Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Tim tenis Indonesia membidik dua medali emas SEA Games 2019 yang akan berlangsung di Filipina pada Desember mendatang. Nomor yang menjadi andalan adalah ganda putri dan ganda campuran, menyusul capaian prestasi dalam Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami sudah melapor ke Kementerian Pemuda dan Olahraga karena mereka bertanya tentang target tenis. Saya bilang kami bisa mendapatkan dua medali emas dari sektor ganda putri dan ganda campuran," kata Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Tenis Lapangan Indonesia Rildo Ananda Anwar di Jakarta, Senin lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meskipun akan memenuhi ketetapan Kemenpora mengenai komposisi atlet junior-senior dalam SEA Games, Rildo mengatakan, Pelti masih akan mengandalkan atlet senior, Christopher Rungkat, yang berhasil menyumbang medali emas Asian Games 2018, berpasangan dengan Aldila Sutjiadi.
"Pasangan Christo dengan Aldila menjadi harapan untuk menghadapi tim Thailand dan tim tuan rumah Filipina yang juga unggul di cabang tenis di SEA Games nanti," kata Rildo.
Adapun peringkat Christo untuk ganda kini telah mencapai posisi ke-88 dunia. Dari prestasi terakhir, Christo baru saja menjadi finalis di turnamen Sofia Terbuka. Pemain andalan Indonesia, yang sudah tiga tahun terakhir berfokus di ganda putra, itu berpasangan dengan Hsieh Cheng-Peng (Taiwan) saat tampil di turnamen ATP 250 yang digelar di Bulgaria pada pekan lalu tersebut. Sebelumnya, pasangan ini juga sukses menjuarai The Vietnam Tennis Open Da Nang City 2019.
Sementara itu, atlet tenis putri andalan Indonesia Aldila Sutjiadi juga baru saja membela tim Indonesia dalam kejuaraan tenis beregu putri Piala Federasi Grup I Zona Asia Oseania di Astana, Kazakstan, pada pekan lalu. Indonesia mampu bertahan pada Grup I Zona Asia Oseania setelah mengalahkan tim Thailand dalam laga relegation playoff.
Berlaga di turnamen dunia, Aldila bisa memetik pelajaran dalam menghadapi petenis Cina yang lebih berpengalaman di turnamen internasional. "Pemain Cina itu punya tekanan serangan yang kuat saat bermain. Kami menjadi susah mengendalikan permainan. Mereka juga bermain lebih konsisten," kata Aldila, sepulang dari Kazakstan, Senin lalu.
Aldila, yang turun dalam laga tunggal pertama, kalah oleh pemain peringkat ke-550 dunia, Zhaoxuan Yang, dalam dua set langsung 1-6, 4-6 pada pertandingan kedua pul B Indonesia menghadapi Cina. Tim Indonesia kalah 0-3 oleh tim Cina.
"Ketika menghadapi tim Korea Selatan, kami masih sempat mendapatkan beberapa poin atas mereka. Itu berbeda dengan tim Cina yang punya pertahanan yang rapat," kata Aldila.
Ia mengatakan pengalaman menghadapi tim Cina pada Piala Fed 2019 tidak dapat menjadi acuan untuk menghadapi Olimpiade Tokyo 2020. Apabila petenis Cina di Olimpiade nanti sama seperti di tim Piala Federasi 2019, menurut Aldila, mereka masih punya peluang untuk membalas kekalahan. "Mereka juga beberapa kali menurunkan pemain-pemain muda karena mereka punya banyak pemain dengan peringkat 100 dunia," kata Aldila.
Petenis yang kini menempati peringkat ke-630 dunia itu mengatakan pengalaman turnamen petenis Indonesia masih kurang. Sementara itu, petenis Asia lainnya telah mengikuti Grand Slam dan turnamen yang peringkat tinggi. "Padahal secara bakat, kami tidak jauh berbeda," kata Aldila.
Namun, menurut dia, hasil yang dicapai tim putri Indonesia dalam Piala Fed 2019 Grup I itu bisa menjadi bekal untuk pertandingan dalam turnamen perorangan. Petenis Indonesia jadi punya kesempatan uji tanding dengan pemain-pemain unggulan Asia. "Pertandingan di Piala Fed itu memberikan gambaran bagi kami mengenai kekurangan pada permainan kami sendiri."
ANTARA | NUR HARYANTO
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo