Kalau kita memperhatikan kepadatan lalu lintas di Jalan Sudirman dan Thamrin, Jakarta, pada saat Three in One ber laku (06.30 -- 10.00 wib) sekarang, tak ada bedanya dengan sebelum ketentuan itu diberlakukan. Padahal maksud dari Three in One untuk mengurangi kepadatan lalu lintas pada jam-jam tersebut. Mengapa demikian? Dari hasil pengamatan dan omong-omong dengan teman-teman, ternyata orang yang mau melintasi jalan itu selalu "mengisi" kendaraannya dengan 3 orang: sopir, si empunya mobil, dan pembantu rumah atau kombinasi lainnya. Begitu sampai di tempat yang aman dan tak terkena ketentuan itu, pembantu turun dan pulang naik bus. Malah belakangan ini sudah banyak "profesional" cilik yang menawarkan jasa untuk mengisi kendaraan agar menjadi tiga penumpang. Mereka mendapat imbalan ala kadarnya dari si empunya mobil. Sementara itu pengendara yang tak dapat "mengisi" kendaraannya dengan 3 orang terpaksa mencari jalan alternatif yang mempunyai risiko lebih berat, yakni melalui jalan kecil yang rawan macet dan kurang terurus. Golongan pengendara ini terpaksa mengeluarkan uang lebih banyak karena jarak yang ditempuh semakin jauh dan berbelit-belit dan bagian "kaki" kendaraan lebih cepat rusak. Kedua golongan pengguna jalan di atas sama-sama mengeluarkan biaya lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum diberlakukan Three in One. Ini tentunya merupakan pemborosan nasional. Sebagai alternatif pemecahan, antara lain, saya mengusulkan untuk memperketat pengeluaran SIM dan peraturan-peraturan lalu lintas yang dapat diterima masyarakat. Alternatif lain yang bersifat jangka panjang adalah memperbaiki sistem yang ada di masyarakat, misalnya sistem pembayaran rekening listrik, telepon, dan PAM. Untuk membayar rekening-rekening itu si pembayar harus datang ke loket. Ini salah satu kegiatan yang membuat jalan makin padat dengan kendaraan. Seharusnya diciptakan sistem pembayaran dengan mengirimkan check atau money order kepada penerima, sehingga pembayar rekening tak perlu lalu lalang di jalan raya. Segi lain yang saya anggap sangat penting adalah mengem bangkan budaya mempermudah urusan. Mempermudah urusan yang memang mudah akan berpengaruh terhadap arus lalu lintas juga. Soalnya, orang tak perlu lalu lalang tiga sampai lima kali, cukup satu sampai dua kali saja, urusannya selesai. Dari segi personel, pengatur lalu lintas Three in One sangat merugikan. Berapa ratus petugas (polisi dan LLAJR) yang bertugas mengawasi di sana, justru pada saat itu petugas-petugas itu diperlukan di tempat lain yang rawan kemacetan. Karena tiadanya petugas di tempat itu maka mun culah "polisi swasta" yang mengatur kendaraan lalu lintas di persimpangan tertentu, dengan imbalan ala kadarnya. Cobalah ditimbang-timbang lagi untung ruginya peraturan itu. M. TANJUNG Jakarta
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini