Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kabut asap yang makin pekat membuat warga Kota Jambi tak bisa keluar rumah. Mereka hanya mengurung diri dalam rumah menghindari bahaya kabut asap yang mencekik pernafasan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Walau tidak efektif, namun itulah yang bisa kami lakukan. Jujur saja tindakan itu juga tidak bisa dilakukan terus menerus, karena kami juga terpaksa keluar rumah untuk mencari nafkah," kata Aan Anwar, 40 tahun, warga Perumahan Kembar Lestari, Kelurahan Kenali Besar, Kecamatan Alam Barajo, Kota Jambi, kepada Tempo, Senin, 23 September 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Aan, jika siang hari, dia beserta istri dan dua anaknya memang bisa mengurung diri di dalam rumah. Tapi malam hari, ia harus mencari nafkah dengan berjualan sayur di Pasar Angsoduo. "Itu tidak bisa kami hindari, dengan bermodalkan masker terpaksa kita bergumul dengan asap pekat," ujarnya.
Senada pula dengan pernyataan Mardiana, 36 tahun. Ia tidak mampu berbuat banyak menghindari bahaya kabut asap. "Kami tidak bisa berbuat apa-apa, karena harus membuka kios pakaian di pasar Jambi, agar terpenuhinya kebutuhan hidup. "Kami berharap kepada pemerintah, agar secepatnya melakukan langkah tepat menghilangkan kabut asap ini, misalnya dengan membuat hujan buatan," katanya.
Berdasarkan pantauan Tempo, di beberapa lokasi permukiman warga Jambi, sebagian besar rumah-rumah warga tertutup rapat untuk menghindari terpaan kabut asap yang sejak dua pekan terakhir menutupi sinar matahari pada siang hari.
Langit di Jambi tampak selalu remang, seperti saat pagi atau sore hari.
Berdasarkan catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, jarak pandang di Kota Jambi dan sekitarnya dalam sepekan terakhir pada siang hari hanya berkisar 200 - 800 meter, sehingga tidak hanya mengganggu kesehatan, tapi juga penerbangan dari dan menuju ke Jambi.
Sementara itu, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU), dikeluarkan pemerintah kota Jambi, pada Ahad lalu, nilai konsentrasi ISPU dengan parameter partikulat PM 2,5 berada dinilai 969, artinya kualitas udara kota itu berada dalam kategori berbahaya.
Kondisi ini memaksa pemerintah daerah setempat sejak sepekan terakhir meliburkan murid PAUD hingga Sekolah Menengah Atas. Walikota Jambi Syarif Fasya juga mengeluarkan instruksi untuk meliburkan pegawai negeri dan karyawan swasta, khusus kepada ibu-ibu yang sedang hamil.