau hampir Rp 5 triliun.
Menurut Harden, bergabung sebagai pemilik klub sepak bola di Houston menjadi cara berinvestasi di kota yang sudah membesarkan namanya. Apalagi dia sudah lama menyukai permainan sepak bola. “Aku tahu ada banyak suporter sepak bola di Houston, jadi ini adalah keputusan yang mudah bagiku,” ujar pemain yang dijuluki The Beard karena memelihara jenggot panjang nan lebat itu.
Ketertarikan Harden pada sepak bola diawali dari ke--ge-marannya ber--main seri video game FIFA. Adidas, salah satu pro-dusen per--alat-an se-pak bola ter--besar di du-nia, meng--gaet-nya sebagai mo-del. Harden bah-kan sudah lama berkawan dengan Paul Pogba. Dia me--nyempatkan diri me--nonton per-tan-ding-an perdana Pogba bersama Manchester United pada 2016. Kala itu, de-ngan nilai transfer men-capai 90 juta pound sterling, Pogba menjadi pe-main ter-mahal di dunia.
Keputusan Harden mem-beli saham klub se-pak bola juga me-ru-pakan trik mem-perluas citranya secara global. Olahraga bas-ket bisa jadi salah satu yang paling populer di Amerika. Namun sepak bola adalah olahraga paling digandrungi sedunia dengan jumlah penggemar mencapai 3,5 miliar orang atau sekitar separuh dari populasi bumi. “Empat-lima ta-hun terakhir, aku menjadi begitu bersemangat terhadap sepak bola. Jadi ini keputusan yang sempurna,” katanya.
Meski demikian, Harden bukan atlet NBA pertama yang memutuskan terjun ke dunia sepak bola. Pemegang tiga cincin juara NBA, LeBron James, baru berusia 26 tahun saat memutuskan membeli sekitar 2 persen saham Liverpool lewat perusahaan patungan pada 2011. Nilainya kala itu sekitar US$ 6,5 juta. Valuasi Liverpool ternyata terus meroket, terlebih setelah menjuarai Liga Champions, mencapai US$ 1,6 miliar. Nilai investasi James pun melejit lima kali lipat menembus US$ 32 juta.
Mantan pemain Phoenix Suns, Steve Nash, bahkan sudah jauh hari mem-perhitungkan pamor sepak bola akan melejit di Amerika. Atlet asal Kanada yang juga jago bermain sepak bola itu bergabung dalam daftar pemilik klub Vancouver Whitecaps pada 2008, tiga tahun sebelum klub itu menjadi anggota MLS.
Masuknya Harden sebagai pemilik bak pasokan energi baru bagi Dynamo untuk mendongkrak profil klub. Harden memiliki 9,8 juta pengikut di Instagram dan 6,3 juta lagi di Twitter. Akun Twitter MLS saja cuma memiliki 3,3 juta follower. Akun Twitter Dynamo juga hanya mempunyai 423 ribu pengikut, kalah jauh dibanding Rockets, yang memiliki 2,9 juta follower.
Potensi duit sponsor mengikuti Harden masuk ke Dynamo juga terbuka lebar. Dynamo saat ini termasuk klub dengan pengeluaran terendah di MLS, di bawah US$ 8 juta untuk mengongkosi semua anggota tim. Adapun Harden pada 2015 meneken kontrak jangka panjang dengan Adidas, yang nilainya dilaporkan mencapai US$ 200 juta.
Pada usia 29 tahun, Harden berada di puncak kariernya sebagai atlet basket. Pendapatannya kini lebih dari US$ 35 juta per tahun. Selama satu dekade berkarier di NBA, ia sudah mengantongi lebih dari US$ 148 juta. Harden memilih jalan jitu untuk memperluas investasi meski itu bukan di cabang olahraga yang dikuasainya. “Ini sudah waktunya. Ini kotaku dan aku tinggal di sini,” ucap Harden. “Aku menjadi bagian dari Dynamo dan kita akan membawa perubahan besar di sini.”
JAMES HARDEN
Tempat dan tanggal lahir: Los Angeles, Amerika Serikat, 26 Agustus 1989
Tinggi: 1,96 meter
Posisi bermain: point guard
Universitas: Arizona State (2007-2009)
Karier profesional:
Oklahoma City Thunder (2009-2012)
Houston Rockets (2012-sekarang)
Prestasi:
- Pemain Terbaik NBA (2018)
- Pemain NBA All-Star (2013-2019)
- Pencetak angka terbanyak (2018, 2019)
- Pencetak umpan terbanyak (2017)
- Medali emas Olimpiade 2012
- Medali emas Kejuaraan Dunia 2014
GABRIEL WAHYU TITIYOGA (ESPN, USA TODAY, THE GUARDIAN, MLS SOCCER)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo