Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Keanekaragaman kuliner di Indonesia menjadi daya tarik bagi pecinta makanan. Salah satu kebiasaan makan yang mencuri perhatian adalah kegemaran orang Sunda mengonsumsi lalapan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lalapan merupakan beragam jenis sayuran segar yang disajikan dengan sambal atau bumbu khas telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya makan orang Sunda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kesukaan orang Sunda makan lalapan ini tercatat dalam dalam Prasasti Taji pada abad ke-10 Masehi. Dalam prasasti yang ditemukan di Ponorogo itu, nama sajian atau makanan bernama "Kuluban Sunda" yang berarti lalap. Eksistensi lalap pada pada masa itu memang populer.
Lalap tidak hanya berwujud daun-daunan, tetapi juga bisa berupa umbi-umbian, buah muda, bunga, hingga biji-bijian. Dalam naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian pada abad ke-15, dijelaskan beragam rupa masakan, seperti lawana (asin), kaduka (pedas), tritka (pahit), amba (masam), kasaya (gurih), dan madura (manis).
Budaya Sunda abad ke-15 sarat daging-dagingan. Hal ini dibuktikan dengan catatan Thomas Stamford Raffles yang menyebutkan pengembangan ternak sapi di Jawa Barat pada masa itu tidak berjalan dengan baik, berbeda dengan di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Sebab di Jawa Barat memiliki curah hujan yang tinggi. Selain itu, kondisi geografisnya menyebabkan Jawa Barat memiliki variasi tanaman pangan lebih banyak.
Sehingga tanaman pangan lebih banyak dimanfaatkan, misalnya sebagai lalapan. Minimnya sentuhan kuliner asing hingga abad ke-19 juga membuat kuliner Sunda ini terjaga, bahkan hingga sekarang.
AMELIA RAHIMA SARI | NOVITA ANDRIAN
Pilihan Editor: Makan Lalapan Sehat, Ini 7 Cara Membersihkan Sebelum Dimakan