Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

<font size=+1 color=#990000>36</font> tahun Lalu

21 Februari 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rukun Yuk
Tempo, 24 Mei 1975

Anda bisa menjadi pemeluk Kristen Ortodoks jika terlahir di Kota Damaskus pada abad keempat. Tapi, jika Anda terlahir beberapa waktu kemudian di lokasi yang sama, Anda bisa saja menjadi penganut Kristen Monofisit. Tambahkan beberapa ratus tahun lagi, masih di kota ini, Anda bisa saja terlahir sebagai seorang muslim bernama Ahmad.

Kasus yang sama akan berulang jika Anda terlahir pada abad kedua Hijriah: Anda bisa jadi seorang muslim Ahlus Sunnah. Berselang beberapa ratus tahun kemudian, Anda bisa saja terlahir sebagai pengikut Imam Syi'ah. Ini persis sama jika Anda terlahir di Kota Amsterdam pada tahun 1500: Anda pastilah jadi pemeluk Katolik Roma. Padahal, bila terlahir seratus tahun kemudian di ibu kota Belanda itu, Anda seorang Protestan.

Kalimat-kalimat di atas meluncur dari sejarawan Inggris, Arnold Toynbee, yang secara jenaka mengajak masyarakat untuk tidak perlu bersitegang mengenai perbedaan keyakinan. Kerap kali keyakinan seseorang atau sebuah komunitas lebih dipengaruhi lingkungannya. Sebagian lagi menyebut lingkungan ini sebagai takdir.

Walhasil, akan jauh lebih baik jika kita semua mengesampingkan segala perbedaan dan mulai berkonsentrasi membangun kerukunan beragama. Pesan itu kian relevan sekarang, setelah negeri ini koyak disulut kekerasan akibat perbedaan keyakinan. Kerusuhan di Cikeusik, Banten, perlahan merambat ke Temanggung, Jawa Tengah, sampai Bangil, Jawa Timur. Konflik-konflik ini tidak hanya melukai kebersamaan, tapi juga mencemari semangat dan pesan agama-agama itu sendiri: sebagai rahmat bagi seluruh alam.

ARSIP 

21 Februari 2006
Bentrokan berdarah pecah ketika polisi dan satuan pengamanan PT Freeport Indonesia mengusir warga Papua yang mendulang emas di Kali Kabur Wanamon. Warga kemudian menduduki jalan masuk perusahaan.

22 Februari 1978
Presiden Soeharto meresmikan Masjid Istiqlal. Dibangun di atas lahan 72 ribu meter persegi dengan daya tampung maksimal 125 ribu orang, Istiqlal adalah masjid terbesar di Asia Tenggara.

23 Februari 1976
Konferensi Tingkat Tinggi Negara-negara ASEAN diselenggarakan di Bali.

24 Februari 1966
Arief Rahman Hakim, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, tertembak Pasukan Cakrabirawa dalam aksi demonstrasi mahasiswa menuntut pembubaran PKI di depan Istana Merdeka, Jakarta. Dia kemudian dikenal sebagai Pahlawan Ampera.

25 Februari 1950
Negara Jawa Timur, negara bagian dari Republik Indonesia Serikat, dibubarkan dan menyatakan bergabung dengan Republik Indonesia.

26 Februari 1966
Presiden Sukarno membubarkan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia.

27 Februari 1989
Sayuti Melik, wartawan dan pengetik naskah Proklamasi, wafat dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus