Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pasien gejala stroke yang kehilangan berat badan dan massa otot berisiko mengalami gangguan fungsi tubuh dan mengalami kondisi disabilitas di masa mendatang. Diagnosa ini disampaikan pada pertemuan tahunan Kardiologi di Eropa dan dimuat dalam Journal of Cachexia, Sarcopenia and Muscle.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dokter Nadja Scherbakov dari Pusat Stroke Berlin and Charite University mengamati 150 pasien yang terkena stroke selama kurang dari 48 jam. Setelah diamati, sebanyak 21 persen pasien stroke tadi kemudian menjadi penyandang disabilitas gerak.
Mereka adalah pasien yang selama setahun terakhir mengalami penurunan berat badan sebanyak 5 persen. Penurunan berat badan tersebut termasuk 19 persen kehilangan lemak tubuh dan 6 persen kehilangan masa otot. Selain berat badan, tim peneliti menghitung tingkat inflamasi yang terjadi di dalam tubuh. Kondisi ini dapat diukur melalui jumlah protein C Reactive.
Dari penelitian tersebut, pasien stroke yang mengalami penurunan berat badan tadi dan memiliki jumlah protein C Reactive lebih tinggi akan mengalami Cachexia atau Kaheksia. "Kerja tubuh akan sia-sia jika di dalam tubuh terjadi Cachexia dan ini menyebabkan disabilitas," ucap Shcerbakov seperti dikutip situs News-medical.net, Jumat 25 Januari 2019.
Penelitian tentang Cachexia pada pasien stroke, menurut Sherbakov, membantu tim medis dalam memberikan pengobatan, baik dari latihan fisik maupun menentukan suplemen tambahan dalam makanan sehari-hari.