Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Rumah bagi penyandang disabilitas memiliki spesifikasi tersendiri. Menurut pengamat aksesibilitas dari Ikatan Arsitek Indonesia atau IAI, Bambang Eryudhawan, ada tiga unsur utama yang harus dipenuhi dalam desain rumah bagi penyandang disabilitas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pertama aksesibilitas, kedua keamanan bagi penghuninya, dan ketiga kenyamanan. Semuanya tanpa mengabaikan unsur estetika," ujar Yudha saat dihubungi Tempo, Minggu 12 Agustus 2018. Tiga unsur tadi mesti ada dalam setiap ruang, baik di dalam maupun luar rumah.
Aksesibilitas sebagai bentuk keterjangkauan antar ruang, menurut Yudha yang juga Ketua Tim Pemugaran DKI Jakarta, mutlak ada di dalam desain rumah. Dia mencontohkan penggunaan ram atau bidang miring sebagai pengganti anak tangga. Penggunaan ram tidak akan menghabiskan banyak ruang, bila diperhitungkan dengan tepat. "Perbandingannya adalah 1 : 12, artinya panjang ram 1 meter sama dengan 12 anak tangga," ujar Yudha.
Mengenai unsur keamanan, Yudha menitikberatkan pada kamar mandi dan perkerasan di halaman rumah. Kedua tempat ini sangat penting diperhatikan keamanannya karena paling sering terkena air. "Sebaiknya untuk halaman rumah ataupun pekarangan menggunakan perkerasan dari batu alam atau lantai berbahan kasar agar tidak licin saat diinjak setelah hujan," ujar Yudha.
Selain outdoor, lantai kamar mandi juga harus menggunakan bahan kasar atau bertekstur agar tidak licin. Namun bila dirasa kurang, lantai kamar mandi dapat ditambah dengan karpet pengaman berbahan karet. Karpet pengaman khusus kamar mandi memiliki lubang kecil pada permukaannya, sehingga air tetap dapat mengalir di bawah lantai.
Artikel lainnya:
Menilik Prajurit TNI Disabilitas di Pusat Rehabilitasi Kemenhan
Kamar mandi di dalam rumah harus dibuat luas agar pengguna kursi roda dapat masuk dan bergerak. Begitu pula dengan toilet duduk sebaiknya dibuat tinggi untuk memudahkan pengguna kursi roda beralih dari kursi roda ke toilet.
Semua lantai antar ruangan sebaiknya tidak lebih tinggi satu sama lain. Yudha mencontohkan, lantai kamar mandi biasanya dibuat lebih rendah dari lantai ruang tamu, atau lantai kamar dibuat lebih tinggi dari ruang tamu. Desain seperti itu sebaiknya tidak diterapkan karena berbahaya bagi keamanan gerak penyandang disabilitas atau orang lanjut usia.
"Ujung kaki dapat tersandung atau tersangkut di undakan lantai," ujar Yudha. Untuk mengakali air di kamar mandi tidak mengalir ke ruang lain, lantai bisa dibuat miring ke arah saluran pembuangan. Selain itu, demi keamanan, sebaiknya lantai di luar kamar mandi menggunakan bahan bertekstur kulit jeruk. Secara kasat mata, bahan dengan permukaan ini tetap terlihat rata seperti lantai pada umumnya, namun tidak licin saat diinjak.
Tak cuma lantai, bagian rumah lainnya yang perlu diperhatikan adalah daun pintu. Sebaiknya pintu menggunakan daun pintu geser atau sliding door. Tujuannya, penghuni rumah Tunanetra tidak mudah terbentur saat daun pintu terbuka setengah.
Sementara itu, penggunaan railing atau pegangan pengaman yang menempel di dinding tidak begitu diperlukan. Railing hanya diperlukan untuk pengamanan penghuni di luar rumah. Menurut Yudha, penggunaan railing di dalam rumah dapat mengurangi unsur estetika. "Kalau di dalam dapat menggunakan lantai atau sandal anti slip agar tidak mudah tergelincir," ujar Yudha.