Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Setan merah beraksi di barcelona

Kesebelasan belgia yang tidak diunggulkan ternyata membuat kejutan. van den berg mencetak gol tunggal ketika melawan argentina dalam pembukaan turnamen piala dunia '82 di spanyol.(or)

19 Juni 1982 | 00.00 WIB

Setan merah beraksi di barcelona
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
TIM Belgia, yang dijuluki Setan-setan Merah karena memakai kostum warna merah, telah menumbangkan mithos hasil seri dalam pembukaan turnamen Piala dunia -- sejak 1966 selalu tanpa gol. Disaksikan oleh 90.000 penonton yang memadati Stadion Nou Camp, Barcelona, 13 Juni malam, Erwin Van den Berg mencetak gol tunggal di gawang kesebelasan Argentina. "Gol yang berbau offside, " kata Cesar Luis Menotti, pelatih Argentina, seusai pertandingan. Ia mengkritik keras Jarguz, penjaga garis dari Polandia, yang tak mengangkat bendera waktu Van den Berg menerima umpan di belakang back kiri Tarantini. Guy Thys, pelatih tim Belgia, menyebut kemenangan pemain asuhannya sebagai hal wajar. Kegagalan Argentina mencetak gol balasan, menurut dia, dikarenakan mereka tidak memperoleh jawaban atas cara Belgia menguasai lapangan. "Ternyata Maradona tidak istimewa," ujar Thys. Maradona, gelandang berharga US$ 8 juta, yang setiap pertandingan selalu dijaga ketat musuh, ditakuti karena keahliannya merobek daerah pertahanan. Gol tunggal Van den Berg tak cuma membuat Belgia menjadi perbincangan di Grup III. Juga di pasar taruhan. Belgia, akan turun melawan El Salvador, Sabtu malam, disebut-sebut sebagai salah satu tim yang akan maju ke perempat final. Sebelumnya mereka diperkirakan bakal tersisih dalam grup. Tapi Argentina kalau-kalah satu kali lagi bisa tersisih. Semula calon kuat: Argentina bersama Hongaria. Prestasi Belgia dalam Piala Dunia di masa lalu memang tak pernah mengesankan. Dari lima kali penampilan (1930, 1934, 1938, 1954 dan 1970) mereka tak satu kali pun berhasil melewati pool penyisihan. Bahkan dalam dua turnamen terakhir gagal meraih tiket finalis. "Masa lalu yang pahit," kata Thys. Dalam dekade 70-an itu Belgia sebetulnya cukup disegani lawan -- Klub Anderlecht, Brussel, yang berstatus semiprofesional, pemegang Piala Eropa 1976 dan 1978. Ketika Thys ditunjuk menjadi pelatih tim nasional, tahun 1977, hampir tak ada pemain senior yang dipunyai. Hingga ia terpaksa merekrut kesebelasan junior -- di tahun itu menjuarai turnamen Pemuda Eropa. Pemain intinya, waktu itu, adalah Eric Gerets, Walter Meeuws, Paul Renquin, dan Jean Pfaff, semuanya ikut ke Spanyol. Mujur bagi Thys adalah kembalinya Wilfried van Moer, veteran Piala Dunia 1970, 37 tahun, memperkuat barisan tim nasional. Kesebelasan Belgia, yang pakai dinamo tua itu, ternyata tak mengecewakan Thys. Tahun 1980 mereka menjadi runner up Kejuaraan Eropa di Italia. Di final mereka dikalahkan Jerrnan Barat 1-2. Dalam babak penyisihan ke Spanyol, Belgia, tergabung dalam Grup II Eropa, menempati urutan teratas. Lawan yang disisihkannya, antara lain, tim Belanda yang dikalahkan Argentina di final Piala Dunia 1978. Penampilan pemain asuhan Thy yang mengalahkan Argentina di Barcelona belum membuat masyarakat Belgia optimistis terhadap prestasi mereka "Kalau mereka mencapai semifinal baru menakjubkan," tulis surat kabar Libre Belgique terbitan Brussel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus