Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Basuki Tjahaja Purnama atau biasa disapa Ahok mengatakan merasa marah kepada semua orang di masa-masa awal penahanannya. Ahok ditahan di Markas Komando Brimob sejak Mei 2017 sampai Januari 2019 setelah terbelit kasus penistaan agama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Selama di tahanan, mantan Gubernur DKI Jakarta ini memutuskan menulis diari. Di dalam buku harian itu, Basuki menulis kegiatan yang ia lakukan dari hari ke hari. Selain itu, dia menuliskan apa saja yang dirasakan selama di tahanan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Seperti dikutip dalam wawancara dengan Majalah Tempo edisi 15 Februari 2020, Komisaris Utama ini mengatakan merasa marah dengan semua orang.
"Saya memang marah. Kenapa negara harus kalah dari tekanan massa? Saya pikir ini seperti dagelan. Tiba-tiba saja saya dimasukkan ke penjara. Mana ada dalam sejarah republik ini ada gubernur aktif dimasukkan ke penjara, kecuali kena operasi tangkap tangan atau jadi maling. Saya tidak terima itu," kata Basuki dalam wawancara dengan tim Majalah Tempo.
Basuki pun mengatakan merasa seperti tahanan politik karena semua gerak-gerik termasuk tamu yang berkunjung.
"Tiap kali ada tamu datang, dicatat nama, pelat nomor mobil, direkam semua. Ngeliatin gerak-gerik gue. Kan, gue bisa ngerasain itu. Udah kayak tahanan politik aja gue ini," katanya.
Basuki mengatakan kemarahannya ini bertahan selama 14 hari. "Saya terbangun. Dada saya sesak. Semua badan terasa panas. Wah, stres nih gue. Saya cari penyebabnya. Baru saya sadar, saya menyimpan kemarahan. Akhirnya saya berdoa, minta supaya saya bisa memaafkan. Ketika bisa mengampuni, aku enggak pernah lagi bangun tengah malam," katanya.
Simak wawancara lengkap Basuki dengan tim Majalah Tempo di edisi Jatuh Bangun Ahok.