Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta -Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid, mengatakan Myanmar sebaiknya tidak bertindak represif dalam menangani konflik Rohingya. Yenny berpendapat, Myanmar seharusnya mengedepankan dialog ketimbang pendekatan keamanan yang kaku.
"Sebab pendekatan represif tidak akan membuahkan hasil," kata Yenny dalam siaran pers yang diterima Tempo, Jumat, 8 September 2017.
Baca: Jawaban Jokowi Soal Langkah Indonesia untuk Rohingya
Menurut Yenny, Myanmar dapat belajar dari Indonesia dalam menyelesaikan konflik antara tentara pemerintah dan masyarakat. Yenny mencontohkan beberapa konflik yang pernah dialami Indonesia, seperti dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Organisasi Papua Merdeka (OPM), dan Poso.
Yenny tak menampik bahwa sejumlah konflik tersebut pernah ditangani secara represif yang justru memperburuk keadaan. Konflik mereda ketika pada awal reformasi pemerintah mengubah pendekatan yang digunakan menjadi lebih dialogis.
Infografis: Perjalanan Konflik Rohingnya
"Setelah kita mengedepankan dialog, kita mendapatkan solusi damai yang lebih substantif sehingga konflik bersenjata pun bisa dicegah," kata Yenny.
Yenny mengungkapkan, konflik sosial semacam ini merupakan fenomena transisi demokrasi bagi suatu negara. Indonesia, menurut Yenny, beruntung sebab telah melewati fase tersebut selama hampir dua dekade.
Baca juga: Kekerasan Terhadap Rohingya Sudah Diramalkan Sejak 1940
Dalam siaran pers tersebut disebutkan, Yenny menyambangi kantor Kedutaan Besar Myanmar untuk Indonesia guna menyampaikan masukan kepada pemerintah Myanmar mengenai kemelut Rohingya. Yenny tiba pukul 14.30 WIB dan diterima oleh Duta Besar Myanmar untuk Indonesia, Ei Ei Khin Aye dan Wakil Dubes Kyaw Soe Thein.
BUDIARTI UTAMI PUTRI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini