LANGKAHNYA masih mantap ketika melintasi garis finish. Di
kakinya tak terlihat lagi sepatu yang semula dipakainya. Di
bawah sorak-sorai penonton, dia kelihatan masih memiliki sisa
tenaga untuk menempuh beberapa kilometer lagi, sekalipun cairan
tubuhnya sudah terkuras sekitar 2 liter dalam menempuh jarak
42,195 km itu.
Sutrisno yang semasa Kecil bernama Cia Ceng Wie dan dikenal
sebagai pelari "kaki ayam" dari Tegal itu memberikan hadiah
istimewa bagi Kota Malang yang berulang-tahun ke-68. Dia
menciptakan rekor baru untuk lomba marathon yang diadakan guna
memeriahkan hari jadi kotamadya itu. Waktu tempuhnya 2 jam 33
menit 4 detik, lebih tajam 8 menit dari rekor tahun lalu yang
dipegang pelari Jakarta, Solihin.
Satu setengah jam setelah dilepas. Walikota Malang, Soegijono,
juara ber tahan Solihin masih memimpin 500 lebih pelari yang
ambil bagian. Tak scorang pun yang menyangka Sutrisno yang
berusia 19 tahun itu akan muncul sebagai pemenang. Dia pernah
tercecer 2 km di belakang sang juara.
Mulai terasa panas, menjelang km 30, Sutrisno mencopot dan
melemparkan sepatunya ke pinggir jalan. Yang tinggal hanya kaus
kaki. "Kaki saya sakir,' katanya.
Pada mulanya Solihin dan teman satu klubnya di Indonesia Muda
dan pemegang rekor nasional marathon--Ali Sofyan
Siregar--sepakat untuk bekerjasama. Yaitu Ali Sofyan akan
membuntuti Solihin dari belakang. Dan bila ada pelari yang mau
menyodok ke depan, Solihin akan bertahan mati-matian. Jika sudah
tak kuat, Ali yang menyimpan tenaga di belakang akan tampil ke
depan mempertahankan nama Jakarta dan klub mereka.
Tetapi rencana itu berantakan. Tujuh kilometer menjelang fnish,
Ali Sofyan terserang penyakit perut. Ia sesekali kelihatan
memegangi perutnya. Sementara Sutrisno rnendesak maju dan
meninggalkan "raja jalanan" itu. Empat kilometer menjelang
finisl dia malahan sudah mengambil pimpinan dari Solihin.
"Panas Pak, panas," keluh Solihin kepada pelatihnya, Asro,
begitu dia sampai di finish. Terdengar pula Ali Sofyan Siregar
melaporkan perutnya sakit setelah minum air yang disediakan
panitia di pos tempat minum. "Airnya mungkin tidak dimasak,"
katanya.
Tajam
Asro mengakui latihan anak asuhannya "santai-santai saja".
Setelah ambi bagian dalam Jakarta Marathon (21 Feb ruari), Ali
maupun Solihin dalam seminggu hanya berlatih sekitar 100 km
separuh dari jatah mereka ketika dipersiapkan untuk SEA Games
yang lalu.
Dua minggu sebelum terjun ke Malang mereka ikut ambil bagian
dalam lari lintas alam 15 km yang berlangsung semrawut di Lebak
Bulus, Jakarta. Waktu sart dan jarak yang ditempuh tidak sesuai
dengan rencana panitia. Banyak pelari yang kecewa.
Sutrisno sendiri, menurut pengakuannya, optimistis akan keluar
sebagai juara. Ia sudah kenal betul Ali dan Solihin. Dalam PON
X, sekalipun gagal dan hanya menempati kedudukan kedua, dia
sempat membikin repot Solihin. Karena dia membayangi terus dari
belakang. "Dalam latihan saya bisa mencatat 2 jam 28 menit,"
katanya. Menurut dia, kalau medannya tidak seberat rute di
Malang itu, dia bisa menciptakan rekor nasional yang dipegang
Ali Sofyan, 2 Jam 28 menit (dibuat di SEA Games).
Rutenya memang keras. Selain jalan yang berlubang-lubang
melintasi daerah pertanian, bukit yang harus ditempuh juga
terlalu tajam mendaki. "Saya tidak pernah mengikuti lomba dengan
lintasan seperti itu, yang cocok untuk kuda," kara Bob Horman,
pemegang rekor dunia marathon untuk kelompok usia 56 tahun,
dengan waktu 2 jam 52 menit 10 detik. Warganegara Australia yang
mengikuti lomba itu di tahun 1979 hanya bisa mencatat 3 jam 45
menit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini