SEMUA pemain inti PSMS akhir pekan lalu berkumpul di markasnya, Stadion Kebun Bunga Medan. Kabar yang pecah keluar: lima pemain bond itu sedang diperiksa karena diberitakan kena suap. Mereka adalah para pemain senior yang beberapa tahun ini selalu ikut membela bendera PSMS di kompetisi divisi utama PSSI. Yaitu kiper Jamaluddin Hutahuruk, Sakum Nugroho, Abdul Rahman Gurning, Suheri, dan kapten kesebelasan Sunardi A. Acara Sabtu sore pekan lalu berlangsung sekitar satu jam. Amran Y.S., salah scorang ketua PSMS, keluar gedung dan membuat pernyataan. "Dijamin 95 persen pemain PSMS tidak terlibat suap," teriaknya sengit. "Kalau 100 persen, itu hanya Tuhan yang bisa memastikan." Pertemuan yang dihadiri 18 pemain itu menghasilkan kesepakatan: menuntut Sarman Panggabean, bekas pemain terkemuka bond itu yang kini menjadi asisten pelatih PSSI. Lima pemam yang merasa tercemar namanya tadi akan mengadu ke polisi. "Ayah saya sampai mengusut dari mana duit saya membeli mobil Suzuki baru. Teman-teman pun curiga," kata Abdul Rahman Gurning, bekas gelandang PSSI di Asian Games Seoul. Tuduhan suap kepada sejumlah pemain PSMS memang terungkap dari pernyataan Sarman kepada wartawan, akhir April lalu, tepat saat TPPMS mengusut Bambang Nurdiansyah dan kawan-kawan. Akibatnya, Ketua TPPMS, Acub Zainal, mengirim surat meminta PSMS mengusut kasus itu. Tapi pengurus PSMS, dalam tiga hari, membalas surat: pemain PSMS tidak terlibat suap. "Masa kalau juara dipuja, ketika kalah dituduh penjahat," ujar Amran. Sarman Panggabean heran melihat sikap orang Medan. Mestinya, menurut dia, informasi yang diberikan itu diusut kebenarannya. "Mengapa saya yang memberi informasi yang mau di-tuntut. Kalau saya dituntut, saya 'kan juga bisa balik menuntut?", katanya. Kasus suap yang kini diramaikan memang simpang siur. Yang terang, sekalipun lima pemain sudah divonis PSSI, belum satu pun penyuap yang terjaring. Menurut Acub Zainal, pengusutan masih diteruskan. Sebagai aparat PSSI, TPPMS (Tim Penanggulangan dan Pemberantasan Masalah Suap) hanya berwenang memeriksa anggota PSSI. Artinya, para penyuap yang bukan kalangan bola di luar jangkauan mereka. Suapri bekas pemain Krama Yudha saja tak bisa diperiksa TPPMS, karena sudah menggantung sepatu bola. Padahal, nama Suapri disebut Maulana Singcdekane, manajer Persipura, sebagai perantara penyuap dengan para pemainnya dan pelatih Hengky Heipon. Namun, pekan lalu Suapri menemui Acub Zainal untuk menjelaskan ia tak tahu-menahu dengan apa yang dituduhkan Singedekane. Suapri, kata Acub, cuma mengaku mengenal sejumlah nama bandar suap yang disodorkan. "Tapi membantah jadi perantara. Hambatan lain yang dirasakan Acub, sejumlah anggota perserikatan - antara lain PSMS, Persipura, dan Perseman--terkesan kurang senang kalau disebut ada pemainnya tersangkut suap. Dalam kasus Perseman, TPPMS menerima laporan bahwa bond dari Irian Jaya itu tak bersih selama kompetisi divisi utama yang lalu. Seperti pada PSMS, TPPMS mengirim pula surat ke Manokvari meminta pemain Perseman diusut. Jawaban segera datang dari P. Matondang, manajer tim Perseman, menjelaskan bahwa tak ada indikasi suap di kalangan pemainnya. Menurut Acub, itu berbeda dengan tim Galatama yang selalu tanggap bila TPPMS menginformasikan ada suap. "Mungkin karena klub membayar gaji pemain, jadi sakit hati kalau dikhianati pemainnya," kata Administratur Galatama itu. Namun, ada juga tudingan, PSSI bingung menghadapi kasus suap Ini. Seperti yang dikatakan pengurus PSMS, Amran Y.S., "Pengurus PSSI seakan tak tahu mau berbuat apa, seperti tak mampu menghadapi penyuap." Dalam kasus PSMS, Amran tak habis mengerti mengapa Acub Zainal tak memanggil Sarman Panggaben dan mengumpulkan bahan, lantas langsung turun ke Medan mengusut pemain, jika sudah menemukan bukti. Amran juga tak mengerti mengapa TPPMS tak mengusut keterangan Robby Maruanaya yang menuding ada ofisial PSSI yang dicurigai terlibat suap. Yang terjadi barulah ramainya berita di surat kabar, sementara pengusutan tertunda-tunda. Padahal, kata Amran, "Kalau tak main serba cepat mengusut suap, bekasnya cepat hilang. Sebetulnya, TPPMS masih bergerak. Pekan lalu, menurut Acub, mereka sudah menyampaikan laporan semua kasus suap yang mereka miliki ke Laksus Kopkamtib. Mengapa tidak ke polisi? "Saya ingin cepat," kata jenderal purnawirawan itu. Ada lima nama penyuap Surabaya yang dilaporkan TPPMS. Salah satunya, penyuap lima pemain Niac Mitra dua tahun lalu. Di Jakarta ada empat nama, antara lain Sun Kie yang tersangkut kasus lima pemain PSSI itu. Dua yang lain merupakan pasangan suami-istri. Di Semarang dan Medan, masing-masing satu nama. Tapi TPPMS menduga, nama-nama. tadi masih kelas teri. Yang diduga kakapnya dua nama yang berdomisili di kawasan Simpruk, Jakarta Selatan. Begitu luasnya jaringan itu, hmgga Acub mengatakan, "Sulit kini mencari pemain yang bersih. Basil-basil suap sudah menyebar." Kini cerita tentang pemain yang kena skors. Bambang Nurdiansyah sekarang sedang berplklr untuk mengadukan nasibnya ke LBH. Hasrat itu timbul setelah membaca nasib untung Wong Hung Nung di Malaysia (lihat Wong Kini Bersinar Kembali). "Tahap pertama saya akan mencoba berunding dengan kawan-kawan senasib, dan menghubungi Pak Acub Zainal," kata Bambang. Paling tidak untuk meminta keringanan hukuman. "Misalnya jadi setahun. Nggak main bola hidup saya susah." Yang lebih beruntung adalah Noach Maryen. Belum sebulan menjalani skorsing, ia sudah bisa menendang bola, setelah dia diangkat sebagai asisten pelatih di tim sepak bola Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas, tempat kuliahnya. "PSSI itu kelewatan, orang belum terbukti bersalah sudah begitu cepat divonis. Itu 'kan namanya membunuh pemain?" kata pengurus di sana. Dan Noach aman. Klub itu anggota Liga Sepak Bola Mahasiswa Jakarta, yang sampai kini belum menjadi anggota PSSI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini