Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Serba-serbi Tentang Baha'i, Agama yang Lahir dan Tumbuh di Iran pada Abad 19

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengucapkan selamat hari raya kepada penganut Agama Baha'i di Indonesia.

2 Agustus 2021 | 17.46 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Lotus Temple, situs suci umat Baha'i. Foto: @bahaiteachings

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Agama Baha’i menjadi bahan perbincangan warganet dalam beberapa hari ini. Hal ini merupakan respons terhadap ucapan selamat yang disampaikan oleh Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelumnya, Yaqut menyampaikan ucapan selamat ari raya Naw-Ruz 179 EB kepada komunitas Baha’i. Pernyataan Menag tersebut juga diunggah di akun YouTube Baha’i Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berdasarkan Encyclopedia Britannica Book of the Year (1992-sekarang), Agama Baha’i ada di 247 negeri di seluruh dunia. Pengikutnya berasal dari 21.00 suku, ras, dan suku bangsa. Tulisan suci Baha’i sudah diterjemahkan ke dalam lebih dari 800 bahasa.

Agama Baha’i

Baha’i adalah agama monoteistik yang menekankan pada kesatuan spiritual bagi seluruh umat manusia. Agama ini lahir di Persia, sekarang Iran, pada 1863. Pendirinya adalah Mirza Husayn-Ali Nuri yang bergelar Baha’ullah, yang berarti kemuliaan Tuhan.

Pada 1844, Sayyid Ali Muhammad dari Shiraz, Iran atau yang lebih dikenal sebagai Sang Bab mengumumkan bahwa ia merupakan pembawa amanat baru dari Tuhan dan menyebarkan agama Bab di wilayah Iran. 

Namun, pada 1850, Sang Bab dihukum mati di kota Tabriz.  Jenazahnya diambil oleh pengikutnya ke Bukit Karmel di Palestina untuk dikuburkan. Makam Sang Bab tersebut menjadi tempat berziarah yang penting bagi umat Baha’i.

Dinamika Perkembangan Baha’i

Awalnya, Baha’i berkembang secara terbatas di Persia dan beberapa daerah Timur Tengah yang pada saat itu merupakan wilayah kekuasaan Turki Usmani. Di awal kemunculannya, pengikut Baha’i di Timur Tengah kerap menghadapi persekusi dan diskriminasi yang berkelanjutan.

Pada awal abad ke-21, penganut agama Baha’i telah mencapai lima hingga delapan juta jiwa yang tinggal di lebih dari 200 negara dan teritori di seluruh dunia. Menurut The World Almanac and Book of Facts 2004, penganut agama Baha’i tersebar di Asia, Afrika, dan Amerika Latih.

Ajaran

Menurut ajaran Baha’i, sejarah keagamaan dipandang sebagai suatu proses pendidikan bagi umat manusia melalui para utusan Tuhan. Mereka menyebutnya sebagai para “Perwujudan Tuhan”. Baha’ullah dianggap sebagai Perwujudan Tuhan yang terbaru.

Baha’ullah dipercaya sebagai pendidik ilahi yang telah dijanjikan bagi semua umat manusia. Misi dari baha’ullah adalah untuk meletakkan fondasi bagi persatuan seluruh dunia, serta memulai zaman perdamaian dan keadilan, yang dipercayai umat Baha’i hari itu pasti akan datang.

Melansir bahai.id, Baha’ullah mengajarkan berbagai prinsip dan konsepsi rohani yang diperlukan umat manusia agar perdamaian dunia yang diidamkan dapat tercapai. Ia meletakkan tiga pilar utama kesatuan, yakni keesaan Tuhan, kesatuan sumber surgawi dari semua agama, dan kesatuan umat manusia.

Orang-orang Baha’i tidak menganggap “persatuan” sebagai tujuan akhir yang hanya akan dicapai setelah banyak masalah lain selesai. Sebaliknya, mereka memandang persatuan sebagai langkah awal untuk memecahkan setiap masalah yang ada. Hal ini tampak dalam ajaran sosial Baha’i yang menganjurkan semua masalah diselesaikan melalui proses musyawarah.

Agama Baha’i memiliki rumah ibadah yang terbuka bagi semua agama. Rumah agama ini bernama Mashriqul-Adhkar, yang berarti tempat terbit pujian kepada Tuhan. Rumah ibadah ini merupakan tempat untuk berdoa, meditasi, dan melantunkan ayat-ayat suci.

M. RIZQI AKBAR

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus