UNTUK pertama kali pertandingan squash bertaraf internasional
berlangsung 1 Agustus yang lalu. Pertandingan yang
diselenggarakan Bandung Squash Club dengan sponsor bir Anker,
dimaksudkan menggugah KONI agar menerima olahraga itu sebagai
cabang olahraga resmi di Indonesia.
Pertandingan memperebutkan uang itu berlangsung dengan sekitar
100 penonton di lapangan squash yang terletak di belakang
Stadion Siliwangi, Bandung, antara Pakistan dan Singapura.
Pemain Pakistan Fahim Gul, memenangkan pertandingan setelah
mengalahkan kakaknya sendiri, Rahim Gul (juga dari Pakistan)
dalam final dengan 3-1 (9-6, 7-9, 9-7, 9-3). Juara nasional
Singapura, Zainal Abidin dan pemain andalan lainnya, Danny Sim,
gagal merebut hadiah-hadiah menarik.
Untuk pemain Indonesia, kejuaraan terbuka itu kelihatannya masih
merupakan gelanggang yang hanya pantas ditonton -- dan belum
layak ikut bergulat memperebutkan hadiah. Bagi para pemain lokal
yang baru mengenal olahraga ini beberapa tahun yang lalu, pada
hari yang sama diselenggarakan pula pertandingan khusus untuk
pribumi.
Pemain terbaik Indonesia sekarang ini, Bambang Gatot Subroto
yang pernah bertanding di Singapura dan Muangthai, keluar
sebagai juara, mengalahkan 15 pemain asal Bandung, Jakarta dan
Balikpapan.
Bambang, 27 tahun, ayah dari 4 orang putra itu mengenal squash
baru dua setengah tahun yang lalu. "Saya tertarik melihat betapa
asyiknya tamu-tamu hotel memukul-mukul bola ke dinding," cerita
karyawan hotel Borobudur Jakarta itu. Dalam berbagai kejuaraan
di luar negeri, Bambang memang termasuk dalam tim inti. Tetapi
dia hanya menempati ranking kedua, setelah David McCormic yang
berkewarganegaraan Selandia Baru.
Bintang dalam pertandingan di Bandung itu tentu saja sang juara,
Fahim Gul. Pemuda berusia 24 tahun itu muncul dengan permainan
cepat dan keras. Kadang-kadang diselingi dropshot ke dinding
yang membuat abang kandungnya Rahim Gul, 31 tahun, sering mati
langkah. Fahim juga lebih unggul dalam penempatan bola di
sudut-sudut lapangan permainan dengan pukulan-pukulan plintir.
Selain usianya yang jauh lebih muda ketimbang Rahim, sang juara
mengaku punya resep latihan keras untuk menjadi juara. "Menjadi
seorang pemain squash, sama artinya dengan bunuh diri.
Bayangkan, ketika orang-orang masih nyenyak tidur, saya sudah
harus bangun pagi-pagi untuk latihan lari. Tiap hari rata-rata
saya berlatih 4 jam," ceritanya.
Pakistan merupakan gudangnya pemain squash -- setelah hockey.
Olahraga ini terutama populer di kalangan angkatan bersenjata.
(lihat juga box). Untuk tingkat dunia negara itu pernah memiliki
Hashim Khan, pemain yang bertahun-tahun lamanya mendominasi
pertandingan kejuaraan dunia tidak resmi di Inggris.
Sebagai pertandingan bertaraf internasional yang pertama,
pertandingan di Bandung itu cukup memperlihatkan mutu dengan
pemunculan Gul bersaudara. Fahim kabarnya merupakan pemain
ranking ke-17 di dunia. Dia juara nasional Pakistan. Di samping
itu dia pernah menjuarai Malaysia Squash Open (1977), Zambian
Open (1980) dan Bahrain Open (1980). Sedangkan kakaknya Rahim
adalah ranking ke-16 dunia. Dan pernah menjadi pelatih tim
nasional Singapura.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini