SIAPA bilang tim Indonesia tak ikut di pesta Piala Dunia 1990 di Italia? "Wakil-wakil" bangsa itu bahkan diperkirakan akan tampil di setiap stadion, sejak Piala Dunia dibuka sampai pesta itu ditutup. Boleh jadi akan tetap dikenang sampai pesta sepak bola itu berakhir. Dipersiapkan sejak akhir tahun lalu di Solo, Jawa Tengah, yang mewakili bangsa kita itu sudah berangkat ke Italia. Jumlahnya 200.000. Itulah tas, ya, tas resmi Piala Dunia 1990. Awalnya dari seorang pengusaha Italia bernama Emilio Lino. Ia punya mitra dagang di Solo, Saad Suyahmir, 46 tahun. Selain pengusaha batik yang punya perusahaan "Sari Batik", Saad juga seniman perancang. Ia kenal Lino sejak 1988. Ia sudah sering mengirim batik tulis halus, celana, kaus, atau baju batik ke Italia dan Amerika. Ketika Lino berkunjung ke Solo, proyek tas Piala Dunia itu dibicarakan. "Lalu saya membuat desainnya," kata Saad, lulusan Sekolah Tinggi Seni Rupa "ASRI" Yogya ini. Untuk mencari model, Saad, yang terbiasa mendesain batik ini. terpaksa sering nonton bola. Ia juga pergi ke toko-toko olahraga, mengamati model tas. Setelah desain siap, dikirimnya ke Italia. Emilio Lino kemudian mengusulkan beberapa perubahan dan datang sendiri ke Solo. Pulangnya, Lino membawa contoh jadi. "Setelah menunggu beberapa bulan, kami menandatangani kontrak," cerita Saad. Tas berukuran 40 x 40 cm itu terbuat dari bahan katun dan spon. Bertuliskan Italia '90 dengan logo Piala Dunia. Tas itu berwarna-warni, ada biru, putih, kuning, merah, dan oranye. Yang khas, jika tali tas itu dikencangkan dan diikatkan, tas akan otomatis mengembang seperti bola. "Di situlah letak seninya sebagai tas orang bola," ujar Saad. Maksud Saad, tas itu bisa dipakai siapa saja di lapangan bola. Penonton bisa memakainya jadi tempat minuman, makanan, terompet, atau handuk. Pemain bola bisa memasukkan sepatu bolanya, handuk, atau kostumnya. Wartawan bisa memakainya untuk tempat kamera, majalah, koran, botol, atau peralatan lainnya. Pokoknya, multiguna. Sejak akhir tahun lalu Saad mulai menjahit tas Piala Dunia ini secara diam-diam. Ratusan penjahit dan tukang sablon dikerahkan dipabriknya di Solo dan di Wedi, Klaten. Dan sejak April lalu secara diam-diam juga Saad mulai mengirim tas itu ke Italia. Lo. kok diam-diam? "Demi keamanan bisnis, agar model tas kami tidak tercium oleh pihak lain," kata Saad kepada Kastoyo Ramelan dari TEMPO. Maklum, desain-desain begini mudah ditiru. Strategi Saad tampaknya tak kalah dengan pelatih-pelatih bola ternama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini