Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Polemik Pembekuan BEM FISIP Unair: Pernyataan Rektor hingga Ada Teror untuk Pengurus

Polemik pembekuan kepengurusan BEM FISIP Unair berakhir setelah Dekan Bagong Suyanto mencabut surat keputusan yang dibuat sebelumnya.

29 Oktober 2024 | 06.55 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga atau BEM FISIP Unair dibekukan oleh Dekanat pascaviral karangan bunga satire untuk Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pembekuan itu diberitahu lewat surat elektronik yang dikirim untuk BEM FISIP pada Jumat 25 Oktober 2024. Surat dikirim setelah pada pagi harinya mereka dipanggil oleh komite etik fakultas untuk memberikan klarifikasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam forum tersebut, Presiden BEM Fisip Unair Tuffahati Ulayyah mengaku diminta keterangan soal kepemilikan karangan bunga tersebut dan kemungkinan adanya keterlibatan pihak luar dalam pembuatannya.

"Kami jawab bahwa tidak ada keterlibatan pihak luar," kata Tufa.

1. Pembekuan BEM FISIP Unair

BEM FISIP Unair menerima surat elektronik dari pihak Dekanat yang menyebut organisasi mahasiswa tersebut dibekukan. Alasannya, kata surat itu, pemasangan karangan bunga di halaman Fisip Unair dilakukan tanpa izin dan koordinasi dengan pihak fakultas.

Dalam surat yang ditandatangani Dekan FISIP Unair Bagong Suyanto itu disebutkan bahwa narasi dalam karangan bunga yang tidak sesuai dengan etika dan kultur akademik insan kampus. Pemasangan karangan bunga di halaman FISIP Unair, tulis surat itu, dilakukan tanpa izin dan koordinasi dengan pimpinan fakultas.

Presiden BEM FISIP Unair, Tuffahati Ulayyah membenarkan bahwa organisasinya kini sedang dibekukan karena karangan bunga tersebut. “Betul, sejak Jumat 25 Oktober 2024 (dibekukan),” ucap Tufa kepada Tempo, Sabtu 26 Oktober. 

2. Menteri Pendidikan Tinggi Minta Rektor Batalkan Pembekuan BEM FISIP Unair

Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Satryo Soemantri Brodjonegoro, mengatakan dirinya sudah meminta Rektor Universitas Airlangga untuk membatalkan pembekuan BEM Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair.

“Saya tadi malam sudah memberitahu Rektor Unair supaya membatalkan pembekuan BEM Unair dan beliau mengatakan siap,” kata Satryo kepada awak media di acara pembukaan Pameran Bulan Bahasa dan Sastra 2024 di Kantor Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, pada Senin, 28 Oktober 2024. 

Menurut Satryo, kebebasan akademik tetap harus dijaga. Namun, kata dia, implementasinya bergantung pada  pimpinan perguruan tinggi. “Saya minta kepada mereka, bapak ibu rektor, tolong dijaga dengan baik karena kebebasan itu harus dibarengi dengan akuntabilitas,” ucapnya. 

3. Rektor Unair Buka Suara

Rektor Universitas Airlangga (Unair) Mohammad Nasih buka suara soal pembekuan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Menurut dia, kritik mahasiswa sebaiknya tidak membawa nama institusi kampus.

Nasih mengimbau bahwa pihaknya tidak membatasi ekspresi mahasiswa. Namun, kritik mahasiswa sebaiknya melalui saluran pribadi, bukan mengatasnamakan kampus. 

“Kita enggak membatasi atau membungkam, tapi gunakan saluran-saluran yang benar. Jangan campur-adukkan antara pendapat pribadi dengan institusi. Karena nanti yang tanggung jawab juga institusi,” kata Nasih.

Dekan FISIP Unair Prof. Bagong Suyanto saat menjelaskan pencabutan pembekuan terhadap BEM. (ANTARA/Willi Irawan)

4. Surat Pembekuan Dicabut

Dekan Fisip Unair Bagong Suyanto akhirnya mencabut kebijakan pembekuan Badan Eksekutif Mahasiswa di kampus itu. Pembekuan dicabut usai pengurus BEM FISIP sepakat untuk menggunakan diksi yang tidak kasar saat memberi kritik.

"Dekanat telah mencabut SK pembekuan kepengurusan BEM FISIP Unair. Dasarnya, kami sepakat untuk menggunakan diksi-diksi yang tidak kasar dalam kehidupan politik,” ucap Bagong saat memberikan keterangan kepada awak media di FISIP Unair, Senin 28 Oktober 2024.

Bagong menjelaskan bahwa diksi yang tidak kasar itu adalah pemilihan kata yang sesuai kultur akademik. Dia mengharapkan agar BEM sebagai representasi mahasiswa bisa memberikan kritik dengan bahasa yang tidak kasar.

Salah satu diksi yang dianggap kasar adalah kata ‘bajingan’. Kata itu ditulis dalam karangan bunga bernada satire itu.

“Kami memastikan kepada BEM untuk tidak lupa marwah akademiknya. Ketika menulis menggunakan diksi yang kasar, menurut saya tidak mendidik,” kata guru besar Sosiologi itu.

5. Akan Terus Kritis

Presiden BEM FISIP Unair, Tuffahati Ullayyah mengatakan bahwa pihaknya akan terus kritis kendepannya. Namun, kritik akan memperhatikan koridor akademik.

“Kami sudah bertemu Prof Bagong dan berbicara bahwa BEM FISIP akan tetap kritis ke depannya dengan tidak keluar dari koridor akademik,” ucap Tuffa.

Menurut dia, karangan bunga satir itu adalah bentuk ekspresi dari BEM FISIP. Idenya berasal dari kementerian politik dan kajian strategis BEM FISIP Unair. “Jadi bukan hanya dari tiga orang pengurus,” ucap Tuffa.

Selanjutnya, mereka untuk tetap kritis dan berani. “Untuk pemilihan diksi dan lain-lain itu urusan lain. Tapi kami mengamini apa yang diperhatikan oleh BEM,” kata Tuffa.

6. Ancaman untuk Presiden BEM Fisip Unair

Presiden BEM Fisip Unair Tuffati Ulayyah mengaku mendapat teror dan intimidasi pascaviral karangan bunga yang ditujukan untuk Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Pemasangan poster di kampus Fisip itu kemudian berujung pada pembekuan BEM.

Tuffa mengatakan bahwa teror itu berlangsung sejak Sabtu, 26 Oktober 2024 malam. Teror itu berupa pesan singkat, telepon, dan video call nomor tak dikenal di aplikasi WhatsApp. Selain itu, akun Instagram pribadi dan BEM FISIP Unair juga mendapat banyak direct message dari akun-akun yang diduga buzzer

Menurut Tuffa, pesan-pesan itu menyampaikan kalimat yang serupa. Seperti menglorifikasi program Presiden Jokowi dan kalimat ancaman. 

"Narasi yang dibawakan kurang lebihnya sama, misalnya mengatakan bahwa Jokowi itu baik dan Jokowi berhasil membuat program-program. Ada juga yang mengancam," jelas Tuffa.

Selain itu, Tuffa juga sempat dimasukkan ke grup oleh orang tak dikenal. “Sempat juga dimasukkan ke grup yang namanya Penghujat. Tapi saya langsung keluar,” tandas Tuffa.

Tuffa menjelaskan bahwa teror lewat telpon dan pesan pribadi kini sudah tidak ada lagi. Namun, dia masih banyak menerima pesan di media sosial miliknya dan BEM FISIP Unair.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus