Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Strategi Jonata

Persija berhasil menjuarai kompetisi berkat arahan pelatih Marek Jonata pagi sebelum pertandingan. PSSI belum menemukan kiper sekaliber Ronny Pasla. (or)

20 Januari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEMENANGAN lebih dekat bagi PSMS. Dalam final 13 Januari di Stadion Utama Senayan, Jakarta, ia cukup dengan skor 0-0 untuk menjadi juara. Tapi malam itu Persija mencetak satu-satunya ol, dan berhasil menjuarai kompetisi divisi utama PSSI 1978/79. Walaupun juara, prestasi Persija dari 7 pertandingan sebelumnya tidaklah begitu menggembirakan -- menang 4, seri 1 dan kalah 2 --dibandingkan degan PSMS yang menang 4, seri 3 dan tanpa kalah. Maka menjelang final itu, pekulasi orang telah tidak menjagoi Persija. Namun pelatih Marek Jonata dari Persija pada paginya mengumpulkan seluruh pemainnya. Di suatu kamar Hotel Asri, Senayan, Jonata menuangkan strateginya. Semua melihat ke papan tulis. Sekali ini khusus segi pertahanan dibahas. Johannes Auri dan Simson Rumahpasal terutama dibebankan untuk mematikan permainan pemain sayap PSMS -- Suwarno dan Marico Effendi. "Patahkan serangan mereka pada kesempatan pertama," kata Jonata. "Jika gagal, tugas berikutnya di tangan Oyong Liza." Siangnya, mereka berkumpul lagi di tempat yang sama. Sekali ini Jonata menitik-beratkan pada segi penyerangan. Kedua pemain sayapnya -- Andi Lala dan Dede Sulaiman -- mendapat tugas khusus. Wahyu Hidayat yang selama ini sebagai back kanan telah dibebani kewajiban gelandang. "Kalau instruksi ini dijalankan, saya yakin menang," kata Jonata. Malamnya, instruksi Jonata tampak dipatuhi benar. Setengah main, kedudukan masih 0-0. Limabelas menit setelah jedah, Dede dari sayap kanan membawa bola yang dibayangi ketat oleh back kiri PSMS, Suparjo. Tapi bola itu yang sudah di pinggir garis itu bisa( langsung ditendangnya ke tengah, dimana Andi Lala yang terlepas dari penjagaan Ismail Ruslan menyundul. Gol. Putaran kedua kompetisi ini menampilkan permainan yang bermutu dibandingkan pada babak pertama, Desember. Cuma Persebaya yang tadinya menonjol telah merosot ke tempat ke-3. Persiraja, sekalipun menjadi jurukunci, telah memperlihatkan kemajuan. Demikian pula PSM. Krisis kiper yang menghantui hampir semua kesebelasan mungkin bisa diatasi dengan munculnya Suwarto dari Persiraja dan Endang Tirtana dari Persija. Keduanya diharapkan menempati gawang PSSI yang ditinggalkan Ronny Pasla. Tadinya Persija paling gusar mengenai gawang ini, hingga dipanggilnya pemain tua, Judo Hadiyanto. Kiper ini menolak karena waktu persiapannya singkat sekali. Hasil kompetisi 5 Besar PSSI ini mungkin sulit untuk dilupakan orang. Terutama karena soal selisih 1 gol tadi. Juga karena kompetisi berikutnyadiduga tak akan setegang ini lagi. Perhaia orang mungkin berpindah ke Liga Se pakbola Utama (Galatama), tempat pemain terbaik berkumpul.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus