Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Ahok: Saya Marah. Kenapa Negara Kalah dari Tekanan Massa?

Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengatakan merasa marah ketika di awal-awal masa penahanannya. Ia bahkan sering terbangun tengah malam.

18 Februari 2020 | 07.48 WIB

Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memberikan keterangan saat menghadiri peluncuran bukunya dalam acara ngobrol@Tempo di kantor Redaksi Tempo, Palmerah, Jakarta, 17 Februari 2020. Basuki menulis buku ini saat mendekam di Rumah Tahanan Mako Brimob pada Mei 2017 sampai Januari 2019 akibat perkara penistaan agama. TEMPO/Gunawan Wicaksono
Perbesar
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memberikan keterangan saat menghadiri peluncuran bukunya dalam acara ngobrol@Tempo di kantor Redaksi Tempo, Palmerah, Jakarta, 17 Februari 2020. Basuki menulis buku ini saat mendekam di Rumah Tahanan Mako Brimob pada Mei 2017 sampai Januari 2019 akibat perkara penistaan agama. TEMPO/Gunawan Wicaksono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengatakan merasa sangat marah ketika di masa-masa awal ia ditahan di Markas Komando Brimob, Kelapa Dua, Depok. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini ditahan sejak Mei 2017-Januari 2019 setelah divonis bersalah dalam perkara penistaan agama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Saya memang marah. Kenapa negara harus kalah dari tekanan massa? Saya pikir ini seperti dagelan. Tiba-tiba saja saya dimasukkan ke penjara. Mana ada dalam sejarah republik ini ada gubernur aktif dimasukkan ke penjara, kecuali kena operasi tangkap tangan atau jadi maling. Saya tidak terima itu," kata Basuki seperti dikutip dari wawancara dengan Majalah Tempo edisi 15 Februari 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Basuki ditahan setelah ucapannya ketika memberikan pidato di Kepulauan Seribu dianggap menistakan Islam. Waktu itu, ratusan orang berulangkali menggelar unjuk rasa. Puncaknya adalah unjuk rasa pada 2 Desember 2016 atau dikenal sebagai gerakan 212. Waktu itu, ratusan orang mendesak agar Basuki menjadi tersangka.

Komisaris Utama Pertamina ini mengatakan ia marah kepada semua orang. "Saya di penjara juga dimonitor. Tiap kali ada tamu datang, dicatat nama, pelat nomor mobil, direkam semua. Ngeliatin gerak-gerik gue. Kan, gue bisa ngerasain itu. Udah kayak tahanan politik aja gue ini," katanya.

Kondisi ini, kata dia, ia rasakan selama 14 hari. Ia pun sering terbangun tengah malam dengan kondisi dada sesak dan badan panas. "Akhirnya saya berdoa, minta supaya saya bisa memaafkan. Ketika bisa mengampuni, aku enggak pernah lagi bangun tengah malam," kata Basuki yang telah meluncurkan buku "Panggil Saya BTP". 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus