BRAZIL akhirnya memilih lagi Tele 5 Santana. Pelatih yang tiga tahun lalu pernah dicerca karena gagal membawa tim nasional Brazil ke final kejuaraan sepak bola Piala Dunia 1982, rupanya, kembali harus dipilih, setelah muncul gelombang kecaman terhadap kesebelasan nasional asuhan Pelatih Evaristo Macedo, yang sudah direncanakan mewakili Brazil ke kejuaraan Piala Dunia 1986. Tim ini - yang sudah dipersiapkan Macedo, 51, sekitar setahun - dianggap jutaan penggemar bola yang fanatik di negeri pemain legendaris Pele itu "belum meyakinkan". Sebab, berturut-turut mereka kalah ketika melakukan pertandingan uji coba melawan tiga kesebelasan lemah Amerika Latin. Yakni masing-masing 0-1 dari Peru dan Colombia, serta terakhir 1-2 dari Chili. Kekalahan itu menimbulkan kebencian peminat bola di Brazil terhadap Macedo. Pelatih yang pernah melatih klub Rio dan Flamengo - anggota divisi I Brazil - ini dianggap mereka "kepala batu" karena menolak memakai beberapa pemain senior yang masih jadi pujaan rakyat Brazil. Di antaranya Socrates, bekas kapten Tim Piala Dunia 1982 Brazil. Macedo, yang juga pernah melatih klub tangguh Barcelona, Spanyol, tidak memilih Socrates, 31, karena pemain ini dinilainya "individualistis dan kurang cocok untuk tim". Tapi pendapat ini belakangan ditentang dan kian diragukan kebenarannya, setelah tim Macedo ternyata kalah melulu. Dia langsung diganti dan keseluruhan tim dirombak. Persatuan Sepak Bola Brazil kemudian meminta Tele Santana, yang sedang cuti tahunan dari Arab Saudi, masuk menggantikan Macedo. Permintaan ini diterima Tele, dua pekan lalu - setelah ia dapat izin khusus dari Pangeran Zhirman, bos klub Al Ahly, yang menempati peringkat ketiga di liga sepak bola Arab Saudi, yang mengontraknya sejak Desember 1982. Hanya ada waktu 10 hari, sebelum Brazil turun di pertandingan pertama melawan Bolivia, di grup III zona Amerika Selatan. Minggu pekan lalu, Tele segera bekerja. Dan seperti hendak menjawab keinginan penggemar bola di Brazil, dia menarik sembilan pemain senior eks Piala Dunia 1982 Brazil, yang sebelumnya tak dipakai Macedo, masuk ke dalam tim barunya. Di antaranya, tentu saja, pemain kesayangannya, si jangkung Socrates, yang juga seorang dokter itu. Play maker andalan ini, bersama sejumlah pemain lainnya, yang di antaranya sudah dikontrak beberapa klub di Eropa itu, kini menjadi tim inti Brazil. Selain Socrates - yang pernah dijual klubnya Corinthians, Sao Paulo, kepada Florentina, Italia, pada 1982, sekitar US$ 3 juta tujuh dari sembilan pemain senior tadi adalah pemain yang ikut ditangani Tele di kejuaraan dunia di Spanyol, tiga tahun lalu. Mereka, antara lain, Junior, 31, yang kini masih dikontrak klub Torino Cerezo, 31, yang sedang dikontrak klub Roma dan Edinho, 30, yang kini bersama Zico dikontrak Udinese, semuanya klub Divisi I Italia. Zico, 32, termasuk penyerang andalan yang baru belakangan masuk - sehingga tim ini tampaknya melegakan penggemar bola di Brazil. Dan tambah menimbulkan kembali harapan, karena pada pertandingan pertama di Santa Cruz, Bolivia, Ahad pekan lalu, Socrates dan kawan-kawan berhasil menundukkan tuan rumah Bolivia 2-0. Tele Santana, 54, memang sudah dikenalbaik di Brazil. Tak hanya di kalangan pemain, tapi umumnya penonton sepak bola. Mungkin, karena dia pelatih yang sebelumnya adalah pemain - yang dikenal ketika tampil sebagai pemain sayap klub Fluminese dan Vasco da Gama, pada tahun lima puluhan. Lewat klub Fluminese, misalnya, Tele begitu waktu itu ia dipanggil, pernah tiga kali terpillh sebagai Pemam nasional. Ia mengundurkan diri sebagai pemain ketika berusia 31 tahun, dan kemudian beralih profesi menjadi pelatih. Dari klub Fluminese, ia kemudian menjalani karier sebagai pelatih di klub Atletico Mineiro di Belo Horizonte, pada 1970. Di sini ia mencatat sukses pertama ketika berhasil menjadikan Atletico Mineiro sebagai juara pertama Divisi I Brazil 1970/ 1971. Nama Tele mulai sering disebut terutama karena dia gencar pula mempertahankan prinsip: disiplin ketat dan pola permainan cantik - dalam perjalanan kariernya sebagai pelatih sepak bola di pelbagai klub lain, setelah keluar dari Mineiro. Amat membenci permainan kasar, ia menjelang 1980 sering mengutarakan pendapatnya bahwa hanya dengan gaya permainan khas Amerika Latin (samba) yang sudah lama dikenalnyalah, Brazil nanti bisa mengembalikan kejayaannya sebagai juara sepak bola dunia 1958, 1960, dan 1966. Prinsip ini belakangan disukai pengurus Persatuan Sepak Bola Brazil. Tahun 1980, Tele kemudian diminta menangani tim nasional Brazil, menggantikan Pelatih Claudio Countinho. Kendati sudah berjuang hampir dua tahun lamanya - antara lain dengan berhasil membuat Brazil memenangkan 29 dari 38 kali pertandingan yang diikutinya - Tele akhirnya dicaci maki di negerinya, ketika di pertandingan penentuan menuju semifinal di Kejuaraan Dunia di Spanyol kesebelasannya dipecundangi Italia, yang kemudian menjadi juara, dengan 2-3. Kini, setelah tiga tahun "membuang diri" ke Arab Saudi, Tele kembali ke negerinya. Untuk sebuah jabatan yang disebut-sebut di sana sangat penting - hanya setingkat di bawah jabatan presiden.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini