KAPAL layar niaga Maruta Jaya 900, Kamis pekan lalu, mendapat tiga penumpang istimewa: Pangab Try Sutrisno, Menko Polkam Sudomo, dan Kasal Muhamad Arifin. Ini uji coba setelah kapal itu ditinjau Presiden Soeharto, empat hari sebelumnya. Tak lama setelah berlayar dari Teluk Jakarta, mereka melihat sebuah boat putih meluncur di laut yang dikawal kapal patroli AL. Ini mendorong para jenderal tadi menuju geladak untuk "meneropong" penum-pang boat itu. Ternyata, pe- numpangnya lebih istimewa: Presiden Soeharto. Rupanya, Pak Harto lagi memancing di hari libur itu. Langsung saja Pangab melakukan kontak radio. "Selamat pagi, Pak. Di sini Try dengan Pak Domo, Pak Arifin, dan penumpang lain di atas Maruta Jaya," kata Try lewat handy talky. "Semoga Bapak mendapat ikan yang banyak. Kami di sini juga mohon Bapak berkenan mengirim sashimi," kata Try lagi. Rupanya, Pak Try, yang pernah jadi ajudan Presiden, tahu betul kebiasaan Pak Harto, plus masakan sashimi itu. Celaka, usai pembicaraan itu kapal Maruta Jaya mati angin. Saat genting itu, Sudomo yang mantan Panglima AL Mandala turun tangan memegang kemudi. Namun, angin belum mau diajak kerja sama hingga kapal melaju pelan-pelan. Di tengah kesibukan mengurus kapal mati angin itu, sebuah perahu mendekat. Penumpangnya mengirimkan ember yang penuh berisi ikan kakap merah, dan sejumlah jeruk plus kurma. Ternyata, itu kiriman Pak Harto dan ikan kakap tadi hasil pancingan Kepala Negara. Tentu saja seluruh awak dan penumpang Maruta Jaya bergembira. Ikan kakap langsung dibakar, jeruk dan kurma dibagi-bagikan Pak Try. Tak ada kiriman sashimi walau kiriman dari Presiden ini membuat semua penumpang berpesta ceria. Dan kapal tetap saja mati a- ngin-
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini