Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Yang Boleh Ikut PON'81

Cabang olahraga ini tidak ikut dalam PON X th 1981 karena jatah atletnya sedikit, sementara klub-klub golf bertambah. golf pernah masuk PON IX. (or)

10 Januari 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KALANGAN FASI (Federasi Aerosport Seluruh Indonesia), terutama yang membidangi cabang aeromodelling, sudah yakin bisa ikut serta dalam X. SK KONI no. 040 tertanggal 20 Mei 1980 memang mencantumkan aeromodelling di antara 44 cabang olahraga yang dijadwalkan untuk PON Jakarta, September 1981. Sebagaimana dipersyaratkan pada semua cabang olahraga, FASI pun mengadakan kejuaraan nasional pra-kualifikasi di Lapangan Udara Pelita, Pondok Cabe, Jakarta, 17 - 21 Desember. Kejurnas itu diikuti 126 atlet -- kebanyakan masih remaja -- dari Aceh, Sum-Ut, Sum-Sel, DKI, Ja-Bar, Ja-Teng, Ja-Tim, Yogyakarta dan Irian Jaya. "Sejak diadakan ekshibisi aeromodelling di PON 1977, banyak remaja tertarik pada olahraga dirgantara ini," kata Ketua Pembinaan Aeromodelling PB FASI, Gotok M. Puspito. Di ruang "Hasta Karya" TVRI, ia pekan lalu mengajarkan cara membuat model pesawat tak bermesin itu. Juga diputarkannya film bagaimana gemarnya kaum remaja terhadap olahraga ini. Ada pramuka putra remaja, ada gadis belia cakap yang ternyata trampil juga terbang sendiri, bahkan pesawatnya berakrobat di angkasa. Masuk Akal Olahraga ini menuntut kesanggupan atlet membuat sendiri pesawat terbang dan menerbangkannya. "Jelas ini olahraga yang melibatkan kecakapan berpikir, ketahanan mental dan pisik," kata Mayor (AU) Usin Rasna Said, juga anggota PB FASI. Dia dan para atlet aeromodelling sempat terkejut dan kecewa. Justru di tengah berlangsungnya pra-kualifikasi tersebut, muncul berita dari Wakil Sekjen KONI Pusat, Drs. Harsuki bahwa aeromodelling tidak tercantum dalam jadwal PON X. Berita koran itu sebenarnya bersumber pada SK 113, tertanggal 8 Desember 1980 yang ditandatangani Ketua Umum KONI, Hamengkubuwono IX, yang mencabut SK 040. Dan ia menetapkan 39 cabang olahraga saja yang dipertandingkan. Kalau Layang Gantung dan Pesawat Bermotor dicoret, "itu masuk akal, sebab penggemarnya belum begitu banyak," kata Mayor Usin. Kalau hanya alasan tempat atau dana, katanya lagi, FASI bisa saja ikut menanggung sendiri. "Paling tidak nomor chuck Glider, Glider A2 dan Aerobatic yang tak mahal itu dapat diikuti oleh banyak daerah," tambah Gotok. Aeromodelling tidak dicantumkan, menurut Harsuki, "karena wakil FASI tidak mengajukannya lagi" dalam rapat di KONI, awal Desember. Yang diajukannya konon cuma terjun payung dan layang gantung. Namun Gotok belum berputus asa. "Bapak Ketua Umum FASI) Ashadi Tjahyadi menjanjikan akan berusaha supaya aeromodelling dipertandingkan juga di PON," katanya. Tae-Kwondo yang pekan lalu mengikuti Turnamen Pasifik Selatan I di Brisbane, Australia, juga tidak akan dipertandingkan di PON. "Karena pengurusnya tidak dapat mengajukan peraturan pertandingan yang seragam," ujar Harsuki. Tae-Kwondo punya Ketua Umum, Pangkowilhan III Letjen Leo Lopulisa. Olahraga ini memang sedang terpecah dalam dua aliran. Golf sebenarnya pernah masuk PON IX. Kali ini ia tidak masuk daftar. Persatuan Golf Indonesia (PGI) sendiri yang mengundurkan diri. Alasannya karena masalah jatah atlet saja, ujar Sekjen PGI Subroto Kusmardjo. Konon untuk PON X nanti golf diberi jauh 90 atlet saja dengan ketentuan 36 saja yang ditanggung panitia PON. "Kami bingung bagaimana caranya membagi yang 36 itu," kata Subroto. Menjelang PON IX lalu, tidak ada kesulitan jatah atlet. Selain jumlah klub masih sedikit, dulu pesertanya pun belum terlalu banyak (60 atlet). Sekarang ada 52 klub. Dari 27 provinsi di Indonesia, 16 daerah kini mengembangkan olahraga golf. Dengan jatah terbatas, tiap daerah mungkin hanya akan diwakili satu atau dua atlet. "Tak mungkin mereka mengikuti pertandingan antar tim yang biasanya harus berjumlah tujuh orang, yakni empat pria dan tiga wanita," tambah Subroto. PGI toh tidak akan mengecewakan para anggotanya. Organisasi itu akan menyelenggarakan kejurnas berbobot PON. Tapi Subroto belum bisa memastikan tanggalnya. Peserta PON X, menurut SK 113 tersebut, hanya berjumlah 3300, termasuk 236 of fisial. Panitia Besar PON akan menanggung 50% beban biaya. Biaya 50% lagi dibebankan kepada daerah peserta. Perincian peserta, menurut cabang olahraga, adalah atletik (230 atlet), renang (75), loncat indah (20), polo air (55), anggar (80), senam (60), tenis meja (72), lawn tennis (69), tinju (95), menembak (120), gulat (95), angkat besi (50), angkat berat (43), bina raga (23), judo (72), balap sepeda (65), panahan (80), karate (72), bulutangkis (110), pencak silat (110), bridge (84), kempo (56), bilyard (25), bola basket (150), bola volley (160), sepakbola (204), hockey (96), softball (168), catur (60), ski air (49), dayung (52), layar (60), power boating (40), selam (25), bowling (60, berkuda (45), terjun payung (50), terbang layang (24) dan sepak takraw (60). PON 1977, juga di Jakarta, diikuti 2866 peserta (termasuk offisial) saja. Maka PON 1981 jelas akan lebih ramai walaupun dengan cabang olahraganya dikurangi dari 44 jadi 39.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus