Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Curhat Ahok: Marah ke Semua Orang dan Merasa Jadi Tahanan Politik

Basuki Tjahaja Purnama atau biasa disapa Ahok mengatakan kerap merasa marah di awal-awal masa penahanan.

17 Februari 2020 | 07.04 WIB

Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) didampingi Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dan Juru Bicara Presiden Fadjroel Rachman saat meninggalkan Kompleks Istana Kepresidenan usai menemui Presiden Joko Widodo di Jakarta, Senin, 9 Desember 2019. ANTARA
Perbesar
Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) didampingi Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dan Juru Bicara Presiden Fadjroel Rachman saat meninggalkan Kompleks Istana Kepresidenan usai menemui Presiden Joko Widodo di Jakarta, Senin, 9 Desember 2019. ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Basuki Tjahaja Purnama atau biasa disapa Ahok mengatakan merasa marah kepada semua orang di masa-masa awal penahanannya. Ahok ditahan di Markas Komando Brimob sejak Mei 2017 sampai Januari 2019 setelah terbelit kasus penistaan agama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Selama di tahanan, mantan Gubernur DKI Jakarta ini memutuskan menulis diari. Di dalam buku harian itu, Basuki menulis kegiatan yang ia lakukan dari hari ke hari. Selain itu, dia menuliskan apa saja yang dirasakan selama di tahanan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seperti dikutip dalam wawancara dengan Majalah Tempo edisi 15 Februari 2020, Komisaris Utama ini mengatakan merasa marah dengan semua orang. 

"Saya memang marah. Kenapa negara harus kalah dari tekanan massa? Saya pikir ini seperti dagelan. Tiba-tiba saja saya dimasukkan ke penjara. Mana ada dalam sejarah republik ini ada gubernur aktif dimasukkan ke penjara, kecuali kena operasi tangkap tangan atau jadi maling. Saya tidak terima itu," kata Basuki dalam wawancara dengan tim Majalah Tempo.

Basuki pun mengatakan merasa seperti tahanan politik karena semua gerak-gerik termasuk tamu yang berkunjung.

"Tiap kali ada tamu datang, dicatat nama, pelat nomor mobil, direkam semua. Ngeliatin gerak-gerik gue. Kan, gue bisa ngerasain itu. Udah kayak tahanan politik aja gue ini," katanya.

Basuki mengatakan kemarahannya ini bertahan selama 14 hari. "Saya terbangun. Dada saya sesak. Semua badan terasa panas. Wah, stres nih gue. Saya cari penyebabnya. Baru saya sadar, saya menyimpan kemarahan. Akhirnya saya berdoa, minta supaya saya bisa memaafkan. Ketika bisa mengampuni, aku enggak pernah lagi bangun tengah malam," katanya.

Simak wawancara lengkap Basuki dengan tim Majalah Tempo di edisi Jatuh Bangun Ahok.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus