Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri akan menghadiri dan berbicara di World Leaders Summit on Children’s Rights di Vatikan pada hari ini, Senin 3 Februari 2025. Presiden ke-5 RI itu telah tiba di Roma, Italia, pada Jumat malam, 31 januari 2025, waktu setempat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Megawati disebut bakal menjadi salah satu panelis yang berbicara perihal kepeduliannya terhadap kemanusiaan, khususnya dikaitkan dengan hak anak di masa kini. Selain itu, di satu forum yang sama dengan Paus Fransiskus, putri Presiden pertama RI Sukarno itu juga akan menjadi juri dalam penghargaan Zayed.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ibu Megawati akan menyampaikan pesan terhadap kepedulian kemanusiaan. Pandangan Ibu Megawati dan berbagai panelis yang hadir tentunya penting menunjukkan keberpihakan terhadap hak anak,” kata Ketua DPP PDI Perjuangan Ahmad Basarah, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 1 Februari 2025.
Apa itu World Leaders Summit on Children’s Rights?
Dilansir dari laman United Nations Children’s Fund atau UNICEF, Unicef.org, World Leaders Summit on Children’s Rights merupakan Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT dunia untuk kelangsungan hidup, perlindungan, dan perkembangan anak yang digelar pertama kali pada September 1990.
KTT dunia untuk ini digelar untuk menyoroti ihwal masalah yang berkaitan dengan anak-anak. Tujuan-tujuan tersebut telah dirumuskan sebelum KTT dimulai, dengan berkonsultasi dengan Pemerintah, badan-badan PBB, termasuk WHO, UNICEF, UNFPA, UNESCO, UNDP dan IBRD, dan banyak LSM.
Adapun KTT anak ini antara lain menyoroti soal kesehatan anak; pangan dan gizi; peran perempuan; kesehatan ibu, dan keluarga berencana; peran keluarga; pendidikan dasar dan literasi; anak-anak dalam situasi yang sangat sulit; perlindungan anak-anak selama konflik bersenjata; anak-anak dan lingkungan; hingga pengentasan kemiskinan dan revitalisasi pertumbuhan ekonomi.
Enam tahun setelah KTT pertama, pada 1996, Sekretaris Jenderal Boutros Boutros-Ghali menyampaikan kepada Majelis Umum bahwa kemajuan yang cukup besar dan meluas telah dibuat untuk meningkatkan kesehatan, gizi, pendidikan dan perlindungan anak-anak di dunia, tujuan-tujuan utama yang ditetapkan pada KTT Dunia untuk Anak-anak 1990.
Dilansir dari Vaticannews.va, pada 2025, Pertemuan Dunia tentang Hak Anak kali ini menanggapi tantangan pendidikan yang semakin besar yang dihadapi jutaan anak setiap hari. Laporan sebuah studi dari UNICEF menyebut bahwa dunia sedang memasuki era krisis baru bagi anak-anak; perubahan iklim, ketidaksetaraan, dan konflik mengganggu kehidupan mereka dan membatasi masa depan mereka.
Paus Fransiskus mengulangi pernyataan yang mengkhawatirkan ini dalam niat doanya untuk Januari. Saat ini, kata dia, dunia sedang mengalami bencana pendidikan. Ia berpendapat bahwa semua anak dan kaum muda memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan, namun sekitar 250 juta anak tidak memiliki akses ke sekolah karena perang, migrasi, dan kemiskinan.
Laporan UNICEF menunjukkan bahwa 64 juta anak usia sekolah dasar tidak dapat bersekolah. Bahkan 1 dari 3 anak di bawah usia lima tahun menghadapi kemiskinan pangan yang ekstrem. 12 juta anak perempuan dipaksa menikah di usia dini pada 2022 saja. Paus Fransiskus mengumumkan bahwa ia akan mendedikasikan satu hari untuk membantu lewat KTT Anak-anak.
“Dan melindungi jutaan anak yang masih tanpa hak, yang hidup dalam kondisi yang tidak menentu, yang dieksploitasi dan dianiaya, dan yang menderita akibat perang yang dramatis,” katanya.
Novali Panji Nugroho dan Oyuk Ivani S berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Megawati Soekarnoputri Beri Semangat Korban Perang Ukraina