SAMPAI awal pekan ini perampkan uang gaji karyawan Ditjen
Peternakan 1 Oktober lalu belum terungkap. Tapi 'melihat
kejadian serupa di berbagai tempat sebelumnya (Bandung, Bali dan
Cianjur dengan sendirinya memancing satu masalah: bagaimana
mengamankan uang gaji itu sebelum sampai ke tangan yang berhak
menerimanya.
Dari pihak kepolisian misalnya sgera menawarkan jasa-jasa
baiknya dengan kesanggupan pengawalan polisi terhadap petugas
sesuatu instansi atau kantor (swasta) setiap kali hendak
mengambil gaji karyawannya--bila diminta. "Itu satu-satunya cara
kalau suatu instansi atau perorangan hendak mengambil uang
banyak dari bank atau Kantor Perbendaharaan Negara," kata
Kadispen Polri, Kol. Darmawan. Lebih penting dari itu, menurut
Darmawan, adalah kewaspadaan.
Soal kewaspadaan memang pantas diingatkan Darmawan. Selama ini
hampir semua instansi pemerintahan hampir selalu tanpa curiga
menggotong sekian banyak uang belanja hasil keringat selama
sebulan karyawan atau buruhnya. Di Kantor Kejaksaan Negeri
akarta Pusat misalnya, petugas yang selalu mengambil gaji
adalah seorang karyawan tua dengan ditemani seorang karyawan
wanita.
Tapi sementara itu dari pihak lain memang belum ada sistim
pengambilan yang aman. Lalu muncul gagasan, misalnya agar dengan
uang giral berupa cek atau kros cek. Malahan menurut Dirjen
Moneter Dalam Negeri, Oskar Suryaatmaja sistim uang giral ini
memang paling aman dan ideal. Namun tak lupa ia menambahkan agar
cara ini didukung oleh sistim perbankan yang baik, kepercayaan
masyarakat kepada bank, pelayanan bank dan juga kesadaran si
karyawan yang hendak mengambil gajinya.
Sebab menurut Oskar, adalah tidak mudah jika setiap karyawan
harus membuka rekening di bank. Antara lain karena si karyawan
harus mengeluarkan sedikit biaya untuk itu. Karenanya Oskar
menyarankan agar sistim itu diberlakukan untuk golongan karyawan
tertentu saja. Misalnya hanya untuk golongan III dan IV.
Dari pihak instansi pemerintah sendiri tampaknya tak begitu
setuju dengan pendapat Oskar. Pihak Departemen Kehakiman
misalnya menganggap cara itu tidak praktis. "Membuang waktu dan
biaya transpor," ucap Kepala Humas Departemen Kehakiman, drs.
Rahardjo. Sebaliknya, Rahardjo mengusulkan agar pihak KPN
sendiri mengantarkan uang gaji itu ke kantor-kantor yang akan
menerima gaji dengan pengawalan polisi. Departemen Kehakiman
sendiri selama ini selalu memakai pengawalan Hansip bersenjata
setiap kali meugaskan karyawan mengambil gaji.
Pendapat serupa juga datang dari pihak Departemen Agama. "Coba
saja kalau harus ambil gaji ke bank yang jauh dari kantor, kan
pegawai terpaksa langsung pulang, alias membolos," tutur R.
Djatiwijono SH, Ka-Humas Departemen Agama. Ia sependapat dengan
Rahardjo, agar KPN yang membagi-bagikan gaji ke berbagai
instansi pemerintahan.
Merasa Lapar
Lagi pula, masih menurut Rahardjo, jika dengan sistim giral
sulit melakukan perhitungan bagi karyawan yang mempunyai
kebiasaan mengebon di pertengahan bulan. Terutama karyawan
rendahan.
Dari pihak Ditjen Peternakan Deparmen Pertanian sendiri yang
terkena musibah kerampokan uang gaji Rp 25,6 juta itu memang
berjanji akan lebih hati-hati. Menurut Darman Dachri, Kepala
Bagian Efisiensi dan Tatalaksana Ditjen Peternakan, untuk
selanjutnya pengambilan gaji instansinya akan diserempakkan
dengan gaji Ditjen-ditjen lain di Departemen Pertanian.
Sebagaimana diketahui perampokan gaji karyawan Ditjen Peternakan
itu terjadi beberapa saat setelah 4 karyawannya mengambil uang
gaji dari KBN. Merasa lapar sehabis melakukan tugas, ke-4 orang
itu singgah makan di warung gudeg Jalan Senen Raya (Jakarta)
dengan meninggalkan uang tadi di bawah jok mobil yang terkunci.
Tapi begitu mereka siap menyantap hidangan, seorang menodongkan
pestol sementara di luar 3 orang kawanan perampok itu memecah
kaca mobil dan menggasak uang Rp 25,6 juta itu.
Lebih dari semua itu, menurut sumber kepolisian, secara
kwalitatif akhirakhir ini memang kejahatan meningkat hampir
secara merata. Beberapa waktu lalu misalnya, berkali-kali
ditemukan mayat tak dikenal yang diduga keras sebagai akibat
kejahatan. Dan sampai sekarang pihak kepolisian belum
mengumumkan apakah sudah berhasil mengungkapkan kejadian
sebenarnya, berikut sebab-sebab dan pelaku-pelakunya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini