Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Sukses, Junior

Indonesia mengirim 5 petinju muda ke turnamen tinju junior terbuka Eropa di Roma. Petinju Sonny Siregar, Azadin dan Purwanto mendapat emas, Sugianto & Hadi Sukirno mendapat perunggu. (or)

11 Juli 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIKA dia masih bayi, konon ayahnya menjadikan sarung tinju sebagai bantalnya. Kini sudah puluhan medali yang disabetnya dari ring. Terakhir Sonny Siregar, 19 tahun, menjuarai Turnamen Tinju Junior Terbuka Eropa di Roma. "Semua itu berkat bimbingan ayah," katanya pekan lalu -- sekembalinya dari Italia. Ayahnya adalah petinju nasional tahun 60-an, Paruhum Siregar yang menetap di Medan. Sonny, menurut ayahnya, paling berbakat di antara lima putranya. Ketika masih pelajar SD, Sonny sudah naik ring. Mulai saat itu ia hampir tak pernah absen mengikuti kejuaraan. Terutama turnamen yang ada partai tambahan buat anak-anak. Tahun 1977, Sonny mulai muncul sebagai juara nasional dalam turnamen Piala Mandala di Jakarta. Dan sekarang ia menjadi andalan tim Indonesia di kelas ringan. Sonny berlatih pagi, siang, sore,dan malam. "Seringkali ia bertengkar dengan ibunya yang melarangnya memforsir diri, " kata Paruhum yang melatih Sonny. Tapi latihan kerasnya tak sia-sia. Ketika naik ring di Roma, menurut pengakuannya, ia berada dalam kondisi puncak. Di final Sonny memukul roboh petinju Austria, Demirhan. "Ternyata kemampuan petinju kita tidak kalah d ibanding petinju Eropa," katanya. Sonnv optimistis bisa meraih medali Olympiade 1984. Untuk itu telah dipersiapkan Paruhum jadwal dan metode latihan khusus bagi Sonny. Sonny berlatih dirumal sendiri dengan peralatan sederhana. rersedia cuma satu sandbag -- karung berisi pasir untuk latihan memukul -- dan satu barbel. Tak ada ring. Terpaksa latihan teknik dilakukannya di halaman rumah. Tak hanya itu kesulitannya. Ia juga sukar untuk mendapatkan kawan berlatih yang satu kelas -- petinju kelas ringan (berat badan 60 kg). "Tanpa sparring partner yang setara, sulit bagi seseorang meningkatkan prestasi," kata Paruhum. Kelas ringan itu tak banyak di Indonesia jumlahnya. Pamor Sonny Siregar sekembali dari Roma mendadak naik. Petinju yang sukses di Medan selalu diagungkan. Dan banyak anak muda yang ingin mengikuti jejaknya. Di Sumatera Utara saat ini terdapat 72 sasana tinju. Ketua Pertina Sumatera Utara, M.Y. Efendy Nasution menaksir di seluruh sasana itu terhimpun 2.000 petinju -- 70% di antara mereka berusia 12 sampai 19 tahun. "Prospek tinju mulai cerah lagi," kata Nasution. PB Pertina belakangan ini juga mulai memperhatikan pembinaan petinju junior. Ke Turnaman Tinju Junior Eropa yang diikuti oleh delapan negara, misalnya, dikirim Pertina lima petinju muda. Kebetulan kelimanya memboyong medali -- medali emas untuk Sonny, Azadin dan Purwanto, serta medali perunggu untuk Sugiarto dan Hadi Sukirno. "Petinju junior akan lebih banyak lagi mengikuti turnamen internasional," kata Sekjen Pertina Tranggono SH.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus