KALANGAN pengusaha mobil di Jepang kini agak khawatir,
jangan-jangan pelaksanaan mendirikan pabrik mesin mobil Jepang
di Indonesia akan banyak terhambat. Kalangan itu terutama dari
pihak perusahaan-perusahaan Toyota, Mitsubishi, Daihatsu dan
Isuzu -- yang akhir tahun lalu mendapat izin mendirikan pabrik
itu di Cilegon.
Meskipun produksi pabrik mesin mobil itu akan dimulai tahun
1984, orang-orang Jepang rupanya melihat pabrik baja Cilegon
belum mampu menyediakan bahan bakunya kelak. Shoichiro Toyoda,
57 tahun, Presiden Direktur Toyota Motor Sales Co. Ltd.,
misalnya, mencemaskan hal yang serupa.
Tapi jadi atau tidak pabrik itu kelak, rupanya bukan soal benar
bagi Jepang -- dan lebih-lebih lagi karena mereka tak tahu
Krakatau Steel memang sudah dipersiapkan untuk itu. Bagi Jepang
sendiri yang terpenting adalah mencari upaya untuk menjual mobil
sebanyak-banyaknya, terutama ke pasaran Asia. Sebab sejak 2
tahun lalu Amerika Serikat, pengimpor mobil Jepang terbanyak
selama ini (lebih dari 9 juta kendaraan per tahun), hanya
membolehkan Jepang menjual mobil (jadi) menjadi kurang dari
separuhnya. Sebagai gantinya, di AS dan negara-negara
sekitarnya, perusahaan-perusahaan mobil Jepang memperbanyak
pabrik perakitan.
Sasaran mobil Jepang di Asia, agaknya sekarang makin tertuju ke
Indonesia -- setelah dicoba selama beberapa tahun gagal merebut
hati peminat mobil di RRC. Sebagai perbandingan, Toyota, pabrik
mobil terbesar di Jepang, tahun lalu menjual hampir 60.000 unit
di Indonesia, sementara di RRC hanya 6.000 unit.
Indonesia juga menjadi sasaran lunak pemasaran mobil Jepang
lainnya, Honda. "Malahan pasar terbesar untuk kawasan Asia,"
ungkap Direktur Pelaksana Honda Motor Co. di Tokyo, Takao
Harata. Tahun lalu sedan Honda (Civic dan Accord) terjual hampir
6.000 unit di Indonesia.
Toyota dan Hondamasing-masingdirakit di Indonesia sejak 1971
(Gaya Motor) dan 1978 (Prospect Motor). Sekarang Prospect Motor
menghasilkan 36 jenis suku cadang. "Hanya beberapa jenis pipa
yang masih kami impor," kata Direktur Prospect Motor, R.A.
Kamal.
Multi-Astra, yang (kini) merakit mobil-mobil Toyota, juga telah
menghasilkan sebagian komponen, terutama untuk kendaraan niaga.
Bahkan, menurut Dionysius Hendratmaka dari staf Humas Toyota
Astra Motor di Jakarta, seluruh komponen (selain mesin) Kijang
dan Hi-Ace sudah dibuat di Indonesia.
Pabrik-pabrik mobil di Jepang hampir seluruhnya telah
menggunakan komputer dan robot. Sehingga tak heran jika Toyota,
misalnya, dalam dua tahun terakhir ini mampu menghasilkan dan
menjual lebih dari 3 juta unit setahun. Di Toyota City, pusat
pabrik Toyota, maupun di Saitama, tempat pabrik Honda, dengan
bantuan komputer dan robot, sebuah mobil bisa dihasilkan hanya
dalam waktu 2 menit. Pabrik perakitan di sini rata-rata
mempekerjakan kurang dari 200 buruh dalam 2 shift.
Berbeda dengan itu adalah pabrik pabrik perakitan mobil Jepang
di Indonesia. Prospect Motor yang pabriknya terletak di Sunter,
Jakarta Utara, dengan 360 pekerja yang bekerja dalam satu
gelombang (shift), setiap bulan hanya mampu merakit 600 hingga
650 buah sedan Honda. Otomatisasi di perakitan ini hanya 20%
dari seluruh proses kerja. R.A. Kamal mengakui, "model pabrik
kami yang ada di sini, sama dengan yang ada di Jepang tahun
1967."
Nama Honda muncul pertama kali pada tahun 1948, tak lama setelah
Soicbiro Honda, putra seorang tukang besi, berhasil membuat
sepeda motor 146 cc. Pada 1959, Honda Motor Co. berdiri untuk
mempromosikan sepeda motor Honda Cubs yang langsung merebut
pasaran di AS. Selain mobil, Honda terutama terkenal karena
sepeda motornya dengan 43 pabrik di 28 negara Soichiro Honda
sendiri, kini berusia 70-an, sampai sekarang hanya memiliki
beberapa persen saham dan menjabat sebagai Dewan Penasihat di
Honda Motor Co.
TOYOTA Motor Co. yang berdiri pada 1937 adalah penghasil mobil
pertama di Jepang. Sepuluh tahun kemudian, pertengahan 1947,
perusahaan ini telah mampu menghasilkan 100.000 buah mobil.
Karena perkembangannya yang pesat itu, pada 1950 perusahaan itu
dipecah dua: Toyota Motor Co. khusus membuat mobil dan Toyota
Motor Sales Co. khusus memasarkannya ke seluruh dunia. Dengan
pembagian bidang itu, rupanya perusahaan ini berkembang pesat,
sehingga awal 1980 lalu telah terjual 30 juta mobil.
Keadaan ekonomi dunia yang kurang baik dalam beberapa tahun ini
rupanya tak begitu berpengaruh pada Toyota seperti diungkapkan
salah seorang direktur Toyota Motor Sales di Tokyo. Bahkan
dengan menggali pasar-pasar baru di seluruh dunia dan mulai
memproduksi mobil-mobil yang hemat bahan bakar, kedua perusahaan
dalam tubuh Toyota itu meramalkan akan lebih merebut pasaran
mobil dunia di waktu mendatang. Mungkin karena itu, mulai 1 Juli
1982, Toyota Motor Co. dan Toyota Motor Sales akan bersatu
kembali menjadi Toyota Motor Cooporation.
Itu artinya organisasi pembuat dan penjual mobil terbesar di
Jepang itu akan banyak berubah, juga di berbagai negara "Tapi
hampir tak ada pengaruhnya dari segi operasi," kata seorang
pimpinan PT Multi-Astra di Jakarta. Yang akan mengalami
perubahan terutama pada susunan pemegang saham dan pimpinan
organisasi, tambah sumber tadi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini