Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Konawe Utara - Kementerian Pembangunan Masyarakat dan Kebudayaan (PMK) RI melalui Asisten Deputi Penanganan Pasca Bencana pada Deputi I Nelwan Harahap, mengatakan bahwa penanganan banjir di Kabupaten Konawe Utara pada pertengahan Juni 2019 merupakan percontohan nasional. "Tidak bisa dipungkiri bahwa sekarang ini menjadi perbincangan nasional bahwa penanganan banjir di Konawe Utara merupakan percontohan nasional penanganan bencana," kata Nelwan Harahap, saat malam penganugrahan dan apresiasi Pemerintah Daerah Kabupaten Konawe Utara kepada pihak dalam membantu penanganan bencana banjir di Wanggudu, Rabu malam, 1 Januari 2020.
Pelajaran yang bisa diambil dari penanganan banjir itu adalah manajemen yang dilakukan bupati sehingga bisa bahu membahu dengan TNI/Polri, dunia usaha, sipil, relawan dan semua elemen masyarakat dalam menyelesaikan semua masalah banjir dan pemberian hak-hak kepada korban banjir.
Konawe Utara dianugerahi kekayaan sumber daya alam yang luar biasa, namun di sisi lain diberikan pula ancaman bencana besar. Meskipun 13 kecamatan Konawe Utara terpapar banjir, tetapi tidak ada korban jiwa. “Bahkan ada sembilan bayi lahir di tengah penanganan pengungsi dan saat relokasi korban banjir."
Nelwan juga sangat mengapresiasi jiwa kegotongroyongan, ketangguhan dan kekompakan semua elemen masyarakat Konawe Utara, baik yang terpapar bencana banjir mau pun yang tidak. Mereka bersama-sama membantu pemerintah setempat untuk membangun berbagai fasilitas darurat diberbagai tempat pengungsian. "Kelak menjadi inspirasi bagi masyarakat agar makin tangguh dalam menghadapi setiap bencana."
Bupati Konawe Utara, Ruksamin, menyebutkan kerugian materi yang diakibatkan banjir di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara pada Juni 2019, lebih dari Rp674,8 miliar. "Meskipun banyak rumah penduduk yang terkena dampak banjir, tetapi tidak ada korban jiwa," kata Ruksamin.
Kerugian terbesar akibat banjir tersebut adalah rusaknya jembatan, jalan, jaringan listrik yang mencapai Rp 436,96 miliar.
Empat jembatan hanyut dan empat jembatan tidak bisa diakses. Jembatan yang menghubungkan Sulawesi Tenggara dengan Sulawesi Tengah terputus. Sebanyak 370 rumah penduduk hanyut dan 1.962 rumah terendam air, kerugian ditaksir mencapai Rp 66,4 miliar.
Kerugian sarana dan prasarana pendidikan ditaksir mencapai Rp 18,9 miliar lebih. Sarana dan prasarana kesehatan yang terdampak banjir ada 4 unit puskesmas, 4 puskesmas pembantu, 1 unit gudang obat, dan 1 unit polindes. Kerugiannya diperkirakan Rp 2,49 miliar.
Kerugian pertanian mencapai Rp 43 miliar dan perkebunan mencapai Rp 76,9 miliar. Kerugian koperasi dan UMKM Rp 2,1 miliar, perdagangan Rp 600 juta, lingkungan hidup Rp 7,8 miliar, pangan Rp 306 juta, serta pemerintahan desa Rp 4,67 miliar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini