Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Cornelis Lay Wafat, Bekas Gubernur NTT: Dia Tak Tergiur Jabatan Meski Dekat Mega

Guru Besar Fisipol UGM Cornelis Lay menghembuskan napas terakhir pada Rabu ini sekitar pukul 04.00 WIB di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta.

5 Agustus 2020 | 13.50 WIB

Cornelis Lay memberikan sambutan saat dinobatkan menjadi Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM, Rabu, 6 Februari 2019. Syaifullah
Perbesar
Cornelis Lay memberikan sambutan saat dinobatkan menjadi Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM, Rabu, 6 Februari 2019. Syaifullah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Gubernur Nusa Tenggara Timur, Frans Lebu Raya, mengatakan mendiang Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadja Mada (UGM), Cornelis Lay, merupakan sosok nasionalis yang patut diteladani generasi bangsa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Guru Besar Cornelis Lay yang biasa saya sapa Bang Cony adalah sosok nasionalis yang patut diteladani. Beliau akademisi dan pemikir yang tenang dan juga sangat cerdas," katanya di Kupang, Rabu 5 Agustus 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mantan Gubernur NTT dua periode (2008-2018) itu menyampaikan ucapan belasungkawa atas wafatnya Cornelis Lay yang merupakan putra asal Nusa Tenggara Timur. Cornelis Lay menghembuskan napas terakhir pada Rabu ini sekitar pukul 04.00 WIB di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta.

Lebu Raya mengatakan, mendiang Cornelis Lay juga merupakan sosok yang menjalani kehidupan dengan sederhana dan mengabdikan hidup untuk keyakinannya akan nasionalisme.

"Beliau sangat getol dengan yang namanya nasionalisme. Selalu berjuang untuk kemanusiaan," katanya.

Bang Cony, kata Lebu Raya, juga merupakan sosok yang tidak tergiur dengan kekuasaan padahal peluangnya sangat terbuka di masa awal partai PDIP karena ia berada di sekitar ibu Megawati Soekrnoputri menjabat sebagai wakil presiden dan kemudian menjadi presiden RI kala itu.

"Dulu kita pernah mendorong beliau menjadi Sekjen PDIP tapi beliau lebih memilih tetap jadi akademisi. Beliau tidak silau pada kekuasaan," katanya.

ANTARA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus