Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Suksesnya tanpa uang saku ?

Sea games x berlangsung di jakarta tanpa insiden yang terjadi, semua berjalan tertib. kontingen indonesia meyakinkan, tapi belum sehebat birma. walaupun juara ke-3, birma ternyata unggul di atletik. (or)

6 Oktober 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TERKUMPUL 29 emas, 78 perak dan 51 perunggu. Dengan itu keunggulan kontingen Indonesia dalam SEA Games X cukup meyakinkan. Selisihnya dengan jumlah yang dicapai Muangthai, juara kedua, dan lima peserta lainnya terlalu menyolok. Karenanya pula mungkin komentator TVRI seringkali terpaksa merendah diri, dan mengatakan bahwa tujuan Pekan Olahraga Asia Tenggara ini bukanlah semata untuk merebut medali, tapi juga untuk persahabatan. Suasana persahabatan itu memang jelas kelihatan selama SEA Games ini berlangsung 21-30 September di Jakarta. Tidak ada satu pun insiden yang terjadi. Semua berjalan secara tertib. Tapi prestasi Indonesia, kata Ketua KONI Pusat, D. Soeprajogi pada wartawan TEMPO Herry Komar, "memang di luar dugaan." Dia membanding dengan jumlah medali--62 emas, 41 perak dan 34 perunggu--yang dibawa pulang kontingen Indonesia dari SEA Games 1977 di Kuala Lumpur. Benarkah hebat? Sebagian orang menilai Indonesia belumlah sehebat Birma, misalnya. Walaupun juara ketiga, Birma ternyata sangat unggul di bidang atletik. Untuk cabang atletik, Birma yang menurunkan 21 peserta telah berhasil merebut 14 emas. Sebaliknya Indonesia dengan 41 atlit hanya mendapat 3 emas. Rolf von der Laage, pengamat atletik dari Jerman Barat, menilai sukses Birma karena perhatian yang besar dari pemerintah mereka. Antara lain mereka mendatangkan pelatih Jerman Timur. Tapi pelatih Nashatar Shing dari Malaysia tidak melihat keberhasilan Birma ini sebagai produk pembinaan yang terarah. "Sedikit sekali muka baru dari tim mereka," alasan Shing. Atlit termuda di cabang atletik dari Birma adalah Nwe Nwe Aye, 19 tahun, pemegang medali emas jalan cepat 5 km. Bahwa besar perhatian pemerintah Birma terhadap olahraga, pelari Aung Than membenarkannya. Untuk ke Jakarta ini, misalnya, mereka dipersiapkan di pelatnas selama 3 bulan dengan fasilitas latihan yang lengkap. Juga kelonggaran dari tempat kerja. Bahkan pemusatan latihan tenis meja mereka menghabiskan tempo 5 bulan. "Selama di pelatnas, kami tidak mendapat uang saku," kata U Hla Tin, manajer tim tenis meja. "Kebutuhan perlengkapan dipenuhi semua." Selama SEA Games X mereka hanya mendapat uang saku Rp 1.500 perhari. Letkol. Myat Thinn, ofisial kontingen Birma menambahkan bahwa atletik bukanlah cabang olahraga populer disana. Tapi, katana, atletik mempunyai jadwal latihan dan pertandingan bulanan sepanjang tahun. Dalam hal pembinaan cabang lainnya seperti tinju, sepakbola, bulutangkis, angkat besi, menurut Thinn, mereka sama sekali tidak sanggup untuk mengirimkan atlit untuk berlatih di luar negeri. Juga try out ke luar pun jarang. Sbagai negara berkembang yang tergolong miskin Birma, mempunyai pendapatan perkapita $140 pertahun. Kontingen Malaysia, pekan lalu mtraih 19 medali emas dan menempati urutan ke-5, merosot 1 tingkat dari tahun 1977. Mengapa? "Sekalipun telah mempersiapkan tim dengan baik ternyata lawan lebih banyak maju dari kami," kata Sidique Ali Merican, Wakil Chef de Mission Malaysia. Seperti di Birma, atlit Malaysia juga mendapat banyak bantuan pemerintah, serta dispensasi dari kantor masing-masing. Malaysia lebih makmur Pendapatan perkapita $ 930 pertahun. Tapi tingginya pendapatan perkapita belum jaminan Singapura, dengan pendapatan per kapita $ 2.450 ternyata hanya menghasilkan 16 medali emas--tetap di urutan ke-6 seperti 2 tahun lampau. Syed Kadir, pelatih tinju Singapura, mengeluh karena "dispensasi dari kantor agak sukar didapat." Bantuan "Di Singapura, sulit merekrut at]it, dalam program latihan yang teratur," tambah pelatih renang, Neo Chwee Kok. Kontingen Singapura hanya dipelatnaskan 2 minggu. Brunai mungkin negara terkaya di antara 10 anggota Federasi SEA Games. Keenam olahragawannya dipelatnaskan selama 1 minggu. Tahun 1983, SEA Games XII akan diselenggarakan di Brunai, bersamaan dengan pesta kemerdekaan mereka. Brunai adalah protektorat Inggeris. "Nanti mungkin kami akan minta bantuan tenaga Indonesia," ujar Abdul Raak Bungsu yang memimpin kontinen Brunai. Muangthai, seperti 2 tahun silam, tetap menempati urutan kedua di belakang Indonesia. Sukses mereka, menurut ofisial Kol. Suthee Promjairak, dimungkinkan oleh perhatian pemerintah dan ihak swasta. Nomor atletik, menurut pelatih Letkol (Pol) Ariyamongkol sedikit bernasib lebih baik di Muangthai. "Itu karena kami mempunyai target The Olympiade Moskow 1980," katanya. Menjelang ke Jakarta, tim atletik Muangthai sempat mengadakan serangkaian pertandingan percobaan di beberapa negara Eropa. Indonesia mempersiapkan atlitnya dengan cukup matang. Antara lain didatangkan pelatih dari luar negeri untuk menangani mereka dalam pelatnas yang hampir 3 « bulan. Selama dipusat latihan, mereka mendapat perlengkapan untuk berlatih serta uang saku Rp 25.000 dan uang cuci Rp 4.000. Uang saku selama SEA Games X? Atlit balap sepeda mengaku kepada TEMlo hanya mendapat Rp 1.000 perhari. Tapi Linda Wahyudi dari cabang softball mendapat Rp 6.300. Menurut Linda, mereka mendapat sponsor dari perusahaan mobil Volvo. Memang pekan olahraga ini berbau sponsor.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus