Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Emmiril Kahn Mumtadz atau sering disapa Eril sedang menyelesaikan tugas akhir sebagai mahasiswa di ITB.
Dosennya mengenal Eril sebagai sosok yang rajin dan inovatif.
Eril aktif di organisasi, senang membantu, dan punya kharisma pemimpin.
JAKARTA – Emmiril Kahn Mumtadz, 22 tahun, masih tercatat sebagai mahasiswa tingkat akhir jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB). Emmiril alias Eril hanya perlu menyelesaikan tugas akhir sebagai syarat kelulusan hingga kemudian ia berangkat ke Swiss untuk riset sejumlah kampus pascasarjana. Putra sulung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil ini dikenal rajin, punya karisma pemimpin, dan inovatif.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dosen pembimbing Emmiril, Indrawanto, menceritakan bagaimana ide proyek akhir mahasiswanya itu bisa menjadi terobosan di bidang kesehatan. “Dia mau membuat soft robot dari material lunak, dua jangkar, dan berbentuk seperti ulat,” kata Indrawanto, kemarin. “Ini topik baru dan bisa memberikan kontribusi bagi dunia medis. Robotnya bisa masuk ke saluran pernapasan dan mendeteksi penyakit.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Indrawanto sudah beberapa kali membimbing Eril dalam tugas akhir itu. Hingga kemudian Eril harus magang di perusahaan untuk melengkapi kredit kuliah. Terakhir bertemu pada November lalu, kata Indrawanto, Eril masih menyatakan keinginannya untuk melanjutkan tugas akhir. “Selama proses bimbingan, dia sangat antusias,” kata dosen Fakultas Teknik Mesin ITB ini.
Akhir Mei lalu, Eril berangkat ke Eropa bersama keluarganya. Ayah dan ibu Eril menuju Inggris untuk urusan pemerintah daerah, sedangkan Eril dan adiknya, Camillia Latetia Azzahra atau Zara pergi ke Swiss. Di sela riset kampus itu, Eril dan adiknya berenang di Sungai Aare yang membelah Kota Bern layaknya turis lainnya.
Hari Kamis, 26 Mei lalu, cuaca di Bern cerah. Pada pukul 11.24 waktu setempat, seorang warga Swiss melaporkan ihwal situasi darurat di sekitar Sungai Aare. Saat itu, Eril berenang bersama sang adik, Zara, serta seorang temannya. Namun kejadian tak terduga terjadi begitu cepat. Saat hendak menepi, Eril terseret arus. Berbeda dengan sang kakak, Zara dan temannya berhasil selamat dari arus sungai tersebut setelah diselamatkan warga lokal.
Jenazah Eril baru ditemukan dua pekan kemudian di Bendungan Engehalde—sekitar 5 kilometer dari Schönausteg, tempat ia terakhir kali dilaporkan berenang dan hilang. Engehalde merupakan salah satu bendungan besar di Bern yang menjadi pangkal sejumlah pembangkit listrik tenaga air. Kedalaman sungai yang di bagian tertentu mencapai 200 meter menjadi lokasi ideal dibangunnya PLTA.
Polisi sebelumnya sudah menyusuri bantaran sungai sejauh 30 kilometer. Ratusan polisi, anjing pelacak, penyelam, drone atawa pesawat nirawak, serta sejumlah relawan dikerahkan dalam pencarian Eril. Penemuan jenazah Eril oleh polisi pintu air ini menutup pencarian tersebut. Eril akan terbang kembali bersama ayahnya dan tiba di Tanah Air pada Ahad pagi.
Sejak masuk ITB pada 2017, sejumlah teman Eril mengenangnya sebagai sosok yang berkarisma. Eril menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Mesin ITB dan anggota kabinet Keluarga Mahasiswa ITB meski mahasiswa baru. Dua tahun lalu, ia menggagas Jabar Bergerak Zillenial, sebuah organisasi nirlaba yang berfokus pada aksi kemanusiaan dan pendidikan. Sesuai dengan namanya, organisasi ini mengajak anak muda usia kuliah di Jawa Barat untuk bersekutu dan membantu lingkungan sekitar.
Foto Emmeril Kahn Mumtadz terpasang di pagar Gedung Pakuan dalam aksi dukacita di rumah dinas Gubernur Ridwan Kamil, Bandung, Jawa Barat, 4 Juni 2022. TEMPO/Prima Mulia
Beberapa aktivitas mereka, misalnya, mendonasikan makanan, pakaian, dan buku kepada korban banjir di Jawa Barat. Ada pula donasi makanan untuk warga fakir dan yang telantar di pinggir jalan. “Kepemimpinannya demokratis dan sangat menginspirasi,” kata Sekretaris Jenderal Jabar Bergerak Zillenial, Sindy Setiawati, mahasiswa tingkat akhir Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. “Eril selalu ingin mendahulukan orang lain dan mendengarkan pendapat orang lain.”
Dalam sebuah wawancara dengan portal Gadis pada tahun lalu, Emmiril pernah mengungkapkan alasannya membentuk Jabar Bergerak Zillenial. “Saya sering ikut kegiatan sosial di tengah wabah Covid-19 dan merasakan bagaimana masih banyak orang yang membutuhkan bantuan, terutama para pekerja harian,” kata Eril. “Jadi, terpikir bagaimana caranya agar anak muda punya kegiatan positif membantu masyarakat, terutama di Jawa Barat.”
Teman dekat Eril lainnya, Nabila Ishma, menilai Eril sebagai sosok yang senang membantu orang lain. Tidak hanya kepadanya, putra sulung Ridwan Kamil ini juga dengan tulus memberikan perhatian dan kasih sayang kepada keluarga Nabila.
INDRI MAULIDAR | ANWAR SISWADI | MUTIA YUANTISYA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo