Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Warisan seorang tahanan

Squash adalah olah raga, warisan seorang tahanan di inggris untuk membunuh waktu luangnya. dilakukan bergantian diantara para tahanan. (or)

7 Agustus 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SQUASH bermula dari keisengan. Konon seorang tahanan di Inggris untuk membunuh waktu, membuat bola kecil yang bisa dipantul-pantulkan ke dinding dengan menggunakan tapak tangan maupun benda lain, seperti piring. Dilakukan secara bergantian di antara para tahanan. Di Inggris secara resmi olahraga ini dimainkan di kalangan murid-murid sekolah Harrow School tahun 1850. Lapangan pertandingannya ketika itu begitu sempit, sehingga bolanya sengaja dibuat empuk dan daya membalnya lambat. Dari sini permainan ini kemudian berkembang ke rumah-rumah orang kaya, untuk menghibur tamu-tamu mereka. Baru pada tahun 1930-an lapangan squash dibuat di tempat-tempat umum. Klub-klub tenis, ketika itu juga ada yang membangun lapangan squash untuk mencari kenikmatan tambahan. Permainan ini cepat menyebar ke negara jajahan Inggris, seperti Australia Selandia Baru dan Pakistan. Di Sydney saja pada tahun 1938 sudah dibangun 5 lapangan. Menyebar bagaikan wabah, squash cepat dapat pasaran di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Jepang, negara yang paling cepat meniru, sekarang ini memiliki hampir 7.000 lapangan. Squash juga disebutkan orang "tenis dinding". Memang permainan ini mengandalkan dinding. Bola dihantarkan ke lawan main dengan lebih dulu menghantamkannya ke dinding dengan memakai raket yang panjangnya sama dengan raket tenis. Hanya penampangnya lebih kecil. Bola dipantulkan kembali oleh musuh sebelum bola itu membal untuk kedua kalinya di lantai. Perpindahan serve dan pengumpulan angka ditentukan dengan berhasil tidaknya seorang pemain membuat lawan mati langkah dan tak bisa mengembalikan bola. Satu game 9 angka (kecuali model Amerika Serikat yang 15 angka). Permainan berlangsung di lapangan dengan ukuran 9,75 X 6,4 meter dengan tinggi dinding bagian depan 4,57 meter. Para penonton duduk di luar dinding belakang yang terbuat dari kaca tebal yang tembus pandang. Di Indonesia lapangan squash yang pertama dibangun di Kebayoran Baru, Jakarta, oleh International Sport Club Indonesia, 6 tahun yang lalu. Sekarang di sini terdapat 18 lapangan. Tersebar di Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dan Balikpapan. Untuk menjadi anggota Borobudur Hotel Squash Club harus membayar uang pangkal Rp 600.000. Sewa lapangannya perjam Rp 3.300. Di Medan Club, uang muka Rp 150.000. Sewa lapangan sebulan Rp 19.000.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus