Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

<font face=arial size=1 color=#ff9900>Tempo Doeloe</font>Pisau dan Mantra Para Jagal

6 Januari 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUA pekan lalu, Majelis Ulama Indonesia meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memperbaiki prosedur sertifikasi tempat pemotongan hewan. Ini terkait dengan riuhnya kabar mengenai adanya bakso bercampur daging babi. Nanti ada ketentuan, misalnya, pisau pemotong babi harus dibedakan dengan pisau untuk hewan halal. Selain itu, para pemotong akan diberi tanda keabsahan sebagai jagal hewan.

Lepas dari urusan di Jakarta, sejak dulu urusan memotong hewan memang bukan soal sederhana. Setidaknya ada kiat-kiat khusus yang harus diketahui. Cara dan proses pemotongan di pelosok Nusantara juga banyak coraknya. Majalah Tempo dalam rubrik Suka Duka edisi 22 Maret 1980 membuat laporan panjang mengenai para jagal hewan.

Ada jagal yang senantiasa dihantui rasa ngeri dalam tiga bulan pertama kariernya. Ini, misalnya, dialami Mohamad Hamzah Anzib di Banda Aceh. "Masa itu sungguh menyiksa dan menakutkan," katanya. Sewaktu pertama kali menyembelih sapi, ia mendapat hadiah tendangan kaki binatang itu di pipi kiri. "Saya sangat gugup."

Hamzah sebenarnya tak pernah bercita-cita jadi jagal. Kepala Dinas Kehewanan Banda Aceh yang menawari dia pekerjaan itu, karena tukang jagal terdahulu meninggal. Tawaran itu ia terima dengan alasan sederhana: putrinya yang berumur tiga tahun melakukan gerakan seperti orang menyembelih, terus-menerus selama tiga hari. Sejak itu, setiap hari ia membantai 15 ekor sapi berbagai ukuran.

Hamzah merancang sendiri pisaunya. Dua tahun sekali pisau itu ia ganti. Menurut dia, perkakas ini tidak boleh digunakan untuk keperluan lain. "Itu sudah pantangan," ujarnya. Pernah pisaunya tak mempan menebas leher seekor kerbau. Belakangan anak lelakinya mengaku menggunakan pisau itu untuk memotong mangga. Bukan main marahnya dia. Pisau itu pun tak pernah disentuhnya lagi.

Hamzah bercerita, sebagai jagal hewan, ia selalu siap juga dalam keadaan darurat. Suatu ketika rumah jagal tempat dia bekerja pernah kacau. Seekor kerbau yang sudah disembelih bangkit lagi. Tali pengikat kepalanya putus. Orang-orang berlarian. Namun Hamzah tetap tenang. Berdiri di sebuah meja semen, ia membaca jampi-jampi. Eh, binatang tadi rebah kembali. "Tukang jagal harus punya perlindungan diri," katanya.

Di Bali, orang yang mau terjun dalam profesi ini harus membaca mantra-mantra sebelum menghunjamkan pisau ke hewan yang hendak disembelih. Salah mengucap, bisa jadi dosa. Soalnya ada kepercayaan: roh hewan harus dikirim sedemikian rupa agar tidak kembali untuk mengganggu.

Kasim adalah contoh orang yang pernah salah mengucap mantra. Ini menurut cerita Mahyudin, jagal di Rumah Potong Umum Sangga­ran, Denpasar. Kata dia, Kasim berpengalaman 25 tahun. Lantaran kesalahan itu, Kasim tiba-tiba jadi seperti orang gila. Daging mentah yang dia potong langsung digerogoti. Orang yang menyaksikan ulah Kasim jadi bingung. Sejak itu, para tukang jagal makin percaya bahwa mantra harus diucapkan lengkap dan benar.

Mahyudin sendiri sudah 15 tahun memotong hewan tapi belum pernah mendapat gangguan. Ia menyukai tugasnya. Dua buah pisau selalu terselip di pinggangnya. Ada beberapa aturan yang ia pegang, di antaranya ia dan hewan harus menghadap kiblat. Setelah mengucap "Allahu Akbar" empat kali, barulah ia menyembelih leher hewan itu hingga putus.

Gde Nesa, yang ­menekuni pekerjaan sebagai tukang potong di Denpasar selama 35 tahun, punya kisah sendiri. Sewaktu memulai pekerjaan ini, dia sering mendapat gangguan dari roh korbannya. Kadangkala, malam hari sehabis memotong, ia dicari oleh orang besar bertanduk dan masuk ke kamar tidurnya. Sesekali ia melihat bayangan putih. Desa Gerih, Kabupaten Badung, asal kelahirannya, memang tergolong angker. Di situ, setiap habis pemotongan, ada saja makhluk halus gentayangan. Nah, untuk menetralkan keadaan, dilakukanlah persembahan sesajen. Kadang mereka mengadakan upacara tabuh rah atau korban darah, dengan menyelenggarakan sabung ayam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus