Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

54 Tahun Prananda Prabowo, Profil Putra Megawati dan Perannya di PDIP

Prananda Prabowo putra Megawati Soekarnoputri, organisatoris PDIP yang pernah dipuji Jokowi, genap berusia 54 tahun pada 23 April 2024.

25 April 2024 | 11.20 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Prananda Prabowo putra kedua Megawati Soekarnoputri, organisatoris yang pernah dipuji Jokowi, berusia 54 tahun pada 23 April 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berbeda dengan saudarinya Puan Maharani, Prananda Prabowo memang jarang terlihat muncul di muka publik. Namun ia diketahui pernah menjadi konseptor pidato-pidato Megawati.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelumnya Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menunjuk Prananda menjadi Kepala Pusat Analisa dan Pengendali Situasi PDIP yang pangangkatannya dilakukan menjelang Pemilu 2024.

Pada satu kesempatan Joko Widodo atau Jokowi pernah memuji sosok Prananda Prabowo yang namanya sempat mencuat akan meneruskan posisi ibunya sebagai Ketua Umum. "Pribadi yang pendiam, tapi masalah pengorganisasiannya detail dan kuat," ujar Joko Widodo di Balaikota, Jakarta, Rabu, 19 Juni 2013.

Profil Prananda Prabowo

Memiliki nama asli H. Muhammad Pranada Prabowo, cucu  dari Presiden Pertama Indonesia, Soekarno itu lahir pada 23 April 1970. Prananda adalah putra kedua Megawati dari suami pertamanya, Lettu Pnb Surindro Supjarso.

Prananda memiliki seorang kakak kandung, Mohamad Rizki Pratama dan adik tiri yang berkecimpung dalam dunia politik, Puan Maharani. Pada 23 Oktober 2000, Prananda resmi menikah dengan Nancy Prananda, dan dikaruniai dua orang anak, yaitu M. Prabhaswara Pranakarno dan Diah Safira Octaliakasih.

Berasal dari keluarga politikus, Prananda turut berkecimpung di dalamnya. Ia dikenal sebagai ideolog dan peminat teknologi komunikasi dan informasi. Jokowi pernah menilai Prananda memiliki potensi besar dengan cara pengorganisasiannya yang detail dan dekat dengan siapa saja sehingga memudahkan dalam menjalin komunikasi. Oleh sejumlah kaum Marhaenisme ia didaulat sebagai keturunan ideologis Soekarno yang paling layak menggantikan Megawati.

Mengutip laman unkris.ac.id, Prananda pertama kali muncul di muka publik saat Megawati mengajaknya menghadiri konferensi pers bersama Puan Maharani, menjelang pembukaan Kongres III PDIP 2010 di Bali.

Prananda pernah ditunjuk menjadi konseptor beberapa pidato politik Megawati. Salah satu pidatonya yang dapat memperlihatkan sudut pandang politiknya adalah ketika ia menyisipkan penggalan nasihat dari Kitab Bhagawan Gita dengan bunyi 'karmanye vadhikaraste ma phaleshu kada chana'.

Arti penggalan nasihat tersebut dalam pidato yang dibacakan ketika Pembukaa Kongres III PDIP 2010 adalah kerjakan seluruh kewajibanmu dengan sungguh-sungguh tanpa menghitung untung dan rugi. Kemudian pidato itu pun langsung menjadi salah satu pidato Megawati yang mendaptkan pujian dari berbagai kalangan.

Dalam lingkup internal PDIP, Prananda juga dikenal sebagai "kamus berjalan Sukarno", sebab selalu berupaya memasatikan bahwa hasil rapat internal partai tidak keluar dari pemikiran Sukarno. Ia memastikan hal tersebut dengan sangat baik dan tidak memberikan kesan menggurui. Selama berada di PDIP, ia menjabat sebagai Kepala Ruang Pengendali dan Analisis Situasi DPP partai yang tugasnya dominan berhubungan dengan internal partai sehingga langsung berkomunikasi dengan ketua umum.

Prananda Prabowo juma memperoleh tanggung jawab dalam mengawasi apakah ada penyimpangan terhadap keputusan kongres dan mengecek secara berkala segala persiapan kegiatan ketua umum Megawati di suatu daerah. Selain itu, Prananda berkewajiban pula melaporkan segala perkembangan internal partai, baik di pilkada, pencalegan, maupun perilaku kader partai eksekutif dan legislatif secara langsung kepada ketua umum partai.

Selain aktif bidang politik, Pranada juga memiliki ketertarikan tinggi dibidang musik, ia dikenal pawai bermain bass. Keprihatinannya terhadap semakin pudarnya rasa nasionalisme di kalangan anak muda mendorongnya membentuk band bernama, Rodinda (Romantika, Dinamika, dan Dialektika). Nama band ini merupakan prinsi-prinsip revolusi yang kerap diucapkan oleh Bung Karno.

NI KADEK TRISNA CINTYA DEWI I  RACHEL FARAHDIBA REGAR

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus