Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Strategi bulan juni

Menghadapi piala anni pimpinan pssi memilih muka-muka baru. pemain-pemain inti eks pre olimpik tak satupun yang terpilih lagi. pengurus pssi mau mencoba-coba dan membuat sensasi. (or)

15 Mei 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"APAKAH Bapak yakin dengan materi pemain seperti ini, PSSI dapat memenangkan Piala Anni?" tanya seorang wartawan dalam konperensi pers dengan pimpinan PSSI Jumat pekan lalu. Ketua Umum PSSI, Bardosono, nampak kikuk juga menjawabnya. Ia berpaling ke samping seraya mencari Ilyas Haddade. "Mana Ilyas, saya persilakan dia yang menjawab", ujarnya. Maka Ilyas pun duduk di sisi Ketua Umum, diikuti Januar Pribadi dan Maladi--Ketua Dewan Penasehat - yang mengambil pula tempat di barisan pimpinan. Jawaban Ilyas mudah diduga.Ia yakin. Tapi yang lebih penting, penugasannya untuk menangani calon pemain yang terdiri dari kebanyakan muka-baru itu sebagai suatu tantangan. Katanya: "Bagi seorang pelatih saya lebih suka membentuk team baru daripada meneruskan team yang sudah pernah diasuh oleh orang lain. Ini ujian bagi saya untuk membuat prestasi". Kombinasi Baru Daftar ke-32 nama pemain yang diumumkan Bardosono itu memang membangkitkan tanda-tanya. Orang dapat memaklumi bahwa ke-9 pemain Jayapura -- Juara Piala Suharto 1976 patut diberi kesempatan untuk membela panji Merah-Putih.Ditambah lagi dengan Johannes Jakadewa, ex Jayapura yang kini bermain untuk Palu dan Robby Binur dari Biak, praktis anak-anak Irian Jaya yang akan menjadi inti Team Anni PSSI. Tapi dalam strategi pembentukan Team Anni yang diketuai oleh Proyek Ofiser Maladi, tak dapat dipungkiri adanya kesan ingin mencoba-coba. Bahkan ingin membuat sensasi. Lebih-lebih para pemain inti Ronny Pasla, Sutan Harhara, Oyong Liza, Junaedi, Risdianto dan Iswadi dari team Pre Olimpik tidak termasuk dalam daftar anggota calon Team Anni. Yang bertahan tinggal Nobon, Lukman Santoso, Suhatman, Waskito dan Anjas - pemain-pemain yang oleh sementara pimpinan PSSI dinilai tidak cerewet. Meskipun kemudian alasan "cerewet" dan "mental" resmi dibantah Bardosono. Dan diperkuat pula oleh Maladi, yang mengingatkan masa jayanya PSSI di tahun 50-an, zaman trio Djamiat Ramang-Sanliong yang justru ditemukan lewat percobaan. "Kita harus mencari kombinsi-kombinasi baru. Kita tidak boleh puas dengan team yang sudah ada", katanya. "Masakan dari begitu banyak pemain kita tidak bisa menemukan yang baru". Ditambahkan pula, dari ke-32 pemain itu akan dibentuk dua team, sehingga PSSI di samping Team Pre Olimpik, memiliki dua team lainnya yang bisa diturunkan menurut keadaan. Untuk menemukan dan mencoba kombinasi baru ini memang masalahnya. Kejutan timbul ketika nama Ronny Patti, Kapten Kesebelasan Ujung Pandang, muncul kembali. Sebab seusai turnamen Piala Suharto, Ronny telah menyatakan pengunduran diri. Tapi dari sumber lain, terbetik berita bahwa pengunduran itu bukan berarti tamatnya karier Ronny dalam sepakboia. Justru sebaliknya. Ia ingin memperbarui tekad untuk terjun ke sepakbola prof yang sedang direalisir oleh PSSI pada pertengahan Agustus ini. Konon Ronny Patti akan pindah dari Ujung Pandang untuk bergabung dengan salah satu klub prof di Ibukota. Klub pilihannya adalah "Warna Agung". Sementara itu kembalinya Budi Santoso yang telah 5 tahun absen dalam team nasional -- bersama munculnya nama-nama baru seperti Imam Rivai (Persebaya), Simson Rumapasal, Syamsuddin Umar (Ujung Pandang), Dede Sulaiman (Persija) - dalam daftar pemain jelas mempertajam kontras. Orang hanya berharap, kontras ini tak akan mengurangi mutu team Anni yang berintikan Persipura. Tapi sebaliknya bisa memaklumi bahwa pemanggilan pemain itu tak lain adalah produk dari campur tangan pelbagai pihak: Dewan Penasehat, Dewan Pendapat, Coach dan Wartawan, seperti diakui sendiri oleh Baldosono. Dan kelemahan proseduril inilah yang akan mempersulit trio pelatih Ilyas, Januar dan Omo. Jika PSSI dalam menghadapi Pre Olimpik berani melimpahkan kepercayaan dan wewenangnya kepada Coerver 3ari Belanda, mengapa sekarang ia tidak berani berbuat serupa? Psikologis tidak mendukung peran coach nasional. Itulah sebabnya dalam proses berikutnya orang menuntut sikap Ilyas dkk lebih tegas. Bahwasanya dalam bidang teknis pelatihlah yang seyogyanya lebih menentukan. Akan halnya team Pre Olimpik yang sementara terlupakan, agaknya Bardosono mempunyai penilaian lain. Team ini akan diserahkan pada Aliandu. Dan diproyeksikan untuk menghadapi turnamen segi-tiga antara PSSI,Stoke City (Inggeris) dan team nasional Polandia Rencananya pada akhir Juni. Jadi, tak usah orang mengharap berlebihan akan prestasi Team Anni. Tapi memalingkan juga perhatian kita pada team Pre Olimpik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus