Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Indonesia, sasaran utama

Negara-negara asia, terutama indonesia, menjadi sasaran para pengusaha mobil di jepang untuk melemparkan hasil produksinya. sejak 2 tahun yang lalu as mengurangi impor mobil dari jepang.(eb)

19 Juni 1982 | 00.00 WIB

Indonesia, sasaran utama
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
KALANGAN pengusaha mobil di Jepang kini agak khawatir, jangan-jangan pelaksanaan mendirikan pabrik mesin mobil Jepang di Indonesia akan banyak terhambat. Kalangan itu terutama dari pihak perusahaan-perusahaan Toyota, Mitsubishi, Daihatsu dan Isuzu -- yang akhir tahun lalu mendapat izin mendirikan pabrik itu di Cilegon. Meskipun produksi pabrik mesin mobil itu akan dimulai tahun 1984, orang-orang Jepang rupanya melihat pabrik baja Cilegon belum mampu menyediakan bahan bakunya kelak. Shoichiro Toyoda, 57 tahun, Presiden Direktur Toyota Motor Sales Co. Ltd., misalnya, mencemaskan hal yang serupa. Tapi jadi atau tidak pabrik itu kelak, rupanya bukan soal benar bagi Jepang -- dan lebih-lebih lagi karena mereka tak tahu Krakatau Steel memang sudah dipersiapkan untuk itu. Bagi Jepang sendiri yang terpenting adalah mencari upaya untuk menjual mobil sebanyak-banyaknya, terutama ke pasaran Asia. Sebab sejak 2 tahun lalu Amerika Serikat, pengimpor mobil Jepang terbanyak selama ini (lebih dari 9 juta kendaraan per tahun), hanya membolehkan Jepang menjual mobil (jadi) menjadi kurang dari separuhnya. Sebagai gantinya, di AS dan negara-negara sekitarnya, perusahaan-perusahaan mobil Jepang memperbanyak pabrik perakitan. Sasaran mobil Jepang di Asia, agaknya sekarang makin tertuju ke Indonesia -- setelah dicoba selama beberapa tahun gagal merebut hati peminat mobil di RRC. Sebagai perbandingan, Toyota, pabrik mobil terbesar di Jepang, tahun lalu menjual hampir 60.000 unit di Indonesia, sementara di RRC hanya 6.000 unit. Indonesia juga menjadi sasaran lunak pemasaran mobil Jepang lainnya, Honda. "Malahan pasar terbesar untuk kawasan Asia," ungkap Direktur Pelaksana Honda Motor Co. di Tokyo, Takao Harata. Tahun lalu sedan Honda (Civic dan Accord) terjual hampir 6.000 unit di Indonesia. Toyota dan Hondamasing-masingdirakit di Indonesia sejak 1971 (Gaya Motor) dan 1978 (Prospect Motor). Sekarang Prospect Motor menghasilkan 36 jenis suku cadang. "Hanya beberapa jenis pipa yang masih kami impor," kata Direktur Prospect Motor, R.A. Kamal. Multi-Astra, yang (kini) merakit mobil-mobil Toyota, juga telah menghasilkan sebagian komponen, terutama untuk kendaraan niaga. Bahkan, menurut Dionysius Hendratmaka dari staf Humas Toyota Astra Motor di Jakarta, seluruh komponen (selain mesin) Kijang dan Hi-Ace sudah dibuat di Indonesia. Pabrik-pabrik mobil di Jepang hampir seluruhnya telah menggunakan komputer dan robot. Sehingga tak heran jika Toyota, misalnya, dalam dua tahun terakhir ini mampu menghasilkan dan menjual lebih dari 3 juta unit setahun. Di Toyota City, pusat pabrik Toyota, maupun di Saitama, tempat pabrik Honda, dengan bantuan komputer dan robot, sebuah mobil bisa dihasilkan hanya dalam waktu 2 menit. Pabrik perakitan di sini rata-rata mempekerjakan kurang dari 200 buruh dalam 2 shift. Berbeda dengan itu adalah pabrik pabrik perakitan mobil Jepang di Indonesia. Prospect Motor yang pabriknya terletak di Sunter, Jakarta Utara, dengan 360 pekerja yang bekerja dalam satu gelombang (shift), setiap bulan hanya mampu merakit 600 hingga 650 buah sedan Honda. Otomatisasi di perakitan ini hanya 20% dari seluruh proses kerja. R.A. Kamal mengakui, "model pabrik kami yang ada di sini, sama dengan yang ada di Jepang tahun 1967." Nama Honda muncul pertama kali pada tahun 1948, tak lama setelah Soicbiro Honda, putra seorang tukang besi, berhasil membuat sepeda motor 146 cc. Pada 1959, Honda Motor Co. berdiri untuk mempromosikan sepeda motor Honda Cubs yang langsung merebut pasaran di AS. Selain mobil, Honda terutama terkenal karena sepeda motornya dengan 43 pabrik di 28 negara Soichiro Honda sendiri, kini berusia 70-an, sampai sekarang hanya memiliki beberapa persen saham dan menjabat sebagai Dewan Penasihat di Honda Motor Co. TOYOTA Motor Co. yang berdiri pada 1937 adalah penghasil mobil pertama di Jepang. Sepuluh tahun kemudian, pertengahan 1947, perusahaan ini telah mampu menghasilkan 100.000 buah mobil. Karena perkembangannya yang pesat itu, pada 1950 perusahaan itu dipecah dua: Toyota Motor Co. khusus membuat mobil dan Toyota Motor Sales Co. khusus memasarkannya ke seluruh dunia. Dengan pembagian bidang itu, rupanya perusahaan ini berkembang pesat, sehingga awal 1980 lalu telah terjual 30 juta mobil. Keadaan ekonomi dunia yang kurang baik dalam beberapa tahun ini rupanya tak begitu berpengaruh pada Toyota seperti diungkapkan salah seorang direktur Toyota Motor Sales di Tokyo. Bahkan dengan menggali pasar-pasar baru di seluruh dunia dan mulai memproduksi mobil-mobil yang hemat bahan bakar, kedua perusahaan dalam tubuh Toyota itu meramalkan akan lebih merebut pasaran mobil dunia di waktu mendatang. Mungkin karena itu, mulai 1 Juli 1982, Toyota Motor Co. dan Toyota Motor Sales akan bersatu kembali menjadi Toyota Motor Cooporation. Itu artinya organisasi pembuat dan penjual mobil terbesar di Jepang itu akan banyak berubah, juga di berbagai negara "Tapi hampir tak ada pengaruhnya dari segi operasi," kata seorang pimpinan PT Multi-Astra di Jakarta. Yang akan mengalami perubahan terutama pada susunan pemegang saham dan pimpinan organisasi, tambah sumber tadi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus