Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) kembali melakukan penelitian antibodi tubuh terhadap virus Covid-19 (sero survei) pada Maret lalu. Hasil survei tersebut menunjukkan antibodi Covid-19 masyarakat Jawa-Bali meningkat menjadi 99,2 persen dari survei sebelumnya sebesar 93 persen pada Desember 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, survei ini dilakukan di 21 kabupaten/kota yang terdapat di 7 Provinsi di Pulau Jawa-Bali. Sampel diambil sebanyak 100 orang per wilayah, total ada 2.100 sampel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ditemukan dua faktor penyebab peningkatan antibodi ini, yakni karena peningkatan vaksinasi dan akibat infeksi alami yang sangat tinggi, khususnya dari varian Omicron," ujar Maxi dalam konferensi pers daring, Rabu, 20 April 2022.
Epidemiolog Indonesia Pandu Riono mengatakan, survei ini dilakukan atas perintah Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sebagai dasar pertimbangan untuk mengambil kebijakan menjelang Lebaran.
"Jadi sampel itu diambil dari 21 kabupaten/kota daerah asal dan tujuan mudik, karena kita mau mengukur kesiapan penduduk menjelang mudik. Sekarang sudah diambil kebijakan boleh mudik, karena antobodi masyarakat sudah cukup tinggi. Jadi kebijakan itu ada basis data ilmiahnya," ujar Pandu yang menjadi bagian tim peneliti survei.
Menurut Pandu, survei menunjukkan vaksinasi booster menyebabkan kenaikan kadar antibodi yang signifikan. “Jadi vaksin booster itu betul-betul berdampak pada peningkatan antibodi, itu juga mendukung kebijakan booster bagi pelaku perjalanan mudik,” tuturnya.
Untuk itu, Pandu mengingatkan kepada masyarakat yang ingin melakukan perjalanan mudik Lebaran untuk segera melakukan vaksinasi booster.
DEWI NURITA