KEMENANGAN lebih dekat bagi PSMS. Dalam final 13 Januari di
Stadion Utama Senayan, Jakarta, ia cukup dengan skor 0-0 untuk
menjadi juara. Tapi malam itu Persija mencetak satu-satunya ol,
dan berhasil menjuarai kompetisi divisi utama PSSI 1978/79.
Walaupun juara, prestasi Persija dari 7 pertandingan sebelumnya
tidaklah begitu menggembirakan -- menang 4, seri 1 dan kalah 2
--dibandingkan degan PSMS yang menang 4, seri 3 dan tanpa kalah.
Maka menjelang final itu, pekulasi orang telah tidak menjagoi
Persija.
Namun pelatih Marek Jonata dari Persija pada paginya
mengumpulkan seluruh pemainnya. Di suatu kamar Hotel Asri,
Senayan, Jonata menuangkan strateginya. Semua melihat ke papan
tulis. Sekali ini khusus segi pertahanan dibahas. Johannes Auri
dan Simson Rumahpasal terutama dibebankan untuk mematikan
permainan pemain sayap PSMS -- Suwarno dan Marico Effendi.
"Patahkan serangan mereka pada kesempatan pertama," kata Jonata.
"Jika gagal, tugas berikutnya di tangan Oyong Liza."
Siangnya, mereka berkumpul lagi di tempat yang sama. Sekali ini
Jonata menitik-beratkan pada segi penyerangan. Kedua pemain
sayapnya -- Andi Lala dan Dede Sulaiman -- mendapat tugas
khusus. Wahyu Hidayat yang selama ini sebagai back kanan telah
dibebani kewajiban gelandang. "Kalau instruksi ini dijalankan,
saya yakin menang," kata Jonata.
Malamnya, instruksi Jonata tampak dipatuhi benar. Setengah main,
kedudukan masih 0-0. Limabelas menit setelah jedah, Dede dari
sayap kanan membawa bola yang dibayangi ketat oleh back kiri
PSMS, Suparjo. Tapi bola itu yang sudah di pinggir garis itu
bisa( langsung ditendangnya ke tengah, dimana Andi Lala yang
terlepas dari penjagaan Ismail Ruslan menyundul. Gol.
Putaran kedua kompetisi ini menampilkan permainan yang bermutu
dibandingkan pada babak pertama, Desember. Cuma Persebaya yang
tadinya menonjol telah merosot ke tempat ke-3. Persiraja,
sekalipun menjadi jurukunci, telah memperlihatkan kemajuan.
Demikian pula PSM.
Krisis kiper yang menghantui hampir semua kesebelasan mungkin
bisa diatasi dengan munculnya Suwarto dari Persiraja dan Endang
Tirtana dari Persija. Keduanya diharapkan menempati gawang PSSI
yang ditinggalkan Ronny Pasla.
Tadinya Persija paling gusar mengenai gawang ini, hingga
dipanggilnya pemain tua, Judo Hadiyanto. Kiper ini menolak
karena waktu persiapannya singkat sekali.
Hasil kompetisi 5 Besar PSSI ini mungkin sulit untuk dilupakan
orang. Terutama karena soal selisih 1 gol tadi. Juga karena
kompetisi berikutnyadiduga tak akan setegang ini lagi. Perhaia
orang mungkin berpindah ke Liga Se pakbola Utama (Galatama),
tempat pemain terbaik berkumpul.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini