Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Pemain Lubang Yang Paling Mahal

Roberto baggio, dari klub fiorentina ditransfer klub juventus sebesar us$ 23 juta. rekor termahal di dunia. konon nasib italia di piala dunia ada di tangan baggio.

2 Juni 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ROBERTO Baggio bukan seorang striker. Ia juga tidak bermain di sayap atau di lapangan tengah sebagai gelandang. Baggio bermain di celah-celah antara dua tombak penyerang Italia. Tepatnya sedikit di belakang dua penyerang tengah, Gianluca Vialli dan Andrea Carnevale, tetapi di depan gelandang menyerang Roberto Donadoni. Kolumnis dan pakar bola di Italia menyebut posisi yang diambil Baggio itu sebagai lubang. Hari-hari ini, "pemain lubang" berusia 23 tahun yang tampan ini tak pernah absen dari pemberitaan koran-koran. Baggio jadi headline berkepanjangan di koran-koran Italia. Baggiomania alias "demam Baggio" melanda Negeri Spageti itu. Ini gara-gara bintang di klub Fiorentina ini ditransfer ke klub Juventus dengan bayaran yang merupakan rekor tertinggi di dunia, US$ 23 juta atau sekitar Rp 42,2 milyar. Ini belum termasuk gaji Rp 2,9 milyar setahun, dan tentu saja sejumlah bonus setiap Juventus meraih kemenangan. Sebagai perbandingan, pada 1984 Maradona ditransfer Napoli dengan US$ 7,5 juta atau dengan nilai ketika itu sebesar Rp 8,2 milyar. Urusan menyediakan duit, Juventus agaknya cuma bisa disaingi AC Milan. Pemilik Juventus, Gianni Agnelli yang punya pabrik mobil Fiat, juga berlomba menjadi orang terkaya Italia dengan konglomerat Silvio Berlusconi yang punya klub AC Milan. Agnelli ditaksir sudah menghabiskan US$ 59 juta sejak 1987 untuk membeli bintang-bintang bola sejagat. Di antaranya, Ian Rush yang kini sudah balik ke Liverpool, lalu Rui Barros dari Portugal, dan dua bintang Soviet, Alexander Zavarov dan Sergei Aleinikov. Dan gara-gara gagal menjuarai kompetisi Liga Italia tahun ini -- juaranya adalah Napoli dan Juventus peringkat ke-4 -- Agnelli sudah mencadangkan US$ 48 juta lagi untuk menarik pemain-pemain terbaik dunia ke klubnya. Pokoknya, supremasi sepak bola Italia harus di tangan Juventus, begitu kata Agnelli. Tapi ulah Agnelli membeli Baggio berakibat buruk bagi Fiorentina. Ratusan fans fanatik Fiorentina melempari batu dan bola-bola api ke markas besar klub itu di Florence. Mereka memprotes pindahnya Baggio. Fiorentina dan Juventus memang musuh bebuyutan. Dalam Piala UEFA 1990 kemarin ini, Juventus merebut piala itu setelah kalah 0-1 dan kemudian menang 3-0 dari Fiorentina. Penampilan Baggio yang mengagumkan rupanya membuat ngiler Agnelli. Kebetulan, bos Fiorentina, Flavio Pontello, sedang butuh uang. Selain untuk membangun stadion di Florence, Fiorentina juga sedang krisis penonton. Memang sudah lama klub Divisi Utama ini tak menjuarai kompetisi. Sebenarnya, Baggio pun enggan pindah ke Juventus. "Saya tetap ingin berkostum ungu-merah," katanya menyebut kostum kebanggaan Fiorentina. Baggio merasa sudah melakukan segala upaya agar tetap bertahan di klub yang membesarkannya itu, namum usahanya nihil. Ia sadar kalau tetap di Fiorentina anggaran Pontello untuk membayar gajinya kian membengkak. "Saya hanya akan jadi beban," katanya pasrah. Baggio, anak kelahiran Caldogno ini, memulai kariernya di klub Lanerossi Vicenza ketika ia berusia 15 tahun. Ketika itu, Vicenza sedang jaya-jayanya di Divisi III Italia dengan bintangnya Paolo Rossi. Debut Baggio dimulai dalam musim kompetisi 1983, dan ia mulai bersinar dalam kompetisi dua tahun berikutnya dengan mencetak 12 gol di 29 pertandingan. Ketika itulah ia dibeli oleh Fiorentina dan kemudian di klub itulah Baggio menemukan kematangannya. Kontrol bolanya prima, penempatan posisinya tanpa cela, dan kemampuannya membaca lubang di pertahanan luar biasa. Sayang, cedera di musim kompetisi 1985/1986 dan tahun berikutnya agak menghambat Baggio menuju "puncak tangga" permainannya. Kini pun ia seolah dihantui cedera di lututnya itu. "Baggio harus menjadi Baggio. Kalau itu terjadi, dia tak akan bisa ditandingi siapa pun," ini kata Diego Maradona. "Kalau Baggio bermain di tim nasional Argentina sebagai pemain lubang," kata Maradona, "dia akan sangat berguna." Di tim nasional Italia yang dilatih Azeglio Vicini, Baggio memang salah satu pemain kunci. Posisinya yang khas membuat ia bisa jadi striker atau gelandang. Tapi ia punya masalah yang mencemaskan pelatihnya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Baggio bermusuhan dengan pemain inti Italia lainnya, Roberto Mancini. Dua orang ini sudah lama tak bertegur sapa. Walhasil, kalau Vicini bisa membuat Baggio tenang bermain dalam "lubang"nya, dia bisa jadi salah satu tulang punggung tim Italia, tuan rumah Piala Dunia. Sekaligus mewujudkan ambisi Italia untuk menjadi juara dunia yang keempat kalinya. Konon, nasib Italia di Piala Dunia nanti ada di tangan Baggio. Toriq Hadad

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus