Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Ignatius Haryanto Djoewanto resmi menyandang gelar doktor atas disertasi berjudul Disrupsi Digital, Journalistic Field (Arena Jurnalistik), dan Transformative Capital di Kompas dan Tempo (1995-2020). Sidang terbuka promosi doktor Ignatius Haryanto berlangsung di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik atau FISIP UI secara luring dan daring hari ini, Jumat, 20 April 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dalam pemaparannya, dosen Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan mantan jurnalis Tempo ini menjelaskan penelitiannya berangkat dari banyak perusahaan media besar yang menutup diri, mereorganisasi perusahaan, memperkecil unit usaha, hingga menutup media cetak dan berganti menggunakan platform media online pada pertengahan dekade abad ke-21. Secara khusus, dia melacak proses evolusi atau transformasi yang terjadi di dua newsroom, Kompas dan Tempo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ignatius mengaku memilih Kompas dan Tempo karena kedua media ini merupakan pemimpin pasar media cetak pada eranya. “Justru saya ingin melihat proses transformasi dari pemimpin pasar media cetak dalam era digital ini. Saya ingin melihat bagaimana problematika yang dihadapi dalam proses transisi itu,” kata Ignatius saat ditemui Tempo usai acara pelantikan gelar doktornya di FISIP UI, Jumat.
Dia mengatakan bahwa ada kesulitan-kesulitan dalam beradaptasi. Namun pada akhirnya, perjalanan sudah dilakukan dan dilalui juga.
Ignatius menggunakan kerangka berpikir dari sosiolog Prancis, Pierre Bourdieu, terkhusus tentang konsep ‘journalism field’ yang diterjemahkan sebagai ‘arena jurnalistik.’ Serta dilengkapi dengan pendekatan strategi managemen media oleh Lucy King.
Setelah pemaparan dan komentar hingga sanggahan dari para penguji, Ignatius lulus dengan mendapatkan IPK terakhir 3,81. Tim penguji UI memutuskan untuk mengangkatnya menjadi doktor dari program ilmu komunikasi FISIP UI.
Acara dilanjutkan dengan upacara pelantikan. Anak kedua dari lima bersaudara itu menerima piagam pengangkatan yang diserahkan oleh rektor.
Dalam prosesnya, Ignatius menemui beberapa rintangan. Masuk program S3 program studi Komunikasi FISIP UI pada 2019, dia akhirnya menyelesaikan pendidikannya pada 2024. Rintangan tersebut dilalui karena memulai penelitian pada masa pandemi Covid-19.
“Untuk bertemu orang sulit, jadi harus menunda untuk waktu wawancara tapi yang rencananya akan datang ke kantor redaksi dan tinggal beberapa lama, tapi akhirnya karena Covid tidak bisa saya lakukan. Kemudian lebih memperbanyak wawancara-wawancara dengan orang dari kedua media tersebut,” kata Ignatius.
Ignatius pun berharap, agar penelitian dari disertasinya ini dapat memberikan masukan kepada para jurnalis dan media, “Bagaimana bertahan atau berjuang di situasi sekarang untuk bisa tetap relevan buat para pembaca dan juga mengharapi disrupsi seperti ini," ujarnya.
Pilihan Editor: Kisah Maya jadi Lulusan Doktor Termuda ITB di Usia 24 Tahun